Citizen Journalism

Salurkan Langsung CSR Maka Perusahaan Dapat Keringan Pajak

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lusi bersama Bersama Anne Ketua Asosiasi Nelayan Lobster

Citizen Jurnalisme Lusia Efriani alias Lusi Pembina UKM


Inilah diskusi yang paling seru yang saya alami.  Saya diberi kesempatan  berdiskusi dengan dua lembaga serikat pekerja yang dikenal garang di sana.  Yaitu AFL-CIO (Persatuan Serikat Pekerja di Washington DC) dan SEUI 721 (Persatuan Serikat Pekerja di Los Angeles).

Pada saat di Washington DC, saya bertemu salah satu ketua dari serikat pekerja yang pernah tinggal di Jakarta.  Dia menyampaikan cukup salut ada tamu dari Indonesia yang sempat berkunjung di kantornya. Dengan sedikit bergurau dia menyampaikan bahwa negara anda telah mengekspor krismon ke negara kami.

Pada saat nya nanti bisa saja negara Anda mempunyai posisi yang sama dengan negara kami (sambil mengangkat tangan kanan ke bawah sedikit menunjukkan negara Amerika, dan dia menaikkan tangan kiri sedikit yang menunjukkan negara Indonesia sehingga kedudukan tangannya menjadi sama).  Sungguh penghormatan luar biasa untuk saya ada orang dari negara lain bisa berpikiran seperti itu. 

Di negara Amerika penetapan besarnya UMK (Upah Minimum Kota) itu ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan di Indonesia UMK itu adalah hasil kesepakatan Tri Patrit yaitu Pemerintah, Pengusaha dan Serikat Pekerja.

Yang Paling seru adalah pada saat berdiskusi dengan SEUI 72 yaitu Persatuan Serikat Pekerja di Los Angeles. Kami berdiskusi sangat lama disana. Karena memang betul-betul seru perdebatan pada saat itu. SEUI 72 ini mempunyai sasaran perusahaan-perusahaan besar seperti Boeing Company, Exxon, Chevron, dll. 

Mereka bercerita bahwa pemerintah terlalu menganak emaskan perusahaan-perusahaan besar tersebut bahkan mereka bebas tidak membayar pajak. Lalu saya tanya dari mana anda tahu bahwa perusahaan-perusahaan tersebut tidak membayar pajak?. Mereka bilang di negara Amerika, laporan pajak bisa dilihat secara transparan. Lalu saya kembali menegaskan setahu saya, untuk perusahaan perusahaan besar yang menyalurkan dana CSR nya secara langsung, itu dapat membuat perusahaan tersebut mendapat potongan pajak atau bebas pajak.

Saya tanyakan kepada mereka apakah ini benar?. Mereka menjawab iya, itu benar jika perusahaan-perusahaan tersebut menyalurkan CSR nya secara langsung kepada masyarakat secara langsung maka pajak bisa dikurangi atau bahkan dibebaskan.

Kemudian saya lanjutkan kembali, apakah sebelum demo anda sudah bertemu dengan pemerintah dan pihak perusahaan Boieng? (saya ambil contoh satu karena saya sempat berdiskusi dengan direkutur CSR Boeing Company di Kantor pusat “Boeing” yang ada di Chicago”.

Lalu mereka jawab, pihak perusahaan belum mau bertemu dengan mereka. Mereka masih bertemu dengan pemerintah. Kemudian saya jawab, tahukah anda bahwa Boeing Company menyalurkan dana CSR nya dengan cara membangun pabrik di India bekerjasama dengan Tata Group dengan tujuan agar bisa membantu masyarakat India yang sangat miskin dan masih tetap mendatangkan keuntungan untuk negara anda?.

Maka itu jelas tidak akan ada laporan pajak yang keluar dari perusahaan itu karena perusahaan Boieng sudah membantu masyarakat India.  Mereka sangat terkejut dengan penjelasan saya. Pada saat berdiskusi saya sempat disudutkan oleh pihak serikat pekerja dan dari pihak pemerintah.

Dari sudut pandang mereka, pengusaha itu mau enaknya sendiri, mau menangnya sendiri. Lalu saya bilang, saya akan berkata jujur kepada anda, sebagai pengusaha yang tergabung sebagai anggota APINDO. Setiap tahun dimana kita selalu ribut untuk menentukan besarnya UMK. Dari serikat pekerja pastilah mau meminta naik dan terus terang di sisi pengusaha kita tidak keberatan menaikkan UMK asalkan kenaikan nya cukup rasional dan ada jaminan dari pemerintah untuk menjaga kestabilan sembako karena percuma saja UMK dinaikkan jika  harga sembako terus beranjak naik.

Yang dari sisi pemerintah, disarankan bahwa kalau bisa para pekerja itu meminta kepada pengusaha yaitu pelatihan agar skill mereka meningkat sehingga gaji mereka juga bisa meningkat, meminta asuransi  dan pendidikan anak-anak para pekerja.

Lalu saya menjawab, jujur kalau seandainya saya sebagai pengusaha besar, saya tidak masalah mengikutkan karyawan-karyawan untuk training, tetapi boleh ditanya kebanyakan para pekerja itu lebih senang minta uang daripada diikutkan training. 

Kalau  asuransi, saya sangat setuju jika para pekerja kita khususnya pekerja di sektor berat itu wajib dilindungi oleh asuransi. Untuk point yang ketiga yaitu pendidikan anak anak para pekerja. Jujur kalo anda menuntut saya itu sabagai kewajiban para pengusaha, terus terang saya kurang setuju. Tetapi jika anda buat itu sebagai bentuk program dari sekian persen keuntungan perusahaan saya sangat setuju.

Dunia usaha itu pastilah mengenal untung dan rugi. Tidak ada perusahaan yang selalu untung terus. Maka jika pendidikan itu dianggap sebagai kewajiban itu jelas sangat memberatkan kami sebagai pengusaha. Kami akan bingung jika pada saat perusahaan rugi tetapi masih harus menanggung pendidikan anak-anak pekerja.

Lalu sedikit curhat saya bercerita, mungkin anda melihat saya seolah olah saya ini pengusaha sukses, hebat dan kaya raya. Tahukan anda bagaimana  beratnya kita menjadi seorang pengusaha. Pernahkan anda tahu bagaimana kita menanggung hutang bank yang jumlahnya milyaran, setiap detik otak kita mencari cara bagaimana kita bisa mencapai target agar cicilan bank setiap bulan dan gaji gaji karyawan bisa terbayar tepat waktu.

Kalau Anda  melihat saya sering pergi keluar negeri itu bukan untuk bersenang senang atau sekedar liburan melainkan kita harus setengah mati mencari order agar karyawan-karyawan kami bisa bekerja terus, belum lagi masalah permintaan bantuan dari LSM yang nggak jelas serta belum lagi pusing memikirkan kebijakan kebijakan pemerintah yang semakin hari semakin aneh.

Kalau boleh saya sarankan jika ada masalah janganlah terburu buru untuk demo. Kita bisa duduk bersama sama, berbicara bukan hanya dengan kepala kita saja tetapi juga dengan hati kita. Saya yakin setiap masalah ada solusinya. Saya menyadari sangat berat membuat semua pihak bahagia tetapi paling tidak dengan menurunkan sedikit kepentingan dari masing masing pihak demi memaksimalkan kebahagiaan bersama itu adalah yang terbaik.

Berita Terkini