Inggris Sudah Menyetujui Obat Covid-19, Akankah Mengakhiri Pandemi di Dunia?
Lalu dengan memasuki era pil obat Covid-19, apakah bisa segera mengakhiri pandemi? Berikut penjelasan para pakar yang dirangkum AFP pada Sabtu (6/11/2
TRIBUNBATAM.id, KENILWORTH - Inggris sudah menemukan obat Covid-19, apakah obat tersebut akan bisa mengakhiri Pandemi di Dunia.
Sejauh ini, Dunia masih di hantui oleh Covid-19.
Pil obat Covid-19 pertama yang bisa diminum memiliki hasil uji coba memuaskan dan akan segera dipasarkan.
Pil molnupiravir buatan raksasa farmasi Amerika Serikat (AS) Merck dan obat paxlovid racikan Pfizer sama-sama diklaim mengurangi risiko rawat inap atau kematian, dengan efektivitas tinggi.
Lalu dengan memasuki era pil obat Covid-19, apakah bisa segera mengakhiri pandemi? Berikut penjelasan para pakar yang dirangkum AFP pada Sabtu (6/11/2021).
Mengenal pil Pfizer dan Merck
Keduanya adalah pil yang harus langsung diminum setelah gejala pertama Covid-19 muncul, untuk menghindari bentuk penyakit yang serius dan rawat inap di rumah sakit.
Bentuk pengobatan ini sebenarnya sudah diupayakan sejak awal pandemi Covid-19.
Setelah berbulan-bulan melakukan penelitian, Merck dan Pfizer akhirnya mengatakan mereka telah mencapai hasil uji coba yang memuaskan.
Pada awal Oktober Merck mengatakan, sedang mengajukan persetujuan di AS untuk pil molnupiravir-nya, dan Pfizer mengikutinya pada Jumat (5/11/2021) dengan paxlovid.
Keduanya adalah antivirus yang bekerja dengan mengurangi kemampuan virus bereplikasi, sehingga memperlambat penyebaran penyakit.
Merck dan Pfizer menyatakan, uji klinis menunjukkan reduksi kuat dalam risiko rawat inap.
Relawan yang mengonsumsi molnupiravir risiko rawat inapnya berkurang hingga 50 persen, dan yang meminum paxlovid risiko opname-nya turun hampir 90 persen.
Namun, kedua obat tersebut tak bisa dibandingkan langsung tingkat kemanjurannya, karena protokol penelitian yang berbeda.
Sebuah anti-depresan yang sudah tersedia untuk umum, fluvoxamine, juga menunjukkan hasil bagus dalam mencegah bentuk serius Covid-19, menurut penelitian yang diterbitkan pada Oktober oleh para peneliti Brasil di jurnal Lancet Global Health.