4 Varian Covid-19 Paling Berbahaya Hasil Mutasi Virus Corona, Termasuk Delta

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO membagi mutasi virus corona atau Covid-19 dalam dua klaster yakni variant of concern dan variant of interest

Tribun Network
4 Varian Covid-19 Paling Berbahaya Hasil Mutasi Virus Corona, Termasuk Delta. Foto ilustrasi 

TRIBUNBATAM.id - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, membagi mutasi virus corona atau Covid-19 dalam dua klaster, yakni variant of concern dan variant of interest.

Variants of interest adalah generasi baru Covid-19 hasil mutasi yang sedang dipantau WHO.

Terdapat 5 mutasi Covid-19 yang masuk variants of interest, yaitu:

1. Eta, pertama kali terdeteksi di beberapa negara pada Desember 2020

2. Lota, pertama kali terdeteksi di AS pada November 2020

3. Kappa, pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020

4. Lambda, pertama kali terdeteksi di Peru pada Desember 2020

5. Mu, pertama kali terdeteksi di Kolombia pada Januari 2021

Selain 5 variants of interest WHO juga mengklasifikasikan 4 variants of concern.

Baca juga: Cara Baru Virus Corona Menyebar Terdeteksi melalui Air Mata? Ikuti Langkah Ini Cegah Pandemi

Baca juga: Vaksin Covid-19 Pfizer Vs Moderna, Setara di Awal Lawan Corona tapi Kini Berbeda

Berbeda dari variants of interest, kategori ini dinilai berpotensi memperburuk pandemi.

Salah satu varian dalam kategori variants of interest adalah Delta.

Covid-19 Varian Delta dianggap berbahaya lantaran daya tularnya begitu cepat.

Selain Delta, strain variants of interest dari SARS-CoV-2 adalah:

1. Alpha, pertama kali terdeteksi di Inggris pada September 2020

2. Beta, pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada Mei 2020

3. Gamma, pertama kali terdeteksi di Brasil pada November 2020

Peluang bermutasi

Jumlah varian SARS-CoV-2 diperkirakan akan berubah seiring waktu, karena semakin banyak virus menyebar, maka akan semakin banyak peluang untuk bermutasi.

Dr Griffin, seorang ahli penyakit menular dari Mater Health Services dan University of Queensland mengatakan, bahwa cara terbaik untuk membatasi mutasi virus adalah dengan membatasi penyebarannya.

Baca juga: Capaian Vaksinasi Corona di Lingga Dosis Pertama Akhirnya Capai Target

Baca juga: OJK Dukung Vaksinasi Corona di Kepri, Gandeng DPD REI Sasar Sejumlah Daerah

"Semakin banyak orang yang divaksinasi, semakin sedikit inang yang memungkinkan virus dapat terus hidup dan menjalani evolusi, serta menjadi lebih kuat," katanya.

Varian baru

Varian Mu dari Covid-19 yang juga dikenal sebagai varian B.1.621 pertama kali terdeteksi di Kolombia pada bulan Januari, dan sekarang telah terdaftar sebagai salah satu dari lima variants of interest yang dikategorikan oleh WHO.

Itu berarti, bahwa sementara WHO menganggapnya layak untuk pemantauan khusus.

Varian Mu dipandang sebagai masalah potensial yang lebih kecil daripada strain Delta atau Alpha dari virus SARS-CoV-2, yang telah ditetapkan sebagai varian yang menjadi perhatian (variants of concern) karena virulensinya yang meningkat.

Ini adalah varian pertama yang masuk dalam kategori variants of interest yang ditambahkan ke daftar sejak Juni, ketika varian Lambda dimasukkan dalam daftar.

Melansir ABC News, menurut laporan epidemiologi terbaru WHO, varian Mu telah terdaftar sebagai varian "menarik", karena memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan, yang perlu dipelajari lebih lanjut.

Baca juga: Lingga Kejar Zona Hijau Covid-19, Kasus Aktif Corona Tersisa 19 Orang

Baca juga: Polresta Barelang Operasi Yustisi, 3 Warga di Pasar Tiban Centre Positif Corona

Paul Griffin, seorang ahli penyakit menular dari Mater Health Services dan University of Queensland, mengatakan para ahli kesehatan terus-menerus mencari varian yang mungkin lebih mudah menginfeksi orang yang divaksinasi, melalui mutasi pada protein lonjakan virus.

"Jika protein lonjakan itu berubah secara signifikan, maka pasti ada potensi vaksin Covid-19 bekerja kurang baik," katanya.

"Kami pikir akan ada waktu di mana itu menjadi sangat mungkin, tetapi kami belum benar-benar melihatnya," imbuh Griffin, seperti dikutip dari Kompas.com.

WHO menekankan, bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami efek varian Mu, tetapi Dr Griffin mengatakan, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa Mu cocok sebagai varian pelarian.

Menurut WHO, prevalensi varian Mu dalam infeksi Covid-19 global sebenarnya telah menurun sejak pertama kali terdeteksi, namun prevalensi di Kolombia (39 persen) dan Ekuador (13 persen) secara konsisten meningkat.

Varian ini menyumbang kurang dari 0,1 persen dari semua infeksi Covid-19 global, tetapi wabah B.1.621 juga telah dilaporkan di beberapa bagian AS dan Eropa.

Baca juga: Covid-19 Batam, 3 Kecamatan Masih Zona Merah, Kasus Corona Tanjung Pinang Tinggal 180

Baca juga: Semua Hal yang Perlu Diketahui tentang Virus Corona, Bahaya, Penyebaran dan Cara Mencegahnya

.

.

.

(*/ TRIBUNBATAM.id)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved