TRIBUNBATAM.id, KUALA LUMPUR - Kemenangan oposisi Pakatan Harapan di Malaysia seperti membuka kotak pandora atas berbagai skandal yang terjadi di pemerintahan Najib Razak.
Dalam beberapa hari terakhir, sejak Mahathir Mohamad terpilih menjadi perdana menteri, dugaan pencucian uang dana investasi 1MDB kembali dibuka.
Kasus itu menyeret Najib Razak dan kroninya sehingga mantan PM tersebut langsung dicekal dan kdfiamannya digeledah oleh polisi, Rabu (16/5/2018) malam.
Tidak hanya itu, ada satu kasus lainnya yang juga muncul di permukaan, yakni pembunuhan model cantik asal Mongolia Altantuya Shaariibuu.
Kasus pembunuhan Altantuya ini terjadi tahun 2009.
Altantuya (28) ditembak mati dan tubuhnya diledakkan dengan bahan peledak plastik kelas militer di dekat sebuah bendungan di Subang di Shah Alam.
Dua mantan polisi sudah dijatuhi hukuman mati karena membunuh Altantuya.
Satu pelaku, Sirul Azhar Umar, melarikan diri ke Australia, sedangkan koleganya, Azilah Hadri saat ini masih dipenjara.
Baca: BEREDAR Video Penggeledahan Rumah Mewah Mantan PM Malaysia Najib Razak. Suaranya Berderu-deru
Baca: BEGINI Alur Dugaan Keterlibatan Najib Razak dalam Kasus 1MDB yang Bikin Rumahnya Digeledah
Baca: Malam Pertama Ramadan, Rumah, Kantor dan Kondominium Najib Digeledah. Ini yang Ditemukan Polisi
Munculnya permintaan agar kasus itu dibuka kembali karena kasus itu banyak kejanggalan dan diduga melibatkan para petinggi di pemerintahan Najib Razak.
Altantuya adalah selingkuhan Razak Baginda, seorang analis kebijakan yang memiliki hubungan dengan mantan perdana menteri Najib Razak.
Baginda dituduh terlibat dalam suap korupsi ratusan juta ringgit dalam pembelian dua kapal selam Scorpene buatan SCNS, Prancis.
Altantuya diduga dibunuh karena ia mengetahui untuk membuatnya diam karena mengetahui pembelian kapal selam.
Najib Razak diduga menerima komisi lebih dari €114 juta atau sekitar Rp 1,9 triliun dari SCNS untuk pembelian dua kapal selam Scorpene buatan tersebut.
Namun Najib berulang kali membantah melakukan kesalahan atas kesepakatan itu.
Ramkarpal Singh, seorang petinggi DAP --salah satu partai koalisi di Pakatan Harapan-- berharap pemerintah federal yang dipimpin Mahathir membentuk sebuah komisi penyelidikan.
"Pemerintah PH baru harus menunjukkan kemauan politik yang kuat untuk sampai ke dasar pembunuhan Altantuya atau berisiko dicap tidak berbeda dari pendahulunya," kata politisi yang memenangkan pemilihan sebagai anggota parlemen untuk Bukit Gelugor.
Ramkarpal mengatakan, kasus ini sangat aneh karena dua pelaku tidak pernah menunjukkan siapa yang memerintahkan mereka untuk membunuh Altantuya.
"Mereka mengaku tidak mengenalnya. Bagaimana bisa polisi membunuh tetapi tidak tahu siapa yang memerintahkan dan mereka tidak memiliki alasan untuk melakukannya sendiri," katanya seperti dilansir freemalaysiatoday.com.
Anehnya lagi, kata Ramkarpal, jaksa tidak mengajukan banding ketika terdakwa ketiga, Abdul Razak Baginda, justru dibebaskan sementara ia tak pernah melakukan pembelaan di pengadilan.
Ramkarpal mengatakan siapa pun yang menginstruksikan Azilah dan Sirul untuk melakukan pembunuhan harus dituntut juga, karena telah berbagi niat bersama untuk membunuhnya.
"Saya telah mengatakan sebelumnya bahwa dunia harus tahu siapa yang memerintahkan pembunuhan Altantuya Shaariibuu dan alasan atau alasan di balik perintah tersebut," kata Ramkarpal.
Desakan tidak hanya dari Ramkarpal, tetapi juga dari tokoh utama oposisi Anwar Ibrahim yang baru dibebaskan dari tuduhan sodomi, Rabu lalu.
Anwar mengatakan. persidangan kasus itu adalah hasil kompromi pihak-pihak tertentu dengan hakim.
Sirul Azhar Umar ditahan di Australia sejak tahun 2015 karena pelanggaran imigrasi, tetapi ia tidak dideportasi karena permintaan suaka politiknya dikabulkan.
Seperti dikutip AFP, Anwar meminta agar Sirul disidang ulang untuk mengungkap di balik pembunuhan tersebut.
Sirul sebelumnya mengancam akan mengungkapkan siapa yang memberi perintah namun ia tidak percaya dengan sistem peradilan di Malaysia.
Anwar, seperti dilansir The Australian mengatakan, kasus itu membuat pengadilan Malaysia menjadi bahan ejekan karena para hakim tidak memanggil saksi yang relevan.
Sebuah laporan di Guardian pekan lalu mengatakan bahwa permintaan visa suaka sedang dipertimbangkan oleh Canberra, namun pihak berwenang Australia menolak untuk mengkonfirmasi hal ini.
Menurut surat kabar itu, Canberra telah mengizinkan pejabat Malaysia dan perantara mereka untuk bertemu dengan Sirul secara teratur, termasuk satu dari sayap pemuda Umno, dua minggu yang lalu.
Pihak "pengunjung" Malaysia ini menyampaikan pesan kepada Sirul untuk tidak mengatakan apa-apa.
Skandal ini adalah salah satu yang paling sensitif di Malaysia selain skandal 1MDB.
Sirul dan Azilah dihukum pada tahun 2009 dan dijatuhi hukuman gantung.
Mereka kemudian dibebaskan ketika pengadilan banding membatalkan pada 2013 karena menilai persidangan tidak cukup kuat untuk memvonisnya dengan hukuman mati.
Namun mahkamah agung Malaysia kembali memutuskan hukuman mati mereka pada tahun 2015.
Namun Sirul melarikan diri dari negara itu menjelang putusan itu.