Cerita Pria yang Sering Antar jemput PSK, Tak Pernah Patok Tarif Untuk Mereka

Gareng merupakan pria yang belum genap 25 tahun asal Kota Semarang, Jawa Tengah, yang selalu menemani wanita panggilan atau sering disebut oleh kaum m

Editor: Eko Setiawan
Darwinsyah/BangkaPos
Ilustrasi 

Kondisi para wanita panggilan dan cerita yang sering Gareng dengar langsung dari wanita-wanita tersebut, membuat Gareng tergugah.

“Sebenarnya mereka kasihan, karena kondisi ekonomi. Bahkan ada yang ditinggal lari suaminya saat hamil dan kini harus jadi tulang punggung keluarga,” terang Gareng.

“Saya hanya membantu mengantarkan dan tak mau menerima uang dari mereka. Tak jarang mereka memaksa agar saya menerima uang usai mengantar atau menjemput, tapi tetap saya tolak. Mentok-mentoknya mereka memberi rokok,” jelasnya.

Di tengah perbincangan, Gareng berapi-api kala melihat cercaan yang dilontarkan masyarakat melalui media sosial mengenai wanita-wanita malam.

“Jangan hanya mengomentari negatif apalagi pakai dalil kalau belum tahu betul kondisi wanita-wanita tersebut.

Kalau berani komentar pedas berani juga memberi pekerjaan ke mereka agar mereka lepas dari dunia hitam,” ucapnya.

Menurutnya, jika ada pilihan lebih baik wanita-wanita tersebut juga tak mau melakoni pekerjaan yang penuh resiko itu.

“Kalau ada pilihan lain pastinya mereka tidak terjun ke pekerjaan penuh resiko seperti itu.

Baca juga: Curhat Pengalaman Pahit Perias Pengantin Jadi PSK: Begitu Tahu Saya Waria Langsung Cancel

Beberapa yang saya antar juga mengatakan hal serupa, namun mereka terpaksa, ada anak dan keluarga yang harus makan setiap hari,” terang Gareng yang sudah mengantar para wanita panggilan sejak ia duduk di bangku SMA itu.

Dilanjutkan Gareng, beberapa orang yang ia antar mengaku was-was bahkan di antaranya takut ketika hendak menemui pelanggannya.

“Mereka sangat rentan dan bisa jadi korban kekerasan ataupun kriminalitas, karena pelanggannya tak jarang jarang dalam kondisi mabuk,” katanya.

Di penghujung perbincangan, ia menambahkan harus ada penangan serius untuk mengentaskan wanita-wanita tersebut.

“Sekarang cari pekerjaan sulit, mereka juga rata-rata tak berijazah tinggi sementara anak dan keluarga butuh makan, kalau masih ada suami yang menghidupi masih lumayan, padahal banyak juga yang ditinggal lelakinya.

"Harusnya pemerintah membuat program yang lebih fokus ke mereka jangan hanya musiman, masyarakat juga ikut membantu jangan hanya memberi komentar miring, mereka sama seperti kita sama-sama manusia, yang dihadapkan dengan kondisi serba sulit.

"Kalau sama-sama saling membantu untuk membuka peluang lebih baik saya yakin mereka akan terentaskan,” ujarnya. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunCirebon.com dengan judul Cerita Pria Pengantar PSK di Semarang Tidak Patok Tarif Harga, Malah Rela Tidak Dibayar dengan Uang

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved