Natuna Terkini

Cerita Penjual Ikan Salai di Natuna, Sanggup Sekolahkan Anaknya Hingga ke Jenjang Kuliah

Meski belum ada pembeli yang menghampiri lapak dagangannya itu, dia terus menawarkan produk ikan salainya kepada orang-orang yang melintas didepan pon

|
Penulis: Birri Fikrudin | Editor: Eko Setiawan
Tribunbatam.id/Birri Fikrudin
Anuar seorang pejual Ikan Salai sedang mengasap ikan salai di Jalan Batu Kapal, Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Rabu (4/9/2024). 

TRIBUNBATAM.id, NATUNA - Terik matahari siang itu cukup menyengat dipinggir Jalan Batu Kapal, Kelurahan Ranai, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri terlihat sebuah pondok yang terbuat dari kayu beratap daun, tampak seorang laki-laki paruh baya sedang memanggang ikan salai yang dijualnya, Rabu (4/9/2024).

Pria yang menggunakan baju kaos warna biru itu akrab disapa Anuar. Ia hanya sendiri kala itu, biasanya kerap ditemani sang istri dan anaknya.  

Meski belum ada pembeli yang menghampiri lapak dagangannya itu, dia terus menawarkan produk ikan salainya kepada orang-orang yang melintas didepan pondoknya.

Anuar menjelaskan, dagangan yang ditawarkannya adalah ikan salai, yaitu ikan yang dimasak dengan teknik pengasapan, dan menjadi salah satu oleh-oleh khas dari Kabupaten Natuna.

Baca juga: Hujan Deras Landa Bintan, Sejumlah Jalan di Tanjung Uban Tergenang Air

Lanjutnya, dia mengaku mulai menggeluti usaha ikan salai dari tahun 2019 secara otodidak, semua ikan salai yang dijual adalah hasil produksi dan resepnya sendiri, dengan masih menggunakan cara tradisional.

"Saya sudah mulai usaha ini sejak enam tahun yang lalu, istri dan anak yang membantu saya selama ini. Usaha kami ini masih menggunakan tungku tradisional, tapi alhamdulillah usaha ini bisa tetap bertahan hingga sekarang," jelasnya pada tribunbatam.id.

Ikan salai dijual tergantung jenis dan ukurannya, mulai dari Rp25 ribu hingga Rp60 ribu per ekor. Menurutnya, harga ikan salai tergantung dari harga beli ikan di nelayan.

"Jenis ikan salai yang saya jual adalah ikan tongkol dan ikan karang, yang saya beli setiap harinya kepada nelayan dan juga pengepul," ujarnya..

Dalam sehari, Anuar mampu memproduksi ikan salai paling sedikit 20 kilo gram, jika sedang banyak pesanan bisa mencapai 70 kilo gram per hari. Pembeli atau pelanggan ikan salai hasil produksinya ada dari dalam maupun luar kota yang dijadikan sebagai oleh-oleh. 

Baca juga: Batu Sindu Destinasi Wisata Natuna Magnet Pariwisata Kepri

Anuar juga menuturkan proses produksi ikan salai cukup panjang dan memakan waktu lama, pertama ikan dibersihkan dan dibelah dua, lalu diolesi bumbu, kemudian diasap diatas tungku khusus.

"Proses pengasapan itu bisa sampai setengah hari, kalau mau lebih kering bisa sampai satu hari," katanya.

Disamping itu, pria berusia 48 tahun itu memiliki dua orang anak, yang masing-masing masih menempuh pendidikan diperguruan tinggi, dan Sekolah Menegah Pertama (SMP). 

Anuar mengaku untuk menghidupi keluarganya, dia hanya mengharapkan hasil dari usaha ikan salainya itu.

"Omset yang saya dapatkan tidak menentu, terkadang sehari paling kecil itu Rp100 ribu dan paling besar Rp500 ribu,  tapi ditanggal merah dan awal bulan cukup ramai pembeli," ucapnya.

Meski dengan pendapatan yang tidak menentu dan tidak seberapa, Anuar tetap bersyukur dengan keadaannya, yang masih mampu menghidupi keluarganya.

"Alhamdulillah, saya bersyukur masih tercukupi, sehingga bisa melanjutkan pendidikan anak-anak saya dari hasil usaha ini," Pungkasnya. (Tribunbatam.id/Birri Fikrudin).

Baca berita Tribunbatam.id lainnya di Google News

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved