TRIBUNBATAM.ID, JAKARTA-Presiden Joko Widodo dipastikan kembali maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2019. Kandidat lain yang telah mendeklarasikan maju sebagai capres adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo.
Artinya kemungkinan besar Jokowi dan Prabowo kembali bersaing seperti di Pilpres 2014 lalu.
Lalu bagaimana tanggapan Jokowi terkait hal itu?
Baca: Mengejutkan! Inilah 6 Alasan Amerika Diyakini Tak Berani Serang Indonesia! Nomor 2 Tak Terbantah!
Baca: Masih Ingat Bule Inggris Menikahi Pria Padang? Begini Kehidupannya Sekarang! Nomor 4 Mengejutkan!
Baca: Merinding! Inilah Kisah Kapal Hantu SS Baychimo! Mengarungi Lautan Tanpa Awak Kapal Selama 38 Tahun!
Baca: Heboh! Inilah 4 Buah Pembangkit Gairah Bercinta Wanita! Nomor 3 Paling Mengejutkan!
Jokowi menjadi bintang tamu dalam acara Mata Najwa.
Dikutip TribunJakarta.com dari akun Youtube Trans Tv Official, Jokowi memberikan tanggapanya mengenai Prabowo. Khususnya Prabowo yang kembali bakal menjadi lawannya di Pilpres 2019.
Jokowi rupanya menghargai segala keputusan dari Partai Gerindra.
"Ya sangat menghargai apa yang telah diputuskan oleh Partai Gerindra," ujar Jokowi, Rabu (25/4/2018).
Tak hanya itu Presiden Indonesia ketujuh itu juga menghormati keputusan Gerindra yang kembali mengusung Prabowo dalam Pilpres 2019.
"Saya sangat menghormati keputusan Partai Gerindra untuk mengusung kembali Bapak Prabowo, dalam pencalonan presiden 2019-20124," jelas Jokowi.
Menurutnya semakin banyak pilihan calon presiden makan akan memudahkan masyarakat untuk memilih sosok seperti apa yang diinginkan untuk membangun Indonesia.
"Saya kira semakin banyak pilhan semakin baik, untuk rakyat memiliki alternatif pilihan, dalam rangka membangun negara yang kita cintai," kata Jokowi.
Najwa Shihab selaku pembawa acara, menanyakan perihal lebih enak mana melawan Prabowo kembali atau melawan sosok calon presiden baru.
Siapa sangka jawaban Joko Widodo mengejutkan.
Menurutnya segala keputusan harus diserahkan kepada rakyat.
"Kembali lagi diserahkan pada rakyat," ujar Jokowi sambil tertawa.
Jokowi juga mengatakan siapapun lawannya nanti, rakyatlah yang akan melihat dan menentukan pilihannya.
"Rakyatkan juga melihat, siapa yang menjadi pilihan mereka," kata Jokowi.
Bapak beranak tiga itu juga kembali menegaskan, semakin banyaknya pilihan dalam Pilpres 2019, maka akan semakin baik untuk rakyat.
"Semakin banyak muncul pilihan akan semakin baik untuk rakyat," ujarnya.
Jokowi Kerap Dituduh Jadi Antek Asing
Kerap disebut sosoknya sebagai antek asing, membuat Presiden Joko Widodo angkat bicara terkait isu tersebut.
Bantahan terkait isu tersebut diungkapkan dirinya di acara Mata Najwa yang ditayangkan pada Rabu malam (25/4/2018).
Antek asing disematkan kepadanya berkaitan pengesahan Peraturan Presiden No. 20 tahun 2018 tentang Tenaga Kerja Asing (TKA) yang dianggap sebagai pintu masuk tenaga kerja dari luar negeri.
Menurut Jokowi, keberadaan TKA tersebut merupakan hal wajar di era globalisasi saat ini.
Dirinya juga tak menampik adanya peningkatan TKA di Indonesia dalam satu tahun terakhir.
"Tenaga kerja kita yang ada di Cina, informasi yang saya terima ada 80 ribu. Juga tak ada masalah. Saya kira ini kepentingan ekonomi," jelasnya.
Dirinya juga menjelaskan kalau birokrasi tenaga kerja asing yang disederhanakan itu bukan maksud berpihak kepada TKA, melainkan untuk merampingkan birokrasi di Indonesia.
Jokowi mengungkapkan penyederhanaan birokrasi agar Indonesia tak memiliki birokrasi yang ruwet.
"Semakin banyak orang membuka lapangan pekerjaan karena ada pembukaan investasi, larinya justru adalah membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya kepada masyarakat," tegasnya.
"Menyederhanakan perizinan tidak hanya soal TKA, tapi juga ditarik ke ranah politik, jadi kejadiannya seperti itu," lanjutnya.
Sementara itu, di tayangan Mata Najwa sebelumnya, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera tidak menyangkal adanya kepercayaan masyarakat dengan isu komunisme hingga Jokowi disebut berpihak kepada asing.
Menurutnya, hal ini bisa ditunjukkan dalam kebijakan pemerintah.
"Tapi kami tak mau bahas itu, karena debatable."
Dirinya juga menjelaskan Jokowi merupakan orang baik, namun tetap di 2019 mengganti Jokowi dengan lebih baik.
"Kompetisi itu baik, menghadirkan yang lebih baik dari Jokowi," katanya.
"Sampaikan dulu calon presidennya baru cetak kaos," imbuh Adian Napitupulu.
Hal lain menjadi perdebatan adalah kebijakan Tenaga Kerja Asing.
Kebijakan tersebut dianggap memudahkan tenaga kerja dari luar negeri khususnya Cina, untuk bekerja di Indonesia.
Namun politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu serta merta mendebat, "Ini soal tenaga kerja asing atau tenaga kerja Cina? Jangan dipersepsikan demikian dong."
Tak hanya itu, Romahurmuziy juga turut mengungkapkan berbagai bantahan stigma yang dilekatkan kepada Jokowi dengan memberikan penjelasan.
Menurutnya, 72 tahun Indonesia merdeka Presiden pertama yang memberikan peresmian hari santri nasional itu adalah Joko Widodo.
Kemudian, perhatian Jokowi kepada umat Islam luar biasa.
Hal itu dapat dilihat saat dirinya mendatangi kelompok 212 saat mereka berdemo.
"Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Jokowi dinyatakan tidak merangkul kelompok 212, tapi nyatanya Jokowi sholat bersama kelompok 212 ketika mereka berdemo," ungkapnya.
Lalu, Jokowi hingga saat ini mengundang para ulama secara rutin ke Istana tanpa membedakan partai apapun.
"Semua ulama kita melaporkan semua partai politik diundang, jadi tak ada persoalan antara beliau dengan kelompok-kelompok islam," tuturnya.
Hal tersebut membuat ada sekelompok orang yang memanfaatkan isu itu di media sosial. (BanjarmasinPost/Rr Dewi Kartika H)