TRIBUNBATAM.id- Begitu banyak anak yang mencari orang tua kandung mereka, begitu juga sebaliknya.
Setelah proses adopsi yang tak jelas yang dilakukan ribuan warga Eropa kepada anak-anak Indonesia era 1970-an akhir sampai 1980-an awal, memang menyisahkan pencarian yang tidak mudah.
"Saya sangat merindukan putri saya yang pertama. Kalau dia masih hidup saya ingin memeluknya, kalau dia mati, di mana kuburnya?" kata Angelina, salah satu pembaca BBC Indonesia yang bertanya, ke mana harus mencari anaknya.
Pembaca bernama Ami bertanya tentang bagaimana mempertemukan ibu dan anak yang dipisahkan sejak lahir. "Sudah terpisah selama 30 tahunan."
Pertanyaan ini muncul terkait artikel dan video BBC Indonesia tentang Andre Kuik yang berhasil bertemu dengan ibu kandungnya di Lampung setelah 40 tahun terpisah.
Baca: Isak Tangis Andre Kuik Kali Pertama Bertemu Ibu Kandungnya setelah 40 Tahun Diadopsi Warga Belanda
Baca: Diadopsi Orang Belanda Sejak 1978, Begini Perjalanan Panjang Andre Temukan Ibu Kandungnya di Lampung
Baca: Selain Andre, Ada 3.000 Anak Indonesia Diadopsi Warga Eropa Kurun 1974-1983. Begini Cerita Mereka
Andre termasuk salah satu orang yang beruntung dapat bertemu ibunya lagi. Ia diadopsi warga Belanda sejak berusia lima bulan.
Sejak kisah Andre dipublikasikan, banyak sekali komentar masuk ke inbox BBC Indonesia yang meminta bantuan untuk menemukan orang tua kandung, anak kandung maupun kerabat lain yang hilang.
Adopsi memang banyak terjadi di Indonesia. Menurut Yayasan Mijn Root, pada rentang waktu antara 1978-1983 ada sekitar 3.000 anak Indonesia diadopsi ke luar negeri.
Ada pula anak yang diadopsi secara resmi oleh sesama warga Indonesia, meskipun banyak anak yang diadopsi secara tidak resmi.
Sejak tahun 1983, pemerintah mulai membatasi adopsi oleh warga negara asing. Yayasan Sayap Ibu ditunjuk sebagai satu-satunya yang diizinkan memproses adopsi warga negara asing.
Syaratnya adopsi anak Indonesia oleh warga negara asing tidak mudah. Selain kelayakan secara ekonomi, umur, latar belakang dan syarat-syarat administrasi lain, warga negara asing juga harus punya pekerjaan di Indonesia.
Pertemuan pertama setelah 40 tahun terpisah
"Mereka sudah harus tinggal minimal dua tahun di Indonesia dan masih akan ada di Indonesia selama proses adopsi," kata Ketua Yayasan Sayap Ibu Jakarta, Tjondrowati Subiyanto, kepada BBC Indonesia.
Proses adopsi, baik oleh WNI maupun warga negara asing, bisa memakan waktu sampai satu tahun. "Karena kita harus memastikan bahwa anak ini masa depannya akan lebih baik," kata Tjondrowati.
Di Yayasan Sayap Ibu saja, ada lebih dari 1.500 anak yang sudah diadopsi selama 48 tahun terakhir, baik oleh orang Indonesia maupun oleh warga negara asing.
Dari ribuan anak tersebut, seringkali ada anak yang kembali ke Yayasan Sayap Ibu untuk mencari orang tua kandungnya.
"Kami beberapa kali mempertemukan anak dengan orang tua kandungnya," kata Tjondrowati.
Sebagian besar anak yang mencari orang tua kandungnya adalah anak-anak yang diadopsi oleh warna negara asing.
Kini ada 30 anak yang tinggal di Sayap Ibu, berusia dari bayi hingga 17 tahun.
"Mereka adalah anak-anak yang tidak teradopsi karena ada kebutuhan khusus, dari ringan hingga berat," kata dia.
Ada anak yang butuh terapi fisik, pendampingan psikolog, berbagai pemeriksaan dan operasi.
Sejumlah organisasi lain termasuk melalui sosial media juga ada yang ikut membantu pencarian kerabat termasuk sejumlah kelompok di Facebook.
Mutiara Norma Rini dari grup Facebook Mencari Orang Tua Kandung mengatakan kepada BBC Indonesia, "Dari beberapa klien dari Belanda, kita sudah membantu menemukan empat anak adopsi dan orang tuanya via Facebook." (bbc indonesia)