Dia melanjutkan, kedatangan Chipsley ke Singapura tersebut membawa pesan, agar setiap orang berpartisipasi dalam menyelamatkan perubahan iklim.
Cara paling mudahnya, yakni dengan menghemat penggunaan lampu, begitupun dengan hemat air, dan beberapa tindakan lainnya.
Norazani memberi contoh dari kisah Chipsley. Dampak perubahan iklim di daerah kutub, hal itu membuat mencairnya es dan berakibat pada tingginya permukaan air laut.
Alhasil menutup pulau-pulau kecil di sekitarnya--tenggelam. Tentu saja hal itu akan berdampak pada makhluk hidup yang tinggal di pulau-pulau kecil itu.
"Mengapa karakter yang ditampilkan singa laut? Karena mereka ini mangsa pertama dari dampak perubahan iklim. Mereka tak bisa duduk di kampung mereka sendiri. Makanya mereka pindah dan memainkan peran untuk menyelamatkan iklim kepada dunia," kata Norazani yang saat itu didampingi sang kreator Chipsley, Benny Tay.
"Pesan kecil ke pengunjung, climate change akan memberi dampak negatif pada dunia suatu hari nanti. Kita semua bertanggungjawab untuk mengurangi dampaknya ini," sambung dia.
Nah, selama tiga bulan kedepan, karakter Chipsley akan menjadi ikon Snow City. Apalagi khusus Juni ini, manajemen Snow City memberikan penawaran menarik.
"Khusus untuk pengguna paspor Indonesia, kami memberikan promo beli dua tiket dewasa, gratis satu tiket untuk anak-anak. Harga satu tiket 18 dolar Singapura. Penawaran ini hanya berlaku khusus Juni," kata Norazani. (*)