SOSOK

Perjalanan Karier Maidi Wali Kota Madiun, Dulu Guru Geografi, Kini Gebrakannya Bikin Heboh

Perjalanan karier serta gebrakan Wali Kota Madiun periode 2025-2030, Maidi.

Editor: Khistian Tauqid
SURYA.CO.ID/Febrianto Ramadani
REKAM JEJAK KEPALA DAEARAH - Wali Kota Terpilih Madiun 2024, Maidi. Berikut ini adalah perjalanan karier serta gebrakan Wali Kota Madiun periode 2025-2030, Maidi. 

Riwayat Pekerjaan:

  • Guru Geografi SMAN 1 Madiun 1989-2002;
  • Kepala SMAN 2 Madiun 2002;
  • Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Madiun, 7 Juli 2002;
  • Pj Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Madiun, 7 Juli 2003;
  • Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun, 6 Desember 2005;
  • Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Madiun 2006;
  • Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Madiun 2009- Februari 2018[5];
  • Walikota Madiun Periode 2019-2024.

Riwayat Organisasi:

  • Pengurus PGRI 2000-2005
  • Ketua KORPRI 2009-2018
  • Kwarcab Kota Madiun

Pendidikan:

  • SD Ngancar 1974
  • SMP Negeri Plaosan 1977
  • SMA Negeri 3 Madiun 1981
  • S1 IKIP Surabaya, Sarjana Pendidikan Geografi 1985 [8] (Drs)
  • S1 Universitas Merdeka (Unmer) Madiun, Sarjana Ilmu Hukum 1996 (S.H)
  • S2 Universitas Satyagama Jakarta, Magister Manajemen 1999 (M.M)
  • S2 Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Magister Teknologi Pendidikan 2002[1] (M.Pd)
  • S3 Universitas Terbuka Surabaya, Doktor Administrasi Publik 2023 (Dr).

Gebrakan Maidi - Bagus Panuntun

Sebagian masyarakat kini dilarang sajikan prasmanan saat gelar hajatan.

Larangan itu dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Madiun, Jawa Timur.

Pemkob Madiun akan menerbitkan aturan agar hajatan tidak lagi menyajikan makanan bagi tamu dengan model prasmanan.

Selain boros makanan, model penyajian makanan secara prasmanan disebut menghasilkan banyak sampah.

Wali Kota Madiun, Maidi mengatakan aturan pelarangan sajian makanan secara prasmanan saat hajatan untuk menekan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Kota Madiun.

Tak hanya itu, kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) yang berada di Kelurahan Winongo pun sudah overload dan menggunung dengan ketinggian 20 meter.

“Hari ini banyak yang gengsi. Mau pernikahan besar-besaran. Akhirnya yang sisa (makanannya) banyak. Kondisi budaya seperti ini harus diubah. Insya Allah saya buat perwal di Madiun. Hajatan boleh di gedung, tetapi jangan prasmanan. Pakai kardus saja,” kata Maidi, melansir dari Kompas.com.

Untuk diketahui jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Kota Madiun mencapai 100 ton hingga 120 ton.

Sementara tumpukan sampah yang menggunung di TPA Winongo sudah mencapai ketinggian 20 meter.

Bagi Maidi, penyajian makanan dengan model tidak prasmanan akan menghemat pangan.

Dengan demikian, makanan yang disajikan akan habis sesuai dan tidak dibuang lagi.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved