BATAM TERKINI

STOK Sapi dan Kambing di Batam Menipis, Pemko Tolak Keluarkan Rekomendasi Pengiriman dari Lampung

Pemko Batam tidak bersedia memberikan rekomendasi masuknya sapi dan kambing dari wilayah lain ke Kota Batam walaupun sudah menjelang Idul Adha.

tribunbatam.id/istimewa
Pemko Batam tidak bersedia memberikan rekomendasi masuknya sapi dan kambing dari wilayah lain ke Kota Batam walaupun sudah menjelang Idul Adha. Foto : Ilustrasi 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Batam, Mardanis mengaku saat ini stok sapi dan kambing di Kota Batam semakin menipis.

Hal ini lantaran berhentinya suplai kambing dan sapi dari Lampung ke Kota Batam.

Mengingat adanya temuan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) diwilayah tersebut.

"Hewan kambing dan sapi itu biasanya dari Lampung, lewat Jambi, Kuala Tungkal baru ke Batam. Nah di Jambi itu ada edaran dari karantina tidak boleh mengeluarkan sapi transit di Jambi lantaran di Lampung sudah ada temuan kasus," ujar Mardanis kepada TRIBUNBATAM.id, Jumat (20/5/2022).

Kondisi ini membuat Asosiasi Pedagang dan Peternak Sapi dan Kambing di Kota Batam kesulitan.

Apalagi menjelang Hari Raya Idul Adha pada Juli 2022 mendatang.

"Saya sudah rapat sama pihak asosiasi terkait hal itu," katanya.

Baca juga: UMAT Muslim di Batam Terancam tak Bisa Berkurban saat Idul Adha 1443 Hijirah, Ini Sebabnya

Baca juga: BATAM Jadi Jalur Emas Masuknya Narkoba dari Luar, Ini Cara BNNP Memberantas Pengedarnya  

Ia menegaskan Pemerintah Kota (Pemko) Batam tidak bersedia memberikan rekomendasi masuknya sapi dan kambing dari wilayah lain ke Kota Batam walaupun sudah menjelang Idul Adha.

Pasalnya kebijakan tersebut sudah diatur oleh pemerintah pusat.

"Saya bilang kita tunggu sampai ada keputusan dari Kementerian tentang Idul Adha ini pasti ada kebijakan Kementerian tentang itu. Sedangkan Covid aja yang dari luar bisa masuk kalau urgent," katanya.

Ia berharap, pemerintah pusat bisa memberikan kebijakan lain terkait masuknya sapi dan kambing dari wilayah lain.

Misalnya dengan Standar Protokol Kesehatan (SOP) protokol kesehatan (prokes) hewan yang ketat.

Diakuinya, ia sudah memberikan opsi lain kepada asosiasi Pedagang dan Peternak Sapi dan Kambing Kota Batam.

Salah satunya mengambil daging sapi dari wilayah Bali. Lantaran wilayah tersebut, hewannya tidak terjangkit PMK.

"Misal gini daerah tidak tertular katakanah daerah Bali. Sapi Bali langsung kirim ke Batam tanpa transit daerah lain. Muatan 1 kapal roro biasanya 500 ekor sapi Bali. Perjalanan ke Batam kurang lebih 1 minggu. Para asosiasi bisa merental kapal dengan sistem patungan. Lalu, sediakan dokter hewan untuk mengawasi sapi-sapi selama di perjalanan," paparnya.

Namun, kata Mardanis, opsi ini tidak disetujui oleh pihak Asosiasi. Lantaran lamanya perjalanan dan kendala lainnya.

"Saya tak punya saran lain. Kalau mau masuk sapi ke Batam silahkan ambil dari Bali pakai kapal roro punya Kementerian Pertanian. Itu bisa berlaku sopnya. Misalnya di desinfektan kapalnya, orang-orangnya pun dibatasi," katanya.

Ia menambahkan PMK ini bukan penyakit yang sepele. Oleh sebab itu pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan yang ketat.

"Selama ini kita menerima sapi yang punya sertifikat sehat. Kemudian, saat masuk Batam tidak bisa langsung diperjual belikan atau dimakan, kita harus test dulu. Sapi dan kambing harus karantina 14 hari," katanya.

Beberapa hari terakhir, sebelum adanya penutupan sebanyak 70 ekor sapi yang diawasi atau di police line. Lantaran, baru tiba di Batam.

"Sudah 5 hari kami awasi. Kami tandai jangan sampai sapinya terjual selama 2 minggu ke depan," tegas Mardanis.

Sementara itu, Penasehat Asosiasi Pedagang Peternak Sapi dan Kambing Kota Batam, Musofa mengaku pihaknya keberatan apabila mengambil sapi dari Bali. Ada beberapa faktor yang membuat pihak asosiasi keberatan.

"Kami sudah pernah beli dari Bali mbak. Bukannya tak pernah. Itu bukan solusi," kata Musofa.

Ia memaparkan kendala pertama, 1 kapal hanya bisa bermuatan 500 ekor sapi.

Hanya ada sapi Bali, tidak ada sapi metal yang bisa dikurbankan oleh para pejabat.

Lalu, pihaknya harus menyewa sekitar 6 kapal untuk memenuhi kebutuhan sapi di Batam

"Sapi sampai di Batam pada teler. Misalnya pernah sakit paru-paru. Selama di perjalanan, sakit semua. Sapi kurang makan 1 hari saja, timbangan sapi turun 1 kilo per hari, kalau 7 hari berarti turunnya 7 kilogram. Lama lagi kita pemulihannya di Batam. Padahal sebentar lagi sudah Idul Adha," katanya.

Selanjutnya, harga sapi bali sampai di Kota Batam dibanderol dengan harga Rp 23 juta modalnya saja. Katakanlah, pihaknya menjual Rp 24 juta setiap 1 ekor sapi.

Padahal seharusnya bisa dijual hanya Rp 22 juta.

Sementara untuk kambing tidak ada Bali. Pihaknya membutuhkan 18 ribu ekor kambing untuk pelaksanaan Idul Adha.

Sebelumnya diberitakan, stok hewan kurban seperti sapi dan kambing dikhawatirkan tak cukup hingga pelaksanaan Idul Adha yang jatuh pada Juli 2022 mendatang.

Demikian diungkapkan oleh Penasehat Asosiasi Pedagang Peternak Sapi dan Kambing Kota Batam, Musofa.

"Stoknya tak aman," ujar Musofa, Rabu (18/5/2022) lalu.

Stok ini tidak aman, lantaran diberhentikannya suplai kambing dan sapi dari Bandar Lampung melalui Kuala Tungkal Jambi sejak seminggu yang lalu. 

Ditambah lagi dengan stok kambing dan sapi yang di Batam sudah semakin menipis.

"Batam ini bukan daerah penghasil. Kita tak lagi bisa masukkan barang. Karantina dari Kuala Tungkal tak bisa masuk karena ada instruksi Pak Presiden (Joko Widodo), semua daerah yang terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Lockdown. Satu minggu yang lalu Karantina Kuala Tungkal lewat Kapal Roro ke Batam dihentikan sementara. Sampai akhir bulan ini, stok kambing dan akan habis dan tak bisa masuk lagi," paparnya.

Untuk saat ini, stok sapi di Sei Temiang yang terdaftar dalam asosiasi hanya ada 250 ekor sapi, sedangkan kambing 750 ekor kambing. Dari Kebutuhan kambing 15 ribu hingga 18 ribu ekor kambing dan 3000 ekor sapi untuk momen Idul adha. 

Sementara kebutuhan stok Kota Batam pada momen Idul Adha 2021 lalu sebanyak 2000 ekor lebih untuk sapi dan kambing 15 ribu ekor.

Kebutuhan ini disaat masih pandemi Covid-19.

"Inikan sudah keadaan normal. Orang Singapura biasanya kurban di Batam sebanyak 30 persen," katanya.

Musofa memaparkan kebutuhan harian rumah makan untuk sate kambing dan gulai 10 ekor perhari. Saat momen Aqiqah seperti Sabtu Minggu 75 ekor kambing.

"Sekarang dengan adanya aqiqah, rumah makan akhir bulan stok kambing diprediksi hanya ada 400an ekor," katanya.

Diakuinya, stok yang ada saat ini, palingan pertengahan Bulan Juni di Batam habis.

Ia berharap, lantaran Batam bukan produksi sapi dan kambing, melainkan di suplai dari daerah lain, yakni Lampung seharusnya ada rekomendasi dari Gubernur dan wali kota agar Kuala Tungkal dibuka.

Sehingga hewan kurban bisa dikirim ke Batam dan kebutuhan saat Idul Adha tercukupi.

"Kalau stok tak ada, penyembelihan hewan kurban pun tak ada. Ini bukan solusi. Sapi dan kambing yang didatangkan dari Batam sudah dites di laboratorium yang valid di Bandar Lampung. PMK dan lainnya pasti tak ada," katanya.

Ia juga memastikan kambing dan sapi di Kota Batam saat ini steril. Terhindar dari penyakit PMK atau penyakit hewan lainnya.

"Kita dijamin pasti steril sekarang dari PMK. Lantaran tak ada perkembangbiakan disini. Sapi dan Kambing yang didatangkan juga ada sertifikat sehat. PMK berasal dari Jatim, sapi dan kambing dari Lampung, sementara Lampung ada peternakan baik perusahaan ataupu individu," paparnya. (TRIBUNBATAM.id/Roma Uly Sianturi)
 

 

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved