TRIBUNBATAM.id - Sebelum akses internet dibatasi, banyak foto dan video yang menggambarkan situasi aksi 22 Mei di Jakarta.
Dari sekian banyak foto beredar, beberapa menunjukkan keberadaan anak-anak di lokasi kejadian.
Beberapa orang mengkhawatirkan keselamatan anak tersebut dan mempertanyakan mengapa orangtua membiarkan anak menonton situasi genting seperti ini.
Menanggapi fenomena tersebut, Rizqy Amelia Zein seorang dosen psikolog sosial di Universitas Airlangga melihat ada dua fenomena yang perlu disoroti.
Pertama tentang perilaku menonton hal menegangkan dan kedua terkait dampak jangka panjang pada anak-anak yang diajak menonton peristiwa rusuh seperti aksi 22 Mei.
Perempuan yang akrab disapa Amel itu menerangkan, ada seorang psikiater Swiss bernama Carl Jung yang memiliki teori menarik berkaitan dengan kepribadian manusia.
• Video Call dengan Anaknya saat Aksi Massa, Anggota Brimob Ini Ditawari Libur ke Bali dengan Keluarga
• Jadwal Lengkap Siaran Langsung MotoGp Seri Kelima, Kejutan Baru Dari Jorge Lorenzo
Seperti pernah dibahas dalam artikel sebelumnya, Jung mengungkap bahwa kepribadian manusia terdiri dari beberapa lapisan, di mana lapisan terluar bernama persona dan paling dalam bernama the self.
Di antara lapisan persona dan the self ada lapisan kepribadian bernama anima dan shadow.
Pada elemen shadow inilah yang menjelaskan kenapa manusia tertarik dengan hal-hal ganjil yang mengerikan dan tidak masuk akal, termasuk suka menonton film horor atau film triller, atau suka melihat hal menegangkan secara langsung.
"Misalnya rela pergi jauh untuk bisa selfie di lokasi bencana, jika ada kecelakaan bukannya menolong tapi berhenti untuk menonton, dan termasuk menonton kerusuhan seperti (aksi 22 Mei) kemarin," jelas Amel dihubungi Kompas.com, Kamis (23/5/2019).
"Jadi pada dasarnya kita menyukai hal-hal ganjil dan tidak menyenangkan. Tapi dengan menonton, kita bisa menikmati tanpa harus menderita," imbuh dia.
• Kabar Terbaru Skandal 1MDB - Polisi Malaysia Geledah Kantor Audit Terbesar Dunia, Deloitte
• Anggota Polisi Terserempet Lesatan Peluru saat Aksi Massa Bakar Polsek Tambelangan
Ini artinya, ketika kita melihat sesuatu yang menyeramkan, secara tidak langsung muncul kepuasan di dalam diri meski tidak merasakan secara langsung.
"Ini memang mengganggu secara sosial. Apalagi saat kondisi kerusuhan kemarin, itu sangat membahayakan penontonnya. Bayangkan saja kalau ada peluru nyasar, itu berbahaya sekali," imbuh Amel.
Amel melihat, orang yang suka menonton hal-hal menyeramkan secara langsung sering kali menomorduakan keselamatan diri sendiri dan orang lain yang ikut diajak menonton, terutama anak kecil.
• Polisi Tangkap Oknum PNS yang Sedang Asik Main Judi Remi, Polisi Amankan Bukti Berupa Uang Tunai
• Polisi Tangkap Teduga Pelaku Pembakaran Pos Polisi di Jalan Sabang Jakarta Pusat
Dampak untuk anak kecil