Mereka melakukan presentasi terkait opsi tapak-tapak jalan tol Batam. Apakah akan melewati badan jalan utama (jalur yang sama dengan fly over saat ini), atau dilakukan penyesuaian.
"Di pertemuan itu juga, Pak Wali pilih jalur dari Bandara tembak ke Batam Center, dekat kantor BP, Pemko, langsung ke Pelabuhan Batuampar. Kemudian dari celah-celah dekat Pemko dan BP baru dibuat tembus ke Mukakuning," kata Amsakar.
Jalan tol itu sengaja dipilih jalur lain, bukan jalur yang sudah ada saat ini.
Pertimbangannya, jika tapak jalan tol itu dibuat di jalur yang sama di fly over, relatif tetap membuat kemacetan di jalan, khususnya di saat kendaraan akan turun jalan tol.
Sementara tujuan pembangunan jalan tol ini, diharapkan bisa menjadi solusi untuk kemacetan kendaraan di Batam ke depannya, di samping untuk mempermudah dan memperlancar arus keluar-masuk barang dari kawasan industri ke pelabuhan atau Bandara.
"Makanya dipilih jalur lain. Dari Bandara ke tepi pantai. Awalnya kita berpikir lewat laut.
Tapi biayanya besar dan harus memproyeksi beberapa tahun ke depan, kalau di teluk itu ada pengembangan.
Makanya kita pilih pantai, masuk ke Bengkong, Batuampar," ujarnya.
Tim saat ini sedang mengkalkulasi hitung-hitungan angkanya, termasuk soal Detailed Engineering Design (DED).
Ditegaskan, DED-nya nanti tergantung titik koordinat yang dipilih.
"Di saat bersamaan, tim kita dan BPN, dan tim mereka (kementerian, konsultan) melakukan survei rumah-rumah dan kantor pemerintah atau lainnya yang terdampak," kata Amsakar.
Dia memperkirakan butuh waktu 3 tahun untuk pengerjaaan jalan tol itu hingga selesai.
Jika tahun ini, segala sesuatu yang berkaitan dengan itu, termasuk rumah dan bangunan yang terdampak bisa diselesaikan.
"Tapi pak wali minta ke konsultan agar proses ini dipercepat," ujarnya. (tribunbatam.id/roma uly sianturi/dewi haryati)