WISATA SUMATERA BARAT

Jam Gadang Bukittinggi Kini Tampil Beda. Ada Air Mancur Warni Warni yang Menari. Rancak Bana!

Penulis: Mairi Nandarson
Editor: Mairi Nandarson
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ada Air Mancur di Jam Gadang Bukittinggi

TRIBUNBATAM.id, BUKITTINGGI - Objek wisata Jam Gadang di Bukittinggi, Sumatera Barat sudah diubah dengan kondisi kekinian.

Dalam beberapa hari terakhir di jagad maya, berseliweran foto dan video terkait objek wisata di kota Bukittinggi yang sudah direnovasi oleh pemerintah Kota Bukittinggi.

Panorama di sekitar Jam Gadang kini sudah dilengkapi dengan air mancur yang dilengkapi dengan pencahayaan lampu warna-warni.

Baca: Sudah Pernah ke Celosia Garden? Objek Wisata Taman Bunga yang Lagi Nge-hits di Karimun

Baca: Michael Learn To Rock Konser di Batam, Pukau Penonton dengan Lagu Hits

Baca: BERITA PERSIB - Cari Pelatih Baru, Ini Syarat Khusus yang Diinginkan Persib Bandung

Jika air mancur itu dilihat pada malam hari, maka akan terlihat air berwarna-warni di sekitar Jam Gadang.

Berdasarkan informasi yang dilansir akun Kabar Minang, video air mancur yang viral di dunia maya itu adalah saat uji coba air menari di kawasan pedestrian Jam Gadang, Bukittinggi.

Ujicoba air mancur menari itu dilakukan pada Jumat (14/12/2018) malam.

Hadir dalam ujicoba itu Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias beserta jajaran di pemerintahan.

Proses revitalisasi kawasan Jam Gadang itu sebenarnya belum selesai sepenuhnya, karena ada beberapa bagian yang masih dalam proses pengerjaan.

Rencananya kawasan taman Revitalisasi Jam Gadang ini akan di buka dan diresmikan pada hari Kamis,  20 Desember 2018.

Sementara itu, aku faceofminangkabau yang dalam postingannya menyebut kondisi Jam Gadang terkini Rancak Bana, menyebutkan, revitalisasi Jam Gadang ini dilakukan Pemko Bukittinggi dan menghabiskan anggaran sedikitnya Rp 25 miliar.

Selain menghadirkan air mancur menari, juga akan dibangun area untuk pejalan kaki di komplek Jam Gadang.

Revitalisasi ini dibuat tiga spot pertunjukan seni budaya. Taman mewah, parkir kendaraan sepeda motor dan mobil. Serta, air mancur warna-warni dan kawasan pendestrian bagi pejalan kaki.

Tahun ini Pemko Bukittinggi disebut akan fokus membangun pada zona pertama, dari zona zona yang direncanakan.

Dengan revitalisasi kawasan Jam Gadang di Bukittinggi ini, maka menikmati objek wisata di Bukittinggi ini kita menjadi lebih menarik.

Baca: MOTOGP - Komentar Pedas Manajer Repsol Honda pada Valentino Rossi: Momen Rossi Telah Berlalu

Sejarah Jam Gadang

Kota Bukittingi dan Jam Gadang (Wonderful Minangkabau/facebook)

Jam Gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia.

Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar".

Selain sebagai pusat penanda kota Bukittinggi, Jam Gadang juga telah dijadikan sebagai objek wisata dengan diperluasnya taman di sekitar menara jam ini.

Taman ini menjadi ruang interaksi masyarakat baik pada hari kerja maupun pada hari libur.

Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini.

Dilansir dari wikipedia, ukuran dasar bangunan Jam Gadang yaitu 6,5 x 6,5 meter, ditambah dengan ukuran dasar tangga selebar 4 meter, sehingga ukuran dasar bangunan keseluruhan 6,5 x 10,5 meter.

Bagian dalam menara jam setinggi 36 meter[1] ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul.

Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat gempa pada tahun 2007.

Terdapat 4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang.

Jam tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur dan digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di London, Inggris.

Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas.

Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen.

Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.

Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Campurannya hanya kapur dan pasir.

Jam Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Jazid Radjo Mangkuto, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.

Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu.

Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang.

Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi.

Atap Jam Gadang mengikuti zaman pemerintahannya.

Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya.

Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya.

Kemudian pada masa pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda.

Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.

Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.

Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010. (tribunbatam.id/son)

Berita Terkini