Batas Waktu, Takaran Zakat Fitrah, Bolehkah Pakai Uang? Ini Penjelasan Lengkap Ustaz Abdul Somad

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abdul Somad Batubara

“Nabi itu bayar zakat fitrah pakai apa Pak Ustaz,” kata UAS menirukan orang yang bertanya kepadanya. 
Ia kemudian menjawab sendiri pertanyaan itu.

“Pakai empat. Yang pertama tamrin (kurma), yang kedua qamhin (gandum), ketiga zabib (kismis), yang keempat aqid (susu kambing dijemur kering/mentega). Tak ada pernah Nabi bayar (zakat fitrah) pakai beras," ucap Ustadz Abdul Somad.

“Kalau ada orang yang mengatakan, bid’ah bayar zakat fitrah pakai duit, pakai beras pun bid’ah, karena Nabi tidak pernah bayar pakai beras,” ujar Ustaz Abdul Somad.

Ia kemudian melanjutkan penjelasannya.

Jadi kenapa orang berani bayar pakai beras?

“Empat ini (kurma, gandum, kismis, dan aqid) makanan pokok, maka kita bayar pakai makanan pokok. Orang Pekanbaru makan nasi, bayar pakai beras. Kalau tinggal di Papua, bayar (pakai) sagu,” kata Ustaz Abdul Somad.

“Kebetulan di situ makan tiwul, bayarlah (pakai) gaplek. Gaplek tiwul, bukan balak enam,” kata Ustaz Abdul Somad disambut tawa jamaah.

Tiwul adalah adalah makanan pokok pengganti nasi beras yang dibuat dari ketela pohon atau singkong.

Penduduk Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan, dan Blitar (Jawa Timur), dikenal mengonsumsi jenis makanan ini sehari-hari.

Tiwul dibuat dari gaplek.

Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah daripada beras namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras.

Tiwul pernah digunakan untuk makanan pokok sebagian penduduk Indonesia pada masa penjajahan Jepang.

Ustaz Abdul Somad selama ini bayar pakai apa?

UAS melanjutkan penjelasan dengan metode tanya jawab yang dilakoninya sendiri.

“Ustaz selama ini bayar pakai apa?”
“Saya pribadi bayar pakai beras.”

“Tak pernah pakai duit?”

Halaman
1234

Berita Terkini