Donald Trump Malu Pasukan AS Ditarik dari Afghanistan: China Tertawakan Kita

Donald Trump merasa malu atas penarikan pasukan AS dari Afghanistan setelah Taliban berkuasa.

AFP/MANDEL NGAN
KONFLIK TALIBAN - Donald Trump merasa malu saat pasukan AS ditarik dari Afghanistan usai negara itu dikuasai Taliban. FOTO: Presiden AS Donald Trump membuat larangan terbaru untuk 8 aplikasi dari China, Selasa (5/1/2021) termasuk AliPay 

Namun intelijen AS telah memprediksi bahwa Afghanistan akan jatuh secara cepat ke tangan para pemberontak itu.

Sementara itu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang merupakan seorang teknokrat, telah mengundurkan diri dan melarikan diri ke luar negeri dengan membawa uang tunai yang sangat banyak, setelah Taliban menguasai ibu kota.

Melansir Tribunnews.com, Ghani mengklaim 'pengalihan kekuasaan' yang secara cepat itu dilakukan untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah yang bisa saja terjadi.

Namun, kelompok Taliban mengklaim akan mendukung pemerintah baru yang inklusif dan menghormati keyakinan agama dan nilai-nilai spiritual semua warga Afghanistan.

Pada saat yang sama, mereka juga bersumpah untuk menjamin bahwa semua perempuan Afghanistan akan mendapatkan hak mereka sesuai syariah dan hukum.

Saat membahas mengenai Ghani pada hari Selasa kemarin, Trump mengaku tidak menyukainya.

"Jujur, saya tidak pernah punya kepercayaan yang besar terhadap Ghani. Saya mengatakan itu secara terbuka dan saya pikir ia benar-benar brengsek, saya tidak pernah menyukainya," tegas Trump.

Trump pun menyebut bahwa 'punya urusan' dengan Timur Tengah adalah keputusan terburuk dalam sejarah AS.

Menurutnya, situasi Afghanistan saat ini akan mempengaruhi hubungan luar negeri AS selama beberapa dekade mendatang.

"Ini adalah waktu yang mengerikan bagi negara kita, ini adalah periode waktu paling memalukan yang pernah saya lihat," kata Trump.

Trump yang telah berjanji untuk mengakhiri 'perang tanpa akhir' yang dilakukan AS di Timur Tengah itu sebelumnya merundingkan kesepakatan dengan Taliban pada Februari 2020 yang kemudian ia 'wariskan' kepada pemerintahan Biden.

Kesepakatan yang ditandatangani di Doha, Qatar tersebut mempertimbangkan penarikan pasukan AS secara bertahap dari Afghanistan sebagai imbalan atas komitmen Taliban untuk tidak mendukung al-Qaeda dan kelompok teroris lainnya di wilayah tersebut.

"Taliban 'tidak suka bernegosiasi'," jelas Trump.

Perlu diketahui, sejak 2001, pasukan AS menginvasi Afghanistan di bawah kepemimpinan mantan Presiden AS George W Bush, sebagai bagian dari 'perang melawan teror' yang dilakukan setelah terjadinya serangan teror 9/11 atau 11 September.

Invasi tersebut mengakibatkan kematian setidaknya 2.448 prajurit AS dan lebih dari 47.200 warga sipil Afghanistan, serta merugikan pembayar pajak sekitar 2,261 triliun dolar AS.

(*)

Berita lain tentang Taliban

Baca berita terbaru lainnya di Google

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved