Rekam Jejak Ganjar Pranowo, Penjual Bensin Eceran Jadi Calon Presiden dari PDIP

Nama Ganjar Pranowo terus melejit setelah Gubernur Jawa Tengah itu ditetapkan PDI-P sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang

Instagram @ganjar_pranowo
Nama Ganjar Pranowo terus melejit setelah Gubernur Jawa Tengah itu ditetapkan PDI-P sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang 

TRIBUNBATAM.id - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P tengah memilih Ganjar Pranowo maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) itu menyalip Puan Maharani, yang sebelumnya disebut-sebut akan akan dicalonkan juga oleh PDI-P.

Terpilihnya Ganjar oleh PDI-P untuk maju di Pilpres 2024 mendatang, membuat namanya kian melambung.

Namun Ganjar bukanlah anak baru di percaturan politik Indonesia, termasuk kontestasi Piplres.

Nama Ganjar beberapa kali memuncaki hasil lembaga survei dan selalu masuk tiga besar elektabilitas capres.

Ganjar tumbuh di Karanganyar dan mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 02 Tawangmangu.

Kemudian sempat pindah ke SDN 1 Kutoarjo dengan alasan perpindahan dinas ayahnya yang seorang polisi.

Ia beranjak remaja dengan mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kutoarjo, yang kini menjadi SMPN 3 Kutoarjo.

Saat remaja inilah Ganjar sempat membantu ibunya berjualan bensin eceran di toko kelontong sederhana milik ibunya untuk membantu perekonomian keluarga.

Baca juga: Spanduk Dukungan Capres Warnai Open House Lebaran 2023 Ganjar Pranowo Senin Ini

Baca juga: Mahfud MD Masuk Radar Cawapres Ganjar Pranowo, Begini Tanggapannya

Lulus SMP, Ganjar remaja melanjutkan perjalanan akademiknya di Yogyakarta dengan bantuan kakak tertuanya Kunto dan kakak iparnya, Ika.

Ia masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 BOPKRI Yogyakarta.

Dari sini, jiwa aktivis dan kepempimpinan Ganjar mulai terlihat.

Ganjar aktif berorganisasi, masuk PMR, Pramuka, termasuk OSIS.

Lulus SMA, ia kemudian memantapkan diri melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

Kecintaannya terhadap organisasi semakin terlihat saat berstatus sebagai mahasiswa.

Dia menjadi anggota pers mahasiswa, masuk dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan aktif sebagai mahasiswa pecinta alam.

Saat masih jadi mahasiswa itu pula Ganjar bergabung sebagai kader PDI-P di tahun 1992.

Ia memilih PDI-P karena dinilainya sebagai antitesis dari rezim Presiden Soeharto.

Ia kemudian lulus bergelar sarjana hukum pada 1995.

Baca juga: Reaksi Duo Prabowo Sandiaga Disebut Jokowi Cocok Jadi Cawapres Ganjar Pranowo

Baca juga: Halal Bihalal Ganjar Pranowo di Purbalingga Dipenuhi Keluarga Besar Bani Hisyam Kalijaran

Selanjutnya, Ganjar mencoba peruntungan sebagai konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sebuah perusahaan swasta.

Karier profesionalnya di bidang konsultan dia setop di tahun 1999.

Kemudian, Ganjar memantapkan diri menekuni politik praktis pada tahun 2002.

Ganjar saat itu mendapat kesempatan menjadi Deputi I Badan Pendidikan dan Pelatihan Pusat (Badiklatpus) PDI-Perjuangan.

Ganjar juga menjadi anggota Bidang Penggalangan Panitia Pemenangan Pemilu Pusat pada tahun berikutnya.

Mulai tempati jabatan publik

Setelah dua tahun menekuni politik praktis, Ganjar ditugaskan menjadi anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P periode 2004-2009.

Dari sini, kariernya moncer. Sebagai anggota DPR RI partai oposisi, Ganjar lihai mengkritik pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pada Februari 2005, Ganjar Pranowo, bersama rekannya Agus Tjondro menggulirkan kritik keras kepada Presiden SBY karena dianggap tidak melaksanakan UU Nomor 36 Tahun 2004 tentang APBN tahun 2005.

Baca juga: Ganjar Jadi Capres PDIP, Soerya Respationo Siap Menangkan di Kepri

Baca juga: Megawati Beri Kopiah Hitam ke Ganjar Pranowo Capres PDIP

Ganjar juga tak ragu mengkritik lembaga tempatnya bernaung, salah satu contohnya adalah ketika DPR berlarut-larut gagal menyepakati dua materi dalam RUU Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD pada Februari 2008.

Dilansir dari kompas.com, Ganjar kemudian kembali menduduki kursi DPR pada periode 2009-2013.

Di sini, dia mematangkan kritikan periode kedua kepempimpinan SBY, salah satunya terlibat menjadi tim ad hoc DPR untuk mengusut kasus Bank Century.

Habis masa jabatannya di DPR, Ganjar ditugaskan PDI-P maju dalam pemilihan Gubernur Jawa Tengah periode 2013-2018.

Saat itu, Ganjar dipasangkan dengan Heru Sudjatmoko yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Purbalingga.

Dia menang dengan suara 48,82 persen rakyat Jawa Tengah, meninggalkan petahana Bibit Waluyo-Sudijono Satroatmodjo yang memperoleh 30,26 persen suara.

Kata Ganjar, kemenangannya didorong tiga faktor; kekuatan partai yang solid dan efektif, dukungan sukarela, dan kehendak masyarakat yang ingin perubahan.

Pada Pilkada periode kedua, Ganjar menang 58,78 persen suara dibandingkan pesaingnya Sudirman Said-Ida Fauziah.

Selama menjabat di jabatan publik itu, Ganjar mendapat sejumlah penghargaan, di antaranya Anugerah Pataka Paramadhana Utama Nugraha Koperasi 2013, Kepala Daerah Inovatif untuk kategori layanan publik di tahun 2014.

Baca juga: Megawati Beri Kopiah Hitam ke Ganjar Pranowo Capres PDIP

Baca juga: Jokowi dan Ganjar Satu Mobil, Disambut Histeris Warga saat Tinjau Pasar Boyolali

Ia juga menjadi tokoh media radio Jawa Tengah (2015) dan pemerintah daerah dengan tingkat kepatuhan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) terbaik dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2017.

.

.

.

(TRIBUNBATAM.id)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved