BERITA JOGJA

13 Tahun Gempa Jogja - Kisah Sujiman Selamat dari Gempa, Lihat Semua Rumah Ambruk, Kampung Mencekam

Editor: Mairi Nandarson
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tetenger atau monumen yang menjadi episentrum gempa bumi di kampung Protobayan Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Bantul.

Tidak ada kokok ayam pagi. Listrik padam.

Ia melihat semua rumah tetangganya ambruk.

"Sepanjang sungai opak, di kampung Protobayan ini tidak ada rumah yang berdiri. Semuanya ambruk," kenang dia.

Sujiman melihat semua anggota keluarganya selamat. Ia bersyukur.

Yang pertama ia lakukan adalah menyelamatkan cucunya, Desti--yang saat itu masih kelas dua SD--dari reruntuhan tembok.

"Ketika tubuh cucu saya angkat. Kaki kanannya kiwir-kiwir, [patah]," terang Sujiman.

Di antara rasa kalut dan panik.

Ia segera membawa cucunya itu ke pengobatan alternatif sangkal putung. Penyembuhan patah tulang.

Tetenger atau monumen yang menjadi episentrum gempa bumi di kampung Protobayan Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Bantul. (Tribunjogja.com | Ahmad Syarifuddin)

Namun tak sanggup. Sujiman lantas melarikan ke Rumah sakit Bethesda.

"Di Rumah sakit disarankan untuk dioperasi. Akhirnya saya bawa ke PKUĀ Bantul. Dioperasi di sana," cerita Sujiman.

Hari-hari pasca tragedi gempa, menjadi hari yang paling berat.

Sujiman beserta anggota keluarganya, dan warga terdampak lainnya tinggal di barak pengungsian.

Barak ini terletak di gudang bekas kayu di kampung Protobayan.

Sujiman masih ingat betul. pasca gempa. Sabtu malam hujan turun dengan lebatnya.

"Saya dan keluarga bernaung dibawah tenda, di barak pengungsian,"

Halaman
1234

Berita Terkini