Kapan Covid-19 Jadi Penyakit Endemi? Apa Artinya dan Perbedaannya dengan Pandemi?
Sejumlah pengamat memprediksi Covid-19 bakal ganti status dari pandemi menjadi endemi meski sebagian lagi pesimistis status itu berlaku waktu dekat
TRIBUNBATAM.id - Sejumlah pengamat memprediksi Covid-19 bakal ganti status dari pandemi menjadi endemi.
Namun tak sedikit ahli pesimistis virus corona atau Covid-19 akan menjadi endemi dalam waktu dekat.
Marahnya kasus di hampir seluruh dunia membuat virus corona masih dianggap rawan dan berbahaya.
Terlebih penyebaran dan laju penyakit belum bisa diprediksi dan virus belum hilang sepenuhnya.
Perihal berganti status Covid-19 dari pandemi menjadi endimi sebelumnya juga disampaikan WHO.
Namun, status endemi yang bakal disandang Covid-19 yang disampaikan WHO masih bersifat kemungkinan.
Baca juga: Kapan Covid-19 Berakhir? Jawaban Presiden Jokowi: Keadaan Ini Saya Ngomong Apa Adanya
Baca juga: Ini Prediksi Budi Gunadi Sadikin Soal Kapan Covid-19 Tamat di Indonesia
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers dilansir dari Kompas.com pada Kamis (19/8/2021) menjelaskan, pandemi berubah menjadi endemi jika situasi sudah terkendali.
Endemi adalah situasi kondisi kasus suatu penyakit lebih terkendali.
Menurut dia, Endemi merupakan wabah penyakit yang terjadi secara konsisten, tapi terbatas di wilayah tertentu.

Penyebaran dan laju penyakit bisa diprediksi dan virus tidak hilang sepenuhnya, hanya saja sudah lebih terkendali.
Ada beberapa indikator pandemi bisa jadi endemi, antara lain meningkatnya kekebalan masyarakat melawan virus.
Selain itu menurunnya angka infeksi alamiah sehingga jumlah pasien dan angka kematian akibat virus menurun.
Penurunan angka infeksi bisa dicapai dengan instrumen pengendalian yang diusahakan pemerintah.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi menjadi kunci utama pengendalian ini.
Adapun contoh dari endemi antara lain seperti demam berdarah dan penyakit malaria.
Sedangkan pandemi adalah wabah yang menyebar secara luas di dunia seperti Covid-19, dan epidemi adalah wabah penyakit yang terjadi hanya pada satu atau lebih kelompok atau wilayah geografis.
Contoh epidemi adalah campak.
Baca juga: Ini 7 Negara yang Telah Melewati Masa Puncak Pandemi Corona, Kapan Covid-19 di Indonesia Berakhir?
Baca juga: Tak Tahu Kapan Covid-19 Berakhir, Pemerintah: Kita Tetap Harus Produktif, Mari Ubah Paradigma Baru
Endemi juga bisa penyakit tidak menular seperti obesitas.
Kendati demikian, sejumlah ahli menyebut bahwa Covid-19 belum bisa dikatakan endemi dalam waktu dekat.
Hal itu salah satunya disampaikan oleh epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Menurut Dicky, hal itu karena status pandemi Covid-19 baru akan dicabut oleh WHO tahun depan.
Itu pun masih bersifat kemungkinan.
Bahkan, seperti dilansir dari Intisari, Dicky mengatakan, Covid-19 belum bisa disebut endemi pada tahun 2022.
"Pandemi ini bahkan baru berakhir paling cepat pertengahan tahun depan atau akhir tahun depan status pandeminya.
Tapi, setelah itu dia akan jadi epidemi dulu, karena ada beberapa negara yang masih mengalami masa krisis," kata Dicky seperti dilansir Kompas Nasional, Rabu (18/8/2021).

Pemerintah ternyata menyiapkan beberapa langkah membentuk kekebalan masyarakat dan membuat Covid-19 menjadi endemi.
Pertama adalah pengendalian kegiatan masyarakat dan modifikasi perilaku agar senantiasa menjalankan protokol kesehatan.
Selanjutnya membentuk kekebalan imunitas secara bertahap.
Bertahap mulai dari regional, daerah aglomerasi sampai kemudian membentuk kekebalan menyeluruh secara nasional.
Kemudian meningkatkan kapasitas dan infrastruktur kesehatan secara merata di seluruh pelosok daerah melalui testing, tracing dan treatment.
Kemudian mengawasi penyebaran varian virus yang muncul dan terus berkembang.
Diupayakan pula untuk terus memperbarui teknologi guna meminimalisasi efek varian virus, baik terhadap upaya pengobatan diagnostik maupun upaya pelayanan kesehatan lainnya.
Kelima, menyusun rencana ketahanan kesehatan masyarakat jangka panjang dengan melibatkan pertimbangan multidisiplin, seperti interaksi antarmanusia, hewan, dan tumbuhan sebagai investasi kesehatan jangka panjang.
Baca juga: Masih jadi Misteri, WHO Desak China Agar Transparan dan Kooperatif Pecahkan Asal-usul Covid-19
Baca juga: Investigasi Asal Usul Covid-19 di China Picu Kemarahan, WHO Bikin Dunia makin Banyak Pertanyaan
Baca juga: Dijaga Ketat dan Tertutup, Tim WHO Mulai Selidiki Asal-usul Covid-19 di Pasar Seafood Wuhan
.
.
.
(*/ TRIBUNBATAM.id)