Natuna Terkini

Lestarikan Kesenian Reog Ponorogo di Tanah Melayu Natuna, Simbol Keberagaman dan Persatuan

Sanggar Seni Reog Ponorogo 'Singo Mudho' Natuna menggelar pentas perdananya di jantung kota Natuna, harapkan terus berkembang.

Penulis: Birri Fikrudin | Editor: Eko Setiawan
(ist)
Sanggar Seni Reog Ponorogo 'Singo Mudho' saat menggelar pentas perdananya di Pantai Piwang, Kabupaten Natuna baru-baru ini. 

Ia menyebut, pagelaran ini juga melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk para pemuda dari organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Natuna.

Menurutnya, para penari, pemusik, dan pengiring berjumlah 30 orang, menunjukkan kekompakan dan semangat gotong royong yang menjadi nilai luhur dalam pertunjukan reog.

Rusno berharap sanggar yang dibangun ini bisa menjadi wadah belajar dan berlatih bagi generasi muda. 

Baginya, sanggar Singo Mudho terbuka untuk siapa saja, tak memandang suku atau latar belakang.

"Untuk sanggar yang di Ranai ini baru dibuka sejak akhir 2024 lalu. Kami ingin anak-anak muda bisa belajar, agar budaya ini tak punah, dan meneruskannya," tegasnya.

Dengan tarian khas yang penuh kekuatan, semangat, dan nilai tradisi, Reog Ponorogo menjadi lebih dari sekadar tontonan.

Ia hadir sebagai simbol identitas, persatuan, dan semangat melestarikan budaya di perantauan.

Rusno dan para anggota Sanggar Singo Mudho berharap ke depan kesenian ini bisa terus berkembang dan menjadi bagian dari agenda kebudayaan di Natuna. 

Mereka bercita-cita membawa Reog Ponorogo menjadi ikon seni yang bisa dinikmati semua kalangan, kapan pun dan di mana pun.

"Reog itu seni, olahraga, dan adat yang menyatu. Harapan kami, reog di Natuna bisa tumbuh dan dikenal luas seperti di daerah lain. Semoga ke depannya lebih maju," pungkas Rusno. (Tribunbatam.id/Birri Fikrudin).

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved