TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Salah satu sosok pengusaha yang sangat berpengaruh dalam dunia usaha Indonesia, Eka Tjipta Widjaja meninggal dunia, Sabtu (26/1/2019) malam.
Eka Tjipta Widjaja yang dikenal sebagai pendiri Sinar mas Group itu meninggal dunia dalam usia 97 tahun.
Eka Tjipta Widajaja lahir pada 27 Februari 1921 di Quanzhou, Republik Rakyat Tiongkok.
Eka Tjipta Widjaja dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia nomor dua oleh Forbes tahun 2018.
Saat ini Eka Tjipta memiliki aset senilai Rp 205 triliun.
Namun, bos Sinar Mas ini mencapai kesuksesan itu dari nol.
Tak banyak yang tahu masa lalu Eka yang memprihatinkan.
Dilansir suar.id, Eka dan ibunya pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1932 saat ia berusia 9 tahun dalam perjalanan tujuh hari tujuh malam naik kapal.
Ekonomi keluarga bocah yantg bernama asli Oei Ek Tjhong sangat jauh dari kata layak.
Ayahnya terlibat utang pada rentenir dan tak mampu membayar bunga yang sangat tinggi.
Berjualan biskuit
Eka akhirnya tak bisa melanjutkan sekolah dan hanya punya ijazah SD.
Ia bertekad untuk bisa membantu ayah dan ibunya.
Eka dan ayahnya mulai berjualan permen dan biskuit keliling Makassar.
Eka berjualan dari pintu ke pintu.
Sembari menaiki sepeda, ia akan berhenti di setiap rumah dan mengetuk pintu calon pembeli tanpa kenal lelah.
Eka yang kala itu berusia 15 tahun ternyata bisa meringankan beban utang keluarganya dari hasil jualan biskuit dan permen.
Ia menabung sebagian keuntungannya untuk tambahan modal.
Tak puas dengan berjualan keliling, Eka membeli alat membuat kembang gula di rumah dan mulai memproduksi sendiri kembang gulanya.
Pada masa penjajahan Jepang, Eka bekerja sama dengan CIAD (Corp Intendands Angkatan Darat/TNI) dengan menjual kopra pada mereka.
Namun Jepang mengeluarkan kebijakan monopoli kopra dan bisnis Eka terhenti.
Eka Tjipta pun bangkrut.
Punya prinsip tak mau menyerah, Eka kembali menjajal bisnis baru.
Ia beralih ke usaha bahan-bahan keperluan makanan, bangunan, dan kebutuhan harian.
Tahun 1950, lagi-lagi usahanya terhenti karena dirampas saat peristiwa pemberontakan Permesta.
Saat usianya 37 tahun, Eka Tjipta pindah ke Surabaya dan mencoba berkebun kopi dan kebun karet di daerah Jember.
Eka mendirikan CV Sinar Mas dan mulai bisnis membuat bubur kertas dari sisa-sisa pengolahan karet.
Seiring perkembangan bisnisnya, Eka mendirikan PT Tjiwi Kimia pada 1976 yang bergerak di bidang bahan kimia dan tahun 1980, Eka bisa membeli 10 ribu hektare kebun kelapa sawit di Riau.
Tahun 1982, Eka membeli Bank International Indonesia (BII) yang dan memulai bisnis propertinya dengan nama Sinar Mas Group.
Hingga kini Eka mungkin telah mengalami puluhan kali jatuh dan bangkit.
Tapi hasilnya, saat ini Eka ada di posisi dua sebagai orang terkaya di Indonesia.
Sinar Mas Group saat ini punya deretan bisnis properti yang ada di berbagai penjuru Indonesia, bisnis kekuangan (finance) hingga pelebaran sayap bisnis ke sektor usaha lain.
Seperti pengolahan kelapa sawit, usaha bidang komunikasi Smart dan beragam jenis usaha lainnya.
Eka punya prinsip hidup jujur, bertanggung jawab, baik pada keluarga, pekerjaan dan lingkungan. Eka juga tak suka berfoya-foya dan selalu berusaha hidup hemat.
Dari perjuangan Eka Tjipta si pemilik Sinar Mas Group ini, kita bisa belajar bahwa sukses memang bukan suatu hal yang instan.