HUMAN INTEREST
PERJUANGAN Siswa Desa Persiapan Kentar Lingga Demi Belajar Daring, Rela Naik Bukit Agar Dapat Sinyal
Sejumlah pelajar SMP dan SMA di Desa Persiapan Kentar Lingga rela melewati hutan, naik ke bukit, demi mendapatkan akses internet yang layak.
Penulis: Febriyuanda |
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Sekolah daring atau jalan online membuat kesulitan pelajar-pelajar daerah untuk mendapatkan pembelajaran yang layak.
Seperti halnya para pelajar di Desa Persiapan Kentar, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.
Pelajar dari daerah perbatasan Kabupaten Lingga tersebut, hampir selama satu bulan ini melaksanakan sekolah daring atau Belajar Dari Rumah (BDR), karena status wilayah Kecamatan yang masih berzona merah kasus Covid-19.
Namun akibat kurangnya akses internet di daerah mereka, para pelajar baik SMP atau SMA ini rela menempuh perjalanan melewati hutan untuk naik ke bukit, demi mendapatkan akses internet yang layak.
Dengan sebuah pondok lusuh yang berada di atas bukit, menjadi tempat proses belajar siswa-siswa ini selama pandemi Covid-19.
Hal ini diceritakan Wulandari yang merupakan salah seorang warga yang menemani proses belajar pelajar ini.
Wulan menceritakan, bahwa anak-anak itu terpaksa harus belajar daring, karena di Kecamatan tempat sekolah mereka banyak yang terpapar Covid-19.
Dengan memikul tas di pundak, dengan melewati hutan, perjalanan ke bukit itu pun ditempuh selama lebih kurang 15 menit dengan jalan kaki.
Wulan juga pernah mengunggah video kegigihan anak tersebut ke salah satu grup di Facebook.
"Jadi di tempat tinggal kami sekarang ini untuk sinyal sendiri sangat susah. Di kampung kampung kami yang ada sinyal hanya ada di bukit itulah.
Jadi adek-adek ini terpaksa harus bolak balik naik bukit setiap hari untuk mengikuti pelajaran online," ungkap Wulan kepada TRIBUNBATAM.id, Minggu (22/8/2021).
Angin yang kencang di atas bukit tidak menjadi penghalang anak-anak ini untuk absen pelajaran di sekolah.
Bahkan, dengan cuaca yang sering kali hujan di wilayah Lingga saat ini, tidak membuat para pelajar ini putus sekolah.
Mereka pun menggunakan terpal untuk melindungi diri mereka dari curah hujan demi melanjutkan pelajaran.
"Tapi kalau hujan lebat terpaksa adek-adek ini tak bisa ikut pelajaran," ucap wanita yang bekerja di kantor desa ini.
Wulan mengungkapkan, susahnya akses internet tidak hanya dialami generasi muda ini, namun juga warga setempat yang sudah mendapatkan jaringan telekomunikasi.
"Kalau orang kampung mau nelpon keluarga yang jauh, mereka juga harus naik bukit," ujarnya.
Hal ini juga dibenarkan oleh Pejabat Kepala Desa (Pj Kades), Wendi saat dikonfirmasi TribunBatam.id.
"Ada dua titik untuk dapatkan sinyal internet, satu di bukit dalam kampung dan satu lagi di bukit PT bekas bauksit kalau untuk kawasan Langgu. Kalau untuk kawasan repat mereka naik ke bukit Jepun," jelas Wendi.
Wendi lalu mengungkapkan, bahwa banyak orang tua di sana yang mengeluh terhadap efektivitas anak saat belajar daring.
Orang tua pun turut prihatin, atas anak-anak yang terpaksa harus turun dan naik bukit untuk mendapatkan akses internet.
Terlebih lagi jika anak yang sering bertanya ke orangtuanya tentang pelajaran di sekolah, karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal itu.
Pj Kades ini pun berharap pandemi ini cepat berlalu, sehingga anak-anak dapat belajar seperti biasa, agar dapat meningkatkan mutu pendidikan daerahnya itu.
Setidaknya, Wendi pun berharap kepada Pemerintah Kabupaten Lingga untuk membangun tower di desa itu, sebagai penunjang belajar siswa-siswi di Desa Persiapan Kentar.
"Itulah harapan kami. Kalau dari pihak desa persiapan pun tidak bisa mau bantu banyak, karena kami belum definitif," tuturnya.
(TRIBUNBATAM.id/Febriyuanda)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google