TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Eka Tjipta Widjaja yang juga pendiri Sinar Mas Group meninggal dunia, Sabtu (26/1/2019) di umur 98 tahun dan rencannaya, jenazah Eka Tjipta akan dimakamkan, Sabtu 2 Februari 2019.
Di Indonesia, nama Eka Tjipta tercatat berhasil mengembangkan bisnisnya, di umur hampir 100 tahun itu, Eka bahkan berhasil mengembangkan bisnisnya hingga menjadi salah satu perusahaan raksasa di Asia.
Ekspansi bisnis dilakukan tak hanya di Indonesia, tapi juga ke luar negeri.
Eka juga membangun jaringan bisnis yang besar sehingga Sinar Mas Group mencakup komoditas bisnis yang beragam.
Berikut 5 fakta menarik mengenai Eka Tjipta :
1. Salah satu orang terkaya
• Sering Diberi Wejangan, Sandiaga Uno Ungkap Sosok Mendiang Eka Tjipta Widjaja
• Deretan Perusahaan Eka Tjipta Widjaja di Batam, dari Perumahan, Golf, hingga Nuvasa Bay
• Profil Eka Tjipta Widjaja, Terlilit Utang, Penjual Biskuit Keliling hingga Jadi Orang Terkaya
Eka Tjipta dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Majalah Globe Asia menulis, kekayaannya pada 2018 mencapai 13,9 miliar dolar AS.
Dengan angka tersebut, ia dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya versi majalah itu.
2. Imigran yang hanya lulusan SD
Pria kelahiran Quanzhou, China, ini bermigrasi ke Indonesia pada 1932. Saat itu, Oei Ek Tjhong, nama kecil Eka, harus berlayar selama tujuh hari tujuh malam untuk tiba di Makassar, Sulawesi Selatan.
Eka bukan berasal dari keluarga kaya. Dilansir dari Kompas.id, uang lima dollar AS yang dibawa saat perjalanan, tak cukup ia belanjakan makanan.
Sebab, untuk bisa sampai di Indonesia, ia harus berutang kepada rentenir 150 dollar AS. Untuk melunasi utangnya, Eka kecil langsung bekerja di toko milik ayahnya yang tiba lebih dulu di Makassar.
Beruntung, utang tersebut dapat dilunasi dalam kurun dua tahun, seiring kian maju toko ayahnya.
Setiba di Indonesia, usianya baru sembilan tahun. Setelah melunasi utangnya, Eka meminta untuk disekolahkan.
Namun, ia tak mau bila harus mulai dari kelas satu. Selesai sekolah dasar, Eka tak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya karena persoalan ekonomi.