HUMAN INTEREST
Cerita 3 Kakek di Lingga Kayuh Sepeda Puluhan Kilo Demi Jualan Ikan dan Kerupuk
Tiga kakek di Lingga ini berteman dekat. Setiap harinya mereka tempuh puluhan kilo dengan sepeda demi berjualan ikan dan kerupuk
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Kisah menarik datang dari Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri.
Kisah itu tentang tiga pria lanjut usia, yang setiap harinya mengayuh sepeda untuk berjualan ikan dan kerupuk.
Tiga kakek ini berteman dekat. Setiap hari, mereka menempuh jarak puluhan kilometer dengan sepeda ontel.
Rutenya dari Kecamatan Singkep Pesisir, asal ketiganya, ke Dabo Singkep.
Setiap hari mereka bolak-balik Singkep Pesisir-Dabo Singkep demi mendapatkan rezeki.
Saat ditemui TribunBatam.id, ketiga kakek ini cukup ramah dan rela berbagi kisah mereka.
Ada pun mereka ini sering disapa Aji, Azam, dan Bujang.
Baca juga: KISAH Parlindungan Yudha Marbun, Menyandang Disabilitas Bukan Berarti Tanpa Kreatifitas
Baca juga: Cerita Warga Batam Dapat Rezeki Dari Kelapa Mini hingga Punya Gerai Tanaman Hias
Mereka bercerita, jarak rumah mereka ke Dabo Singkep sekitar 14 km.
Jika dihitung jarak pulang-pergi, berarti setiap hari tiga kakek ini menempuh jarak 28 km untuk menjual dagangannya.
Tidak sampai di situ, saat tiba di Dabo Singkep, mereka mengayuh sepeda menuju pasar dan rumah-rumah warga.
Itu berarti, jarak yang mereka tempuh bisa lebih dari 30 km setiap harinya.
Kakek Azam sendiri merupakan seorang warga dari Desa Lanjut. Sementara Kakek Aji dan Bujang merupakan warga Desa Sedamai.
Usia mereka tak jauh beda. Kakek Aji paling tua dibandingkan teman dekatnya. Usianya 75 tahun.
Sementara Kakek Azam berusia 72 tahun dan Kakek Bujang 70 tahun.
Ketiga sekawan itu mengaku, mereka telah menjalani pekerjaan ini lebih kurang 40 tahun.
"Kalau kakek jualan ikan," kata Aji.
"Kakek jualan kerupuk," sambung Azam.
"Saya sendiri jualan ikan, samalah dengan Tok Aji," ucap Bujang.
Mereka bercerita, umumnya masyarakat di Dabo Singkep telah mengenal mereka.
Lantaran mereka sudah lama berjualan keliling kampung dan dianggap ramah serta baik terhadap siapapun yang mereka temui.
Untuk perjalanan dari rumah, ketiganya menyebutkan lebih kurang sampai dalam waktu hampir 1 jam.
"Untuk ikan sama kerupuk ini kami ambil sama orang, kemudian dijual lagi," ucap Azam dibenarkan kedua temannya.
Kakek Aji mengungkapkan, sebelumnya ia pernah berjualan di dalam perusahaan timah di Dabo Singkep, beberapa puluhan tahun lalu.
"Saya masuk ke dalam, jualan ke karyawan. Tidak apa-apa masuk. Dulu masih ada zaman tambang timah," ungkap Aji.
Meski tidak pergi secara bersamaan, namun mereka akan pulang bersama dan biasanya akan duduk bersama di warung kopi.
"Biasanya pergi pukul 12 lewat atau pukul 1 lah dari rumah sesudah Zuhur," ucap ketiganya.
Ketiganya pun menuturkan, mendapatkan penghasilan yang tidak tentu dari hasil jualan mereka.
"Mungkin kalau tidak terbiasa olahraga tak akan kuat. Alhamdulillah kami masih kuat," tutur Kakek Bujang.
Pada pagi harinya, ketiga kakek ini akan melakukan aktivitas lain seperti berkebun atau memancing, dan baru berjualan pada siangnya.
Setiap sore, mereka akan kembali dari Dabo Singkep sekira pukul 16.00 WIB.
Meski tampak lelah, namun tidak ada setutur kata pun yang menunjukkan keluhan mereka ke TribunBatam.id.
Pekerjaan itu mereka jalani dengan rasa syukur dan selalu bersemangat, meski usia mereka sudah renta.
(TribunBatam.id/Febriyuanda)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita tentang Lingga