FEATURE

Warga Nongsa Batam Mendulang Rupiah dari Eceng Gondok, Omzet Rp 5 Juta Sebulan

Usaha kerajinan eceng gondok ini dirintis Anik Dewi Maharani, warga Nongsa Batam mulai 2021. Lewat eceng gondok, omzetnya capai Rp 5 juta/bulan

Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Hening Sekar Utami
Pengusaha UMKM yang juga warga Nongsa, Anik Dewi Maharani memperlihatkan produk-produk kerajinan tangan berbahan dasar eceng gondok di stan pameran Nagoya Hill Mall, Lubuk Baja, Batam, Sabtu (2/7/2022). 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Tanaman eceng gondok mendatangkan berkah bagi Anik Dewi Maharani (43) di masa pandemi Covid-19.

Bagaimana tidak, warga Batu Besar, Nongsa, Batam ini mampu meraup omzet sebesar Rp 2 juta sampai Rp 5 juta per bulan dari menjual pernak-pernik dari anyaman eceng gondok.

Adapun produk-produk kerajinan tangan yang ia jual melalui brand "Dewdiva Craft" ini berupa tas jinjing, pot tanaman, kotak tisu, souvenir, karpet hingga kursi. Semuanya ia kerjakan dengan tangan sendiri.

"Kerajinan tangan ini, alhamdulillah, saya bikin sendiri. Kadang dibantu suami dan anak," ujar Anik, ketika ditemui di stan pameran UMKM Bank Indonesia di Nagoya Hill, Batam, Sabtu (2/7/2022).

Usaha yang dirintis Anik ini baru seumur jagung. Ia memulainya sejak tahun 2021, tahun di mana pandemi Covid-19 masih melanda.

Kala itu, bisnis suaminya yang bergelut di bidang seni airbrush kurang produktif, karena sepinya pesanan. Anik yang dulunya berprofesi karyawan swasta pun tidak lagi bekerja.

Alhasil, ia memberanikan diri untuk fokus membesarkan bisnis kerajinan tangan dari eceng gondok ini, meski mulanya berangkat dari hobi semata.

Anik yang gemar membuat dekorasi dan kerajinan tangan, merasa memiliki panggilan hidup setelah mengikuti pelatihan menganyam eceng gondok di Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Batam.

Baca juga: KUR BRI Bantu UMKM Isna Puring Kembangkan Pasar saat Pandemi, Limbah Eceng Gondok Goes to Tokyo

Baca juga: KISAH Sukses Trisnawati, Lewat Eceng Gondok Sukses Tembus Pasar Mancanegara

"Dari 30 peserta pelatihan waktu itu, cuma saya satu-satunya yang menggeluti sampai sekarang. Awalnya saya iseng buka usaha ini, tapi alhamdulillah, lama kelamaan semakin banyak yang pesan," jelas perempuan asal Malang, Jawa Timur ini.

Produk-produk buatannya juga memiliki harga bervariasi tergantung ukuran dan kerumitan. Produk kecil seperti souvenir dijual dengan harga paling murah, yakni Rp 35 ribu, sedangkan produk ukuran besar seperti kursi dihargai Rp 300 ribu.

Sembari memperlihatkan produk-produk kerajinan tangannya, Anik pun menjelaskan bagaimana cara membuat anyaman eceng gondok yang kuat dan tahan lama.

Eceng gondok yang dipilih Anik yakni yang berbentuk panjang-panjang, sehingga mudah dianyam.

Biasanya, sang suami ikut membantu dengan memanen tanaman eceng gondok yang diambil dari rawa-rawa sekitar wilayah Batu Besar, Nongsa, dekat tempat tinggalnya.

Eceng gondok yang dipilih haruslah tanaman yang tua, karena seratnya lebih kuat.

Jika sudah dipanen, eceng gondok yang masih basah akan dijemur. Anik menjelaskan, apabila cuaca sedang panas berkepanjangan, menjemur eceng gondok tidak lama. Hanya membutuhkan waktu tiga hari.

"Kalau lagi musim nggak tentu kayak gini, kadang panas kadang hujan, proses menjemurnya bisa sampai seminggu," jelas Anik.

Anik juga berpesan, menjemur eceng gondok tidak boleh dilakukan menggunakan oven atau kompor, karena hasilnya akan rapuh seperti daun kering.

Lebih baik, jemur di luar ruangan dan dengan sinar matahari langsung.

Eceng gondok yang dianyam juga harus benar-benar kering, tidak boleh setengah basah, sebab mudah berjamur.

Proses menganyamnya juga menggunakan teknik tertentu sesuai dengan bentuk produk yang hendak dihasilkan. Kemudian setelah jadi, produk akan dilapisi cairan obat anti hama agar terhindar dari rayap.

Bagi para pecinta kerajinan tangan berbahan alami, produk-produk yang terbuat dari eceng gondok dapat menjadi pilihan.

Anik mengakui, semua produknya terbuat dari bahan alami dan ramah lingkungan, serta dapat tahan hingga lebih dari lima tahun.

Cara menyimpannya juga tidak sulit. Produk eceng gondok yang terkena tumpahan air atau kopi dapat langsung disiram dengan air bersih lalu dijemur, tanpa harus dicuci menggunakan sabun atau deterjen.

"Sebisa mungkin jangan digosok-gosok saat dilap, karena bisa merusak materialnya," tambah Anik.

Selain menjual barang-barang bikinannya sendiri, Anik juga bergabung dalam kelompok pengrajin eceng gondok dari Isna Puring, sebuah UMKM di bidang kerajinan tangan berbahan alami, yang sudah lebih dahulu berdiri sejak lima tahun lalu.

Produk-produk Isna Puring saat ini sudah lebih banyak dikenal, dan diekspor sampai ke luar negeri.

Varian produknya juga beragam, mulai dari barang berbahan eceng gondok, rotan, kulit jagung, hingga bambu.

"Kalau saya ini masih pemula, masih belajar," ujar Anik sembari tertawa.

Anik berharap, ia dapat menimba lebih banyak pengalaman sebagai pengrajin eceng gondok, serta dapat merambah produksi jenis kerajinan tangan lainnya.

Ia juga berharap, ada lebih banyak ibu-ibu rumah tangga lainnya yang mampu mendukung ekonomi keluarga dengan mendirikan usahanya sendiri.

(TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved