FEATURE
Perjuangan Perahu Layar Penguasa Laut Menangkan Lomba Sampan Layar di Batam
Akhirnya menjuarai Lomba sampan layar di Belakang Padang Batam, kapal Penguasa Laut ternyata melaluinya dengan penuh perjuangan. Simak kisahnya.
Penulis: Beres Lumbantobing |
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Perahu layar dengan nama lambung ‘Penguasa Laut’ itu melesat meninggalkan pelantar Elang Laut (bantaran dermaga pelabuhan) Kecamatan Belakang Padang, Rabu (17/8/2022) siang.
Diawaki sembilan orang, layar perahu itu pun langsung didorong angin menuju arah perairan internasional Selat Singapura.
Dengan cekatan para awak kapal pun sigap menarik tali pengingat layar.
Tali pengikat layar, diulur, ditarik bahkan digoyang untuk menghalau angin agar perahu dapat dikendalikan.
Tak mau diam, nakhoda perahu layar itu ikut sibuk menyeimbangkan laluan arah tujuan kapal.
Dengan sekuat tenaga, dayung perahu diputar hingga melengkung, kapal pun seketika berputar laluan.
Sembilan awak kapal terlihat bahu membahu, menahan perahu agar tidak terbalik didorong kencangnya angin.
Jika awak kapal tak kuat, maka kapal akan terbalik di tengah laut itu.
Sama seperti beberapa kapal layar lainnya yang tenggelam dihempas gelombang angin.
“Tarik, tahan.. putar, ikuti arah angin,” teriak seorang awak perahu layar, Fadli saat memandu rekan-rekannya memacu perahu layar menuju perairan Pulau Sambu.
Fadli bersama sembilan rekannya terus menarik tali layar perahu, menghentaknya sekuat tenaga agar angin tak menghempas membawa keluar jalur lomba.
“Ayooo. Kita bisa, kita pasti menang. Satu, dua tiga. Tarik layar, tahan..,” teriak Fadli memandu awak kapal lainnya.
Baca juga: Maxim Batam Dukung Perlombaan Perahu Layar di Belakang Padang
Sementara nakhoda perahu layar, Rahman juga turut memandu tujuan perahu berlayar.
Buah hasil kerjasama tim yang kompak, Rahman pun mampu membawa perahu keluar menghindari perairan laut lepas berputar menuju alur perairan Pulau Sambu besar.
Dari perairan itu terlihat jelas bahkan begitu dekat gugusan gedung-gedung pencakar langit Singapura.
Jika perahu tak dikendalikan, mungkin perahu yang dinakhodai Rahman akan sampai ke Singapura.
Kapal yang dikemudi Rahman pun mampu menghindari alur perairan Singapura menuju Perairan Sambu, itu alur lomba yang telah ditentukan panitia.
Rute start nya, dari dermaga Elang Laut menuju Sambu, lalu ke Pulau Meriam.
Setelah dari pulau Meriam kembali ke Sambu Kecil, balik lagi ke Pulau Meriam.
Lalu dari Meriam kembali ke bantaran Elang Laut.
Sembilan awak kapal layar asal Tanjung Gundap ini nampaknya sudah terbiasa mengawaki perahu layar.
Tak ubah seperti nama lumbung kapal ‘Penguasa Laut’. Sembilan kawanan ini mampuh menakluhkan lautan.
Perahu dengan nama ‘Penguasa Laut’ itu berukuran lima meter.
Layarnya menjulang ke langit, lebar layarnya cukup luas menggunakan kain parasut.
Di lokasi perlombaan, ada sebanyak 24 perahu lainnya yang ikut berlomba.
Perahu dengan layar warna warni itu berbaris rapi di perairan perbatasan.
Sampan-sampan itu datang dari berbagai pulau di Batam bersama nakhodanya, ada yang dari pulau Karimun, Selat Nenek, Bulang, dan Batam sekitarnya. Perahu itu telah siap mengembangkan layarnya untuk mewarnai semarak kemerdekaan Indonesia.
Mereka berlayar mengitari area pulau terluar di Belakang Padang.
Empat katogeri sampan layar atau sampan kolek diperlombakan di sana. Kolek tiga, lima, tujuh dan sembilan. Setiap sampan dinakhodai sesuai kategorinya, kolek tiga dinakhodai tiga orang, begitu seterusnya.
Lomba sampan layar ini telah menjadi tradisi tahunan di Belakang Padang sejak tahun 1959. Perlombaan kali ini juga di yakni untuk merawat dan melestarikan budaya tradisi agar tidak punah.
Dalam perlombaan perahu layar ini, kapal dengan nama lumbung ‘ Penguasa Laut’ berhasil membawa hadia San Tropy pulang.
Mereka rombongan Rahman dan kawanan.
Menurut Rahman, menjadi nakhoda sampan kolek sembilan yang mereka beri nama 'Penguasa Laut’ berhasil menang merupakan hal yang luar biasa.
Pasalnya, saat perlombaan berlangsung layar yang mereka gunakan sempat mengalami masalah.
“Layar kami itu, kalau kata kami orang pulau dia punya bom itu patah. Itu sangat fatal sebenarnya, itulah untuk mengontrol angin, tapi Alhamdullillah kami bisa bertahan,” ujar Rahman dengan wajah terlihat lelah.
Rahman dan rekannya meyakini, berkat izin Tuhan dan kerjasama timnya, mereka berhasil sampai lebih dulu dan menjadi juara. (TRIBUNBATAM.id/Beres Lumbantobing)