Masjid Agung Al-Hikmah Tanjungpinang Dulu Masjid Keling Dibangun Pedagang India
Tanjungpingpinang merupakan Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) ini banyak mencatat sejarah, baik budaya Melayu maupun agama.
Penulis: Endra Kaputra | Editor: Agus Tri Harsanto
Nama panggilan ini biasanya disandingkan dengan jenis profesi yang mereka geluti. Oleh karena itu dulu di Tanjungpinang di kenal bermacam- macam bai.
Sejarawan Aswandi Syahri menyebut, imigran asal India yang singgah di Tanjungpinang pada abad 19 itu bukan untuk menetap.
Mereka hanya berdagang kain, roti, rempah-rempah, dan obat-obatan.
Setelah beberapa waktu menetap di Tanjungpinang, sekumpulan orang keling ini pun bersepakat membangun satu rumah ibadah.
Orang-orang keling saat itu, ketika beribadah masih menggunakan ritual-ritual islam ala India.
Aswandi meyakini Masjid Keling dibangun setelah vihara dan lebih dulu dari Gereja Ayam.
Taksiran Aswandi ini merujuk pada arsip laporan pembangunan Gereja Ayam, yang menyebutkan, pendeta mengeluhkan ketiadaan gereja di Tanjungpinang.
Bila benar demikian, masjid yang terletak di jantung kota ini diperkirakan sudah berusia lebih dari satu abad.
Namun, tak satu pun dari masjid ini bangunan asli. Ihwal bentuk Masjid Keling yang juga disebut Masjid Kuala Sungai itu, kata Aswandi, juga tidak diketahui, karena tak ada satu pun foto dokumentasinya. Namun, diperkirakan bangunan asli Masjid Keling ini berbentuk panggung.
Perkiraan Aswandi ini berpulang pada ingatannya mengunjungi sebuah pameran sejarah ketika perayaan ulang tahun Kota Tanjungpinang 6 Januari 1987 silam di Gedung Olahraga Kacapuri.
Ada orang yang memamerkan lukisan sketsa Masjid Keling yang masih berbentuk rumah panggung.
Hal ini sebuah kemungkinan yang lazim.
Pasalnya, di abad 19 silam, arsitektur khas bangunan di Tanjungpinang adalah berbentuk panggung meski bangunan itu jauh dari laut.
Keberadaan Orang Keling di Tanjungpinang tak bertahan lama. Rombongan kecil para pedagang asal India itu meninggalkan Tanjungpinang di pertengahan 1950-an.
Kebanyakan mereka memilih pergi ke Singapura atau Medan, sebagai basis besar orang keling terdekat dari Tanjungpinang.
Namun, ada pula sebagian kecil orang keling memilih menetap di Tanjungpinang dengan mempersunting orang tempatan.