PEMKO BATAM
Pemko Batam Dukung Proyek Eksplorasi Migas Belida dan Malong di Laut Natuna
Proyek eksplorasi minyak dan gas (Migas) Belida North East (NE) dan Malong di Blok B Laut Natuna melibatkan tiga perusahaan besar.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Pemerintah Kota Batam menyambut baik pengerjaan proyek eksplorasi minyak dan gas (Migas) Belida North East (NE) dan Malong.
Bukan tanpa alasan, proyek sendiri melibatkan tiga perusahaan besar, di antaranya adalah PT Citra Tubindo Engineering (CTE), PT Timas Suplindo, dan PT Medco Energi Internasional.
Dalam prosesnya, ketiga perusahaan itupun memiliki tugas berbeda pada proyek lepas pantai yang berada di Blok B Laut Natuna tersebut.
Proses fabrikasi dilakukan oleh PT CTE. Sedangkan instalasi menjadi tanggung jawab PT Timas Suplindo.
Untuk pengoperasian diserahkan oleh PT Medco Energi Internasional selaku pemilik konsesi yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia melalui SKK Migas untuk melakukan eksplorasi di Lapangan Maling dan Belida North East (NE).
"Semoga proyek ini berlanjut. Sebab, bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Pengerjaannya pun memberikan nilai tambah untuk Batam, karena dikerjakan anak-anak dalam negeri," ungkap Sekretaris Daerah (Sekda) Batam, Jefridin Hamid, usai acara "Sail Away Ceremony" digelar di Pelabuhan Citranusa, Kabil, Jumat (23/9/2022).
Jefridin berharap, proyek ini dapat mengharumkan nama Batam di dunia luar.
Apalagi pengerjaan proyek sendiri merupakan yang pertama kalinya di Indonesia.
Selain itu, proyek Belida (NE) dan Malong sendiri diharapkan mampu memenuhi target Pemerintah Pusat untuk memproduksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.
"Pemerintah tentu mengapresiasi betul proyek ini," tambahnya.
Sementara, CEO Citramas Group, Kris Wiluan, menuturkan bahwa proyek eksplorasi migas Belida NE dan Malong ini menjadi yang pertama dikerjakan di dalam negeri.
Proyek pembuatan Jacket dan Topside menggunakan metode "ZEEpod".
Pihaknya mengklaim jika metode ini terbilang baru di Indonesia dan pertama kali dikerjakan.
"Ini proyek pertama di Indonesia. Kami bangga karena ini dibuat atau dikerjakan di dalam negeri. Saya mendapat informasi, kita bisa mengerjakan lebih cepat dari Malaysia. Ini membuktikan jika performa anak-anak Batam juga tak kalah dengan luar negeri," ujarnya saat diwawancarai.
Kris berharap, proyek ini dapat terus berlanjut ke depannya.
Ia ingin Kota Batam bisa berkontribusi untuk proyek migas yang ada dan dapat membuktikan bahwa produk dalam negeri juga tak kalah dari luar negeri.
"Penyerapan tenaga kerja juga lebih banyak. Semoga ini bisa berkembang terus karena energi perminyakan sudah mulai pulih. Proyek ini pun juga tak terlepas dari dukungan pemerintah daerah yang ada," katanya.
Untuk total nilai proyek sendiri ditaksir sekitar 40 sampai 50 juta USD.
Pengerjaan Jacket dan Topside sendiri merupakan tipe Modular Brace Monopod dengan tiga deck level seberat kurang lebih 1800 ton per unit.
Waktu pengerjaan untuk dua unit Jacket dan Topside sendiri dilakukan dalam kurun waktu sekitar 12 bulan. (TRIBUNBATAM.id/Ichwan Nurfadillah)