Berjarak sekitar 500 meter dari ekor pesawat, para pasukan pun mulai berjalan kaki.
Saat itulah Benny menyusup ke barisan tim Ahmad Kirang.
Penampilannya berbeda dari yang lain. Benny memakai jaket hitam dan menenteng pistol mitraliur.
Letkol Infanteri Sintong Panjaitan yang menjadi pemimpin operasi lapangan menjelaskan bahwa kehadiran Benny itu di luar skenario.
"Ini di luar skenario," ujarnya dalam buku "Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando".
Namun Sintong membiarkan Benny untuk tetap dalam pasukan.
Setelah pesawat berhasil dikuasai pasukan Kopassus, Benny lagi-lagi mengejutkan Sintong.
Ia tiba-tiba masuk ke pesawat sambil menenteng pistol bersama Kolonel Teddy.
Ia kemudian menuju kokpit dan menyuruh Teddy untuk memeriksa panel elektronik Woyla.
Setelah dinyatakan aman dari ancaman bom yang diaktifkan melalui sirkuit pesawat, Benny lantas mengambil mikrofon.
"This is two zero six. Could I speak to Yoga, please?" kata Benny.
Panggilan ditujukan kepada Yoga Soegomo yang berada di ruang crisis center menara bandara.
"Operasi berhasil, sudah selesai semua," ujar Benny Moerdani melapor.
Operasi Woyla tersebut dipuji internasional sebagai aksi yanhg sukses karena tidak ada seorang pun sandera yang terluka dalam operasi tersebut.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Ada Jenderal 'Penyusup' di Balik Operasi Kopassus Tumpas Pembajak Pesawat DC 9 Woyla, Siapa Dia?"
Editor: Indan Kurnia Efendi