TRIBUN PODCAST
Dari Pulau Go Internasional, Donni Putera Sow Banggakan SMAN 3 Lingga
Donni Putera Sow, remaja berusia 17 tahun yang berada di pulau kecil Desa Penuba Lingga ini, berhasil menyabet medali perunggu di omlimpiade astronomi
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Tinggal di pulau, jauh dari keramaian dan pusat kota Lingga bukan berarti terbelakang.
Anak pulau di Lingga bahkan bisa tampil melampaui batas wilayah, melintasi benua.
Anak Lingga, Donni Putera Sow setidaknya sudah membuktikan hal tersebut.
Seorang siswa asal SMA Negeri 3 Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) membanggakan Indonesia pada ajang The 15th International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA) 2022.
Remaja berusia 17 tahun yang berada di pulau kecil Desa Penuba, Kecamatan Selayar ini berhasil menyabet medali perunggu di ajang bergengsi itu.
Bagaimana perjuangan Donni Putra Sow mengukir sejarah ini?
Simak wawancara eksklusif bersama Donnie di Tribun Batam Podcast, Kamis (25/8/2022) sore.
Baca juga: Buat Bangga, Siswa SMAN 3 Lingga Sabet Perunggu di Olimpiade Astronomi Internasional
Keterangan, TB: Tribun Batam, DPS: Donnie Putera Sow
TB: Sejak kapan Donni mulai tertarik dengan ilmu astronomi?
DPS: Waktu kelas 8 SMP di Bali, ada SMA favorit di sekitar itu mengadakan lomba Fisika, Matematika, dan sebagainya, cuma untuk tingkat SMA biasa.
Awalnya saya mau ikut Biologi, cuma kuotanya penuh. Akhirnya yang kosong itu Fisika. Awalnya tak tahu Fisika seperti apa, ternyata isinya hitungan semua, akhirnya dapat juara 3 se-Bali Timur.
Sejak itu suka sama Fisika. Belilah buku Fisika tapi untuk orang awam, yang tak ada hitungannya. Di akhir bab itu ada membahas bidang astronomi, membahas alam semesta dan keseluruhan. Nah dari situ saya cari-cari buku tentang Astronomi.
Pada April 2020 itu, download buku Hans Gunawan untuk pemula, mempelajari olimpiade Astronomi, akhirnya baca-baca sampai sekarang. Mungkin dua setengah tahun belajar.
TB: Apa yang menarik dari Astronomi setelah Donni mendalami banyak baca buku tentang itu?
DPS: Kalau Fisika kan bola menggelinding dihitung, kalau Matematika ya angka-angka. Tapi, kalau Astronomi itu obyeknya beda. Bulan, planet itu dihitung bukan cuma diketahui.
Kita harus tulis rumusnya, masukkan data-datanya baru keluar hasil, itu bedanya. Terus obyek-obyek Astronomi itu tak cuma planet dan bulan, tapi di luar tata surya itu banyak bintang.
TB: Kembali ke Kecamatan Selayar, bagaimana Donni bisa mendalami hobimu di daerah-daerah terpencil seperti itu?
DPS: Kalau di Selayar itu sinyal lumayan tapi lelet, kalau mati lampu sinyal ikut mati. Sebenarnya kalau untuk download material dalam pdf itu masih bisa.
Saya kalau di Indonesia baca Astronomi itu gak lewat buku, karena jujur di Indonesia itu Astronomi sangat kurang.
Baca juga: Komunitas Tuana Lingga Kenalkan Budaya Melayu Lewat Pawai Pembangunan HUT RI
Buku berbahasa Indonesia tentang Astronomi itu masih bisa dihitung tangan, beda sama Matematika dan Fisika.
Cuma di Lingga itu ada kelebihan, bintang itu kalau diliat pakai mata banyak yang agak redup. Batam Bali itu tak bisa lihat, cuma yang terang saja, mungkin 5 bintang.
Di Lingga itu ada puluhan, ratusan kalau mau benar-benar lihat.
TB: Bagaimana sejarahnya Donni bisa ikut olimpiade ini?
DPS: Awal sekali itu tingkat kota ikut online semua. Dari kota sampai nasional. Sekolah itu fasilitas sudah ada komputer, internet juga. Terus loloslah ke provinsi ada tiga orang, yang satu geografi, kebumian, sama saya astronomi.
Akhirnya ikutlah di tingkat provinsi. Waktu itu ada lebih dari 2 ribu orang dari 34 provinsi yang memperebutkan posisi teratas, ikut online di sekolah.
Dan waktu pengumuman, guru nelepon bilang "selamat kamu lolos ke nasional ya".
Senyumlah saat itu, baru bangun tidur siang juga.
TB: Setelah dipilih 100 dari 34 provinsi, lalu bagaimana selanjutnya?
DPS: Itu acaranya tiga hari (tingkat nasional-red). Ada tiga ronde, ronde teori, ronde analisa data, dan ronde observasi.
Waktu itu saya tak di Selayar, saya ke Dabo sekolah yang biayain. Kalau tidak salah nilai teori saya 2 tertinggi, beda dua poin sama yang satu dari Jambi dia.
Dari 100 yang dapat medali itu 30 orang. Lima teratas emas, sepuluh ke bawah perak, lima belas sisanya dapat perunggu.
Semua yang dapat medali itu ikut Pelatnas (Pelatihan Nasional) 1. Di sana online juga. Pelatnas 1, 2 online dari daerah masing-masing.
Di pelatnas itu kami dikasih materi, dari jam 7 pagi sampai 9 malam, kalau Minggu jam 12. Itu banyak tes. Dari tes itu setengah dari 30 orang itu lolos ke Pelatnas 2.
Dan akhirnya diambil 5 siswa jadi timnas untuk ikut olimpiade internasional.
TB: Pertama dengar pengumuman itu, apa perasaan Donni sendiri?
DPS: Sudah syukur dapat medali. Walaupun perunggu itu untuk dapatnya tak gampang dari lebih 200 orang itu. Karena nilainya beda tipis saja bisa jadi tak dapat.
TB: Setelah itu, apa apresiasi dari pemerintah pusat untuk kalian yang memenangkan olimpiade?
DPS: Dari pemerintah itu belum ada, paling ada dari sekolah.
TB: Apa ada kemudahan yang kalian dapatkan melalui ini?
DPS: Ada pengalaman dan kemudahan untuk mendaftar di universitas, baik dalam maupun luar negeri.
Pengalamannya gak bisa terbayarkan terus sih, soalnya kami berlima bersama-sama terus.
TB: Rencana setelah ini, apa universitas yang ingin Donni tuju untuk melanjutkan pendidikan?
DPS: Saya rencananya mau ikut bidang Fisika murni, karena tidak terlalu jauh sama Astronomi juga. Rencana fisika teori. Saya persiapan dapat beasiswa dari pemerintah BIM (Beasiswa Indonesia Maju).
Saya maunya ke Amerika UIUC (Universitas Illinois Urbana-Champaign).
Karena Amerika bagus, dan persyaratan lebih terbuka ke Internasional Student.
TB: Cita-cita terbesar Donni apa?
DPS: Saya sebenernya ingin jadi profesor di bidang Fisika, teori ngajar di Universitas tertentu.
TB: Apa pesan dan harapan yang ingin disampaikan ke pemerintah, kawan-kawan, guru dan lainnya?
DPS: Saya harap ada orang-orang sesudah saya yang menyebarkan minatnya ke Astronomi.
Untuk teman-teman yang baru mulai, seringlah baca dan cari di internet.
Saya ucapkan terima kasih buat guru-guru, dosen, dan semuanya yang sudah mendukung saya sampai sejauh ini.
Kalau untuk pemerintah, lebih diperhatikan lagilah kami yang olimpiade. (Tribunbatam.id/Febriyuanda)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google