TRIBUNBATAM.id, DENPASAR - Jumlah korban tewas akibat gempa Lombok yang dahsyat menguncang kawasan Lombok dan Bali terus bertambah.
Korban gempa Lombok 7,0 SR pada Minggu (5/8/2018) malam, hingga saat ini berjumlah 91 orang.
Sementara itu, 209 orang tercatat luka-luka, ribuan jiwa mengungsi, dan ribuan rumah rusak.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, dari 98 orang meninggal dunia terdapat di Kabupaten Lombok Utara 72 orang, Kota Mataram 4 orang, Lombok Timur 2 orang, Lombok Tengah 2 orang, Lombok Barat 9 orang serta Bali 2 orang.
"Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh," kata dia.
Berdasarkan data sementara, semua korban meninggal dunia adalah warga negara Indonesia.
"Belum adanya laporan wisatawan yang menjadi korban akibat gempa," tambahnya.
Daerah Lombok Utara paling parah terdampak gempa karena berdekatan dengan pusat gempa.
Kerusakan rumah dan bangunan terjadi luas.
Baca: Masjid Roboh Saat Sholat Isya Akibat Gempa di Lombok Utara, Para Korban Diduga Masih Tertimbun
Baca: UPDATE Korban Gempa Lombok: 98 Orang Tewas, 236 Luka-luka
Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah, sebab tim SAR gabungan yang berada di lokasi masih terus mencari korban yang diduga masih tertimbun reruntuhan bangunan.
Pendataan pun masih terus dilakukan oleh aparat.
Seorang korban selamat yang merasakan langsung saat gempa menguncang daerahnya menceritakan apa yang ia alami saat itu.
Terlebih, adiknya merupakan salah satu korban tewas saat gempa yang berkekuatan cukup dahsyat hingga muncul peringatan tsunami.
Ni Kadek Yuliani, wanita asal Karangasem, Bali, meninggal usai tertimpa reruntuhan bangunan ketika terjadi gempa.
Sang kakak, Gede Angga menceritakan, saat gempa terjadi ia sedang bersama korban di dalam kamar kos yang berlokasi di Jalan Juwet Sari No 25 Banjar Kajeng, Pemogan.
Pada saat gempa semua panik, termasuk dirinya dan adiknya.
Bahkan, sang adik yang bermaksud menyelamatkan diri dengan berlari keluar kamar malah tewas tertimpa reruntuhan dinding kamar.
"Saat di depan pintu, tembok kamar kos roboh," kata dia.
Saat kejadian, Gede sudah berusaha melindungi korban untuk melarang adiknya keluar namun gagal lantaran korban bersikeras untuk keluar kamar.
Gede Angga berusaha menggenggam tangan Yuli yang lemah dan berusaha mengeluarkan adiknya dari reruntuhan.
Namun nyawa korban tak tertolong meski sempat dilarikan ke rumah sakit.
Menurut pemilik kos, Made Muryana (42), korban yang akrab disapa Yuli baru kos di tempatnya itu sekitar empat hingga lima bulan.
"Ngekos baru empat hingga lima bulan di sini. Kalau tidak salah, dia kerja di Kuta," kata Muryana, Senin (6/8/2018) pagi.
Muryana menuturkan, 30 menit sebelum gempa, korban menelepon pemilik rumah untuk meminjam bor.
"Setengah jam sebelum gempa dapat nelepon Bapak saya, katanya mau minjem bor mau pasang kipas angin. Karena sudah malam, ayah saya bilang besok saja. Dia (korban) mengiyakan," imbuh Muryana.
Tidak jadi meminjam bor, Yuli meminjam palu di teman kos sebelahnya.
"Hingga ada gempa, menurut pengakuan tetangga kosnya, Yuli masih ketak-ketok masang kipas. Lalu pas gempa tetangga kos meneriaki. Mungkin karena panik langsung lari. Kakaknya juga sudah memperingati dan memegang tangannya agar tidak lari. Tapi dia lari dan pas keluar tembok depan kos roboh," katanya.
Tembok yang roboh milik adik pemilik kos.
"Hampir seluruh tubuhnya ditimbun tembok. Yang roboh ini tembok sambungan, jebol 5 batako," katanya.