Mahathir Bertemu dengan Ayah Altantuya, Setuju Kasus Pembunuhan Model Cantik Itu Dibuka Kembali

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Altantuya Shaaribuu

TRIBUNBATAM.id, PUTRAJAYA - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad akhirnya bertemu dengan ayah model Mongolia Altantuya Shaariibuu, Shaariibuu Setev, Rabu (20/6/2018).

Mahathir setuju bahwa kasus itu harus dibuka kembali, menurut pengacara Ramkarpal Singh, yang juga ikut dalam pertemuan itu.

"Dia setuju bahwa itu adalah kasus yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut," kata Ramkarpal seperti dilansir The Star Malaysia.

"Perdana Menteri mengatakan bahwa proses harus mengikuti aturan hukum," kata Ramkarpal. "Kami juga setuju dan telah melakukan pertemuan Jaksa Agung. Kami yakin bahwa supremasi hukum akan mengambil jalannya."

Setev Shaariibuu juga telah mengajukan laporan ke markas polisi Kuala Lumpur untuk meminta penyelidikan baru atas kasus yang menghebohkan tahun 2006 lalu.

Dia menambahkan bahwa Dr Mahathir berbicara secara rinci dengan Setev selama 30 menit bersama penerjemah Mongolia dan perwakilan dari konsulat Mongolia.

Baca: Najib Razak Lengser dari PM Malaysia, Kasus Kematian Model Mongol Kembali Diungkit!

Baca: Inilah 5 Fakta Altantuya Shariibuu, Model Mongol yang Disebut Wanita Simpanan Najib Razak!

Baca: Rezim Najib Razak Terguling, Kasus Pembunuhan Model Cantik Mongolia Dibuka Lagi?

Dia juga mengatakan bahwa Presiden Mongolia Khaltmaagiin Battulga telah berbicara kepadanya melalui telepon untuk berterima kasih kepada Dr Mahathir.

Altantuya (28) ditembak dan tubuhnya diledakkan dengan bahan peledak kelas militer di sebuah hutan di Shah Alam, Selangor, pada bulan Oktober 2006.

PM Malaysia Mahathir Mohamad bertemu Setev Shaariibuu, ayah Altantuya yang dibunuh tahun 2006.

Dua mantan polisi, Sirul Azhar Umar dan Azilah Hadri divonis mati pada tahun 2009, namun dibatalkan dalam sidang banding oleh Pengadilan Tinggi Malaysia.

Mahkamah Agung Malaysia kemudian menguatkan putusan pertama pada tahun 2013.

Namun sehari menjelang eksekusi, Sirul Azhar melarikan diri ke Australia dan sampai saat ini berstatus tahanan imigrasi karena masuk secara ilegal.

Pihak Australia menolak permohonan suaka Sirul, tetapi juga tidak melakukan ekstradisi karena Australia menolak hukuman mati.

Azilah sendiri saat ini kabarnya masih ditakan di Lapas khusus bagi napi hukuman mati di Pakajang.

Kasus ini menyeruak kembali setelah Najib Razak digulingkan dan pembunuhan itu dikait-kaitkan dengannya.

Pembunuhan Altantuya disebut-sebut berkaitan dengan pembelian dua kapal selam dari Prancis saat Najib Razak menjadi Wakil Perdana Menteri.

Altantuya meminta bagian fee sebesar US$ 500 ribu yang dijanjikan kepadanya.

Altantuya disebut-sebut selingkuhan Abdul Razak Baginda, tangan kanan Najib, namun informasi lain menyebutkan bahwa Altantuya juga simpanan Najib Razak.

Najib sendiri sudah membantah hal itu dan mengatakan bahwa ia tidak kenal dan tidak pernah bertemu dengan mofel tersebut.

Kasus ini menjadi janggal karena Razak Baginda yang juga didakwa dalam pembunuhan itu justru dibebaskan pada 31 Oktober 2008. Pengadilan berdalih tidak menemukan bukti keterkaitannya.

Ramkarpal mengatakan, identitas individu yang memerintahkan pembunuhan Altantuya sudah bisa ditentukan dari penyelidikan polisi sebelumnya.

"Saya percaya penyelidikan sebelumnya telah mengidentifikasi orang itu, atau jika ada lebih dari satu, yang memerintahkan pembunuhan itu."

"Siapa pun yang memerintahkan ini harus dibawa ke pengadilan. Kejahatannya lebih berat daripada mereka yang mengikuti perintah dan melakukan pembunuhan," katanya.

Berita Terkini