BREAKINGNEWS Puasa Ramadhan 1443 Hijriah Sabtu 2 April 2022, Hisab Hakiki Wujudul Hilal Muhammadiyah

Sabtu 2 April 2022 ditetapkan sebagai awal puasa Ramadhan 1443 Hijiriah oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melalui maklumat nomor 01/MLM/I.0/E/2022

Puasa Ramadhan 2022 - BREAKINGNEWS Puasa Ramadhan 1443 Hijriah Sabtu 2 April 2022, Hisab Hakiki Wujudul Hilal Muhammadiyah 

Apabila hilal terlihat dengan beberapa ketentuan di atas, maka bulan Syakban dicukupkan 29 hari.

Sementara itu, hisab dapat diartikan dengan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah.

Terdapat beberapa rujukan atau kitab yang digunakan untuk metode hisab di Indonesia.

Metode hisab juga ada yang menggunakan metode kontemporer.

"Caranya ya menggunakan rumus-rumus yang ada di buku itu. Ada rumusnya seperti apa untuk menghitung awal bulan dengan data astronomis yang ada di buku-buku tersebut," ujar Khazin.

Baca juga: Tips Tubuh Agar Tetap Sehat dan Bugar Selama Ibadah Puasa Ramadhan

Baca juga: Kamu Harus Tahu, Ini 8 Hal yang Bisa Membatalkan Ibadah Puasa Ramadhan

Terlepas dari itu, Khazan mengatakan bahwa baik metode hisab maupun rukyat, keduanya merupakan sebuah cara untuk menentukan awal bulan.

Menurutnya kedua metode itu tidak bisa dinafikan karena semuanya saling mendukung.

"Adanya hisab itu juga karena ada rukyat yang panjang, termasuk metode hisab ini akan mempermudah pelaksanaan rukyat secara benar. Jadi kedua-duanya ini saling menguatkan dan saling mendukung," tutur Khazin.

Metode Hisab dan Rukyat

Rukyat atau Rukyatul Hilal adalah aktivitas pengamatan visibilitas hilal (bulan sabit) saat Matahari terbenam menjelang awal bulan di Kalender Hijriah.

Rukyatul hilal biasanya dilakukan untuk menentukan awal bulan Zulhijah, Ramadhan, dan Syawal.

Baca juga: Apakah Muntah Bisa Membatalkan Puasa Ramadhan? Begini Hukumnya

Baca juga: RESEP 5 Minuman Segar dan Enak, Cocok Untuk Jadi Menu Buka Puasa Ramadhan Sore Nanti

Dalam melakukan pemantauan, Kementerian Agama bekerja sama dengan organisasi masyarakat (ormas) Islam, pakar BMKG, pakar Lapan dan pondok pesantren sudah melakukan perhitungan di daerahnya.

Penghitungan itu dilakukan untuk menghindari terjadinya "salah lihat".

Sebab, jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan objek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal atau objek lainnya.

Hilal bisa dilihat dengan ketinggian minimal 2 derajat, elongasi (jarak sudut matahari-bulan) 3 derajat dan umur minimal 8 jam saat ijtimak.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved