LINGGA TERKINI
Kerangka Gajah Mina di Museum Lingga Jadi Perhatian Pengunjung, Punya Gading dan Ekor
Kerangka Gajah Mina di Museum Lingga disimpan di wadah dilapisi kaca. Awalnya ditemukan 2005 lalu, hingga kini masih jadi perhatian pengunjung di sana
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Museum Linggam Cahaya di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyimpan koleksi asli kerangka satwa laut langka.
Benda ini disimpan di wadah dilapisi kaca yang besar, di antara ribuan koleksi yang ada di dalam Museum Lingga ini.
Kebanyakan masyarakat setempat menyebut kerangka satwa laut langka itu "Gajah Mina".
Bentuk berupa sejenis ikan berkepala gajah, dan disertai gading.
Karena bentuknya yang unik dan langka itu, kerangka gajah mina ini kerap jadi perhatian pengunjung yang datang ke sana.
Hewan dengan ukuran 12,40 meter ini pada awalnya ditemukan pada 13 Januari 2005 di Pantai Dungun, Desa Teluk, Kecamatan Lingga Utara, berdekatan setelah peristiwa Tsunami Aceh.
Hewan ini memiliki panjang ekor 1,80 meter, panjang gading 2,40 meter, tebal kulit 10 sentimeter, panjang sirip bawah 78 sentimeter, dan lebar sirip bawah 47 sentimer.
Ciri lainnya dari gajah laut ini memiliki rambut, belalai, dan ekor seperti ikan.
Namun, menurut Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardy menyebutkan, gajah mina ini masih banyak dianggap sebagai hewan mitologi.
Baca juga: Geger Video Bangkai Gajah Mina di Laut Natuna, Peneliti LIPI Jelaskan Penampakan Hewan Mitologi
Pasalnya hewan yang hampir serupa dengan ukuran paus ini, jarang ditemui oleh masyarakat.
Melalui kerangka yang disimpan di Museum Linggam Cahaya ini, masyarakat perlahan mengakui keberadaan nyata satwa laut langka ini.
"Pada awalnya gajah mina ini ditemui oleh masyarakat, yaitu Pak Umar di Pantai Dungun, dengan bentuk yang masih ada dagingnya," kata Lazuardy kepada TribunBatam.id, Senin (18/7/2022).
Ia pun bercerita, saat terdampar di pantai, hewan besar ini sudah membusuk atau menjadi bangkai.
"Dengan kondisi yang masih utuh, gajah mina ini dikeringkan lebih kurang satu tahun, hingga tulang belulangnya dikumpulkan oleh keluarga Pak Umar. Lalu pada 16 Januari 2006 baru diserahkan ke pengelola museum," jelas Lazuardy.
Ia menerangkan, gajah mina yang disimpan di Museum Lingga ini merupakan penemuan pertama oleh masyarakat.