PODCAST

Dosen Juga Ingin Nyaleg Dalam Bincang Tribun Batam Podcast Edisi Ngomong Politik

Tribun Batam Podcast edisi Ngomong Politik, Senin 22 Mei 2023 bahas tema 'Dosen juga Ingin Nyaleg' hadirkan 2 dosen dari Unrika sebagai narsum

|
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Dewi Haryati
Dok. Tribun Batam
Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Unrika, Amrullah Rasal (kanan) dan Rona Tanjung, Dosen Prodi Bisnis Digital Unrika (tengah) saat jadi narasumber Tribun Batam Podcast Edisi Ngomong Politik, Senin (22/5/2023) 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Mendekati Pemilihan Legislatif (Pileg) serentak 2024, masing-masing partai politik (parpol) telah mendaftarkan bakal calon legislatif (bacaleg)-nya untuk bertarung di provinsi maupun kabupaten/kota di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Tentunya siapa saja bisa menjadi politisi, baik itu wartawan, artis, pengusaha maupun dosen asal memenuhi persyaratan.

Seperti misalnya di Batam, saat ini ada beberapa bacaleg yang memiliki latar belakang sebagai akademisi atau dosen yang ingin nyaleg.

Nah, fenomena ini menarik untuk diulik lebih jauh guna mengetahui apa alasan para dosen ini memilih ingin terjun ke dunia politik praktis.

Menjawab hal itu, kali ini Tribun Batam melalui program Tribun Batam Podcast (Tripod) edisi Ngomong Politik, Senin 22 Mei 2023 mengundang dua narasumber berkompeten, bahas tema 'Dosen juga Ingin Nyaleg'.

Mereka yakni Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Unrika, Amrullah Rasal dan Rona Tanjung, Dosen Prodi Bisnis Digital Unrika.

Berikut petikan wawancara eksklusifnya bersama dua narasumber.

Keterangan Tribun Batam (TB), Amrullah Rasal (AR), dan Rona Tanjung (RT).

TB : Kira-kira apa alasan Ibu Rona untuk ikut terjun ke dunia politik saat ini ?

RT : Latar belakang saya kenapa tertarik terjun ke dunia politik itu, mungkin karena naluriah saya. Di mana sejak kuliah emang suka politik dan aktif berorganisasi.

Saya dulu sempat menjabat Presiden Mahasiswa di Universitas Batam terus jadi Ketua Cabang Gerakan Mahasiswa Pemuda Indonesia.

Jadi dulu, sewaktu mahasiswa memang aktif sampai demo ke Jakarta meski di satu sisi juga bekerja.

Baca juga: Tribun Batam Podcast Bahas Silon Masih Tertutup untuk Bawaslu, Hadirkan 2 Narsum

Nah proses-proses itulah yang membuat dorongan saya sekarang berani ke dunia politik.


TB : Sejak menjadi dosen tahun 2015 itu, apa sudah ada keinginan untuk terjun ke dunia politik atau belum bu?

RT : Itulah sebenarnya yang nawarin banyak. Cuma kayaknya baru sekarang ini mengiyakan.

Dari zaman kuliah sudah ada penawaran malahan.


TB : Oke Bang Amrullah, dulunya sempat menjadi petugas penyelenggara pilkada pertama, lalu jadi dosen.

Nah kenapa saat itu tidak langsung ikut terjun ke dunia politik untuk mengembangkan nalurinya?

AR : Jadi sebenarnya berpolitik ini tidak berarti ada fase-fasenya ya.

Dalam kegiatan sebagai pengajar juga bisa kita lakukan kegiatan yang sifatnya politik.

Nah cuma kalau sudah pada tataran pencalegan atau partai politik, itu kan kita sudah masuk dalam ranah politik praktis.

Kenapa saya melakukan itu, karena saya merasa terpanggil dengan kondisi secara keseluruhan bukan hanya di Batam.

Saat ini memang kita perlu Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengisi parlemen agar kualitas parlemen kita bisa diwarnai dari politisi yang punya wawasan, gagasan dan inovasi.

Saya kira hal-hal seperti ini yang diperlukan dan yang lebih penting lagi, mungkin kita-kita dosen ini lebih aspiratif.

Karena sangat memahami kondisi mahasiswa kultur dari mahasiswa.

Saya kira pola pendekatan itu tidak menjadi masalah bagi kita sebagai dosen.

Baca juga: Ketua DPRD Batam Blak Blakan Soal Pemilu 2024, Cak Nur Akui Cuma Petugas Partai


TB : Dengan perjalanan karier abang selama ini pernah menjadi penyelenggara pemilu, Staf Khusus Gubernur dan Tenaga Ahli di DPRD Batam, kenapa baru kali ini memutuskan untuk terjun nyaleg?

AR : Sebenarnya sejak 2014 saya sudah aktif di partai dan terakhir saya di Batam sebagai Ketua Bapilu dan periode terakhir ini sebagai Ketua OKK.

Nah saya kira dengan kegiatan kepartaian ini memberi modal bagi saya dalam kegiatan yang bersifat politik.


TB : Bu Rona, bukankah menjadi dosen itu lebih enak ya, setiap hari berhadapan dengan mahasiswa berdiskusi dan bertukar gagasan sembari menularkan teori.

Di satu sisi berpolitik itu enak sih, tapi di satu sisi lain membuat pusing. Kenapa ibu memilih resiko ini, apakah sudah siap lahir batin bu?

RT : Gini ya, kita sebagai dosen itu ada yang disebut dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi kan, Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian.

Kita selama ini mengabdi dalam ruang lingkup terbatas. Jadi kalau kita ditakdirkan duduk pun nanti misalnya, kita punya otoritas lebih dan kekuatan untuk lebih banyak membantu masyarakat lain seperti itu.


TB : Ngomong-ngomong Ibu Rona masuk ke partai mana nih sebelumnya?

RT : Kami satu partai dengan Pak Amrullah, cuma beda tingkatan saja. Saya maju untuk DPRD Provinsi.

Kalau dibilang berat mungkin ya, tapi Insya Allah lah kita go it the flow dijalani saja maksudnya.
Kita kan gak tau bagaimana ke depannya. Tapi di sini yang perlu saya tekankan bahwasanya kita di sini itu benar-benar ingin Kepri lebih maju dari segi pendidikan, lalu permasalahan perempuan dan anak, khususnya stunting dan lain-lain.


TB : Terjun ke dunia politik praktis ini apakah karena dorongan dari naluri sendiri atau memang ada tawaran dari partai untuk memenuhi kuota perempuan 30 persen bu?

RT : Bicara pemenuhan perempuan 30 persen, saya harap perempuan itu bisa berkontribusi tidak hanya sebagai pelengkap saja.

Logikanya hak suara laki-laki dan perempuan sama-sama satu. Dengan 30 persen itu harusnya bisa menjadi motivasi kita sebagai perempuan.

Saya lebih ke politik of care atau etik of care di mana perempuan ini adalah pencetus didik-didik generasi ke depan.


TB : Oke, mungkin saya kembali ke Bang Amrullah. Oh ya bang sudah berapa lama bergabung ke Partai Golkar dan kenapa harus Golkar ?

AR : Saya di Golkar lebih kurang sudah 16 tahun. Kalau ditanya kenapa harus Golkar? Karena saya melihat partai ini terbuka dan modern.

Pola rekrutmen kadernya itu berjenjang jadi tidak melihat dari satu aspek tapi melihat figur itu secara komprehensip.

Kedua di sini tidak berlaku namanya politik dinasti. Siapa kader yang kredibel silakan, jadi sangat fair.


TB : Dari tahun 1997 abang sudah menjadi dosen dan tentunya dapat mengkritisi segala kebijakan pemerintah. Tapi kenapa abang secara spesifik justru turun ke politik sepert ini?

AR : Kenapa saya harus ke posisi ini, mungkin selama ini kita hanya sebatas memberikan saran dan wacana ke pihak-pihak tertentu.

Saya kira itu tidak cukup, karena hanya sebatas didengarkan. Tapi bagaimana kita bisa menjadi eksekutor dari apa yang ada dalam pikiran itu lebih bisa mengakomodir pemerintah.

Ketika kita masuk parlemen, kita bisa menekankan gagasan ke pemerintah, saya kira begitu.


TB : Bu Rona dari segi kampus, ruang lingkup mahasiswa itu kan bisa ibu kontrol dan tentunya kenal ibu.

Konstituen ini tentunya bukan hanya mahasiswa saja, tapi ada masyarakat akar rumput, menengah dan ke atas. Nah apa yang sudah ibu lakukan untuk mendekati konstituen ini?

RT : Oke, kalau misalnya untuk ke kalangan masyarakat, mungkin kita lebih menjaga silaturahmi dan karena saya background-nya dosen, mungkin ke depannya bisa melakukan pelatihan seperti bagaimana penganggaran ibu rumah tangga, mungkin itu yang lebih dekat dengan kita ya kaum ibu-ibu.


TB : Bang Amrullah kenapa milih nyalegnya di Batam?

AR : Ya perlu saya sampaikan, di kepengurusan ini saya memang di wilayah kota. Terus saya juga melihat tantangan ke depan di Batam ini sangat perlu penguatan di parlemen diisi oleh orang-orang yang punya kapasitas bukan isi tas.

Jadi kita harus warnai dan saya kira kami dosen ini terpanggil untuk itu. Dosen saya kira lebih siap lah ya.


TB : Nyaleg ke provinsi tentu tantangannya berat dan lebih luas, bagaimana tanggapan ibu tentang ini?

RT : Kalau dibilang tantangannya sangat besar, untuk menjadi seorang caleg perempuan saja itu tantangannya sudah cukup besar.

Istilahnya kalau perempuan korupsi dibanding laki-laki mungkin hukumannya lebih berat. Kalau perempuan sukses ada pemikiran negatif, kalau laki-laki sukses itu full pujian.

Jadi kalau dibilang tantangannya besar, ya kita lillahi ta'ala. Segala sesuatunya harus bisa dan dipersiapkan.


TB : Selain di Batam, ibu sudah kemana saja menyosialisasikan diri atau melihat situasi dan kondisi begitu?

RT : Gini keputusan untuk nyaleg ini kan saya baru ya. Jadi belum sempat untuk keluar Batam, belum ada. Cuma saya bukan diamnya di Batam saja.

Dulu tahun 2013 - 2014 itu tinggal di Tanjungpinang juga sering ke Karimun. Jadi ya Insya Allah tahu situasi dan kondisilah.


TB : Bang Amrullah, saya kembali lagi ke abang. Dengan abang mengatakan, dosen terpanggil untuk terjun ke dunia politik praktis tentu ada sesuatu yang kurang di dalam.

Dalam pemahaman abang seperti apa sih menilai wakil rakyat kita yang saat ini duduk di legislatif.

AR : Saya kira, saya juga tidak boleh men-judge kawan-kawan di sana lemah ataupun kurang.

Mereka semua punya potensi dan saya kira dengan segala kemampuan mereka juga melakukan fungsi dan tugasnya sebagai anggota legislatif.

Cuma kita menginginkan ada yang lebih powerfull. Ini harus dibekali mindset dari luar yang harus dia jadikan rujukan untuk bekerja di dalam.

Jangan hanya berkutat pada kegiatan-kegaiatan yang sudah selama ini berjalan.

Kita mau parlemen dan pemerintah ini menjadi partnership yang bisa bekerja secara bersama-sama artinya tidak ada yang super atau mendominasi.


TB : Sebagai caleg tentu abang punya ide besar untuk dituangkan ke sana, kalau boleh tahu itu seperti apa?

AR : Sebenarnya saya tidak muluk-muluk seperti apa ide ini. Karena ketika saya sampaikan nanti ada saja yang bilang ah itukan hanya teori begitu.

Namun menurut saya yang dibutuhkan saat ini, apa yang menjadi tugas dan fungsi dari pada legislatif itu benar-benar dijalankan dan juga melakukan kerja-kerja yang sudah ditetapkan.

Karena, kalau kita di legislatif itu juga tidak boleh melebihi apa yang sudah menjadi kewenangannya.


TB : Bu Rona sebagai caleg perempuan, tentu ibu melihat juga caleg perempuan di provinsi.

Ibu sendiri juga tentu punya gagasan, kira-kira seperti apa ide besar ibu?

RT : Mungkin terdengar klise, tapi memang dalam konteks pendidikan di Kepri masih perlu ditingkatkan dari segi pemerataan fasilitas, lalu mutu pendidikan di daerah terpencil dan kualitas tenaga pengajar atau guru.

Saya harap kita semua dapat bersinergi meningkatkan aspek pendidikan di Provinsi Kepri.

(Tribunbatam.id/Novenri Simanjuntak)

 

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

 

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved