TRIBUNBATAM.ID, NEW YORK - Perusahaan produsen pesawat Boeing mengatakan akan menyiapkan dana sebesar 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,4 triliun untuk membantu keluarga serta komunitas korban dua kecelakaan pesawat 737 Max.
Pesawat Boeing 737 Max milik maskapai Lion Air jatuh di perairan Jawa Barat dan menewaskan 189 orang pada Oktober 2018, sementara milik Ethiopian Airlines jatuh pada Maret 2019 dan menewaskan 157 orang.
Seperti diketahui, ratusan keluarga korban pesawat Boeing 737 Max tersebut mengggugat produsen pesawat tersebut di pengadilan Illinois, Florida.
Pihak perusahaan menyampaikan bakal menyerahkan dana tersebut kepada organisasi nirlaba lokal dan kelompok masyarakat yang kemudian akan menyalurkannya kepada kerabat 346 korban dalam dua kecelakaan.
• Batik Air Tambah Armada, Datangkan Pesawat ke-44 jenis Airbus A320-200CEO
• Turis Berpaspor Jepang dan Singapura Paling Diterima, Indonesia Urutan 75
• Boeing 737 Max 8 Dilarang Terbang, Maskapai Ini Terpaksa Batalkan 90 Penerbangan Sehari Hingga April
"Uang tersebut akan digunakan untuk mendukung pendidikan, termasuk biaya kuliah atau sekolah anak-anak korban, serta membantu biaya hidup keluarga korban yang terkena dampak," kata Boeing, dalam pernyataannya, seperti dikutip CNN.
Namun, menurut Bob Clifford, pengacara keluarga korban jatuhnya Boeing 737 Max Ethiopian Airlines, kabar dana bantuan itu tidak diterima dengan baik oleh keluarga korban yang telah menggugat perusahaan.
"Jenis penawaran seperti ini selama awal proses litigasi (penyelesaian perkara) belum pernah terjadi sebelumnya," kata Clifford dalam pernyataan yang disampaikan melalui email.
"Masih banyak yang harus dipelajari tentang apa yang terjadi, itu tampak tidak tulus," tambahnya.
Pengacara itu mengkritik tawaran Boeing sebagai hal yang tidak jelas.
Menurutnya, pihak keluarga korban tidak tertarik dengan uang tunai dan lebih berharap dapat memperoleh jenazah keluarga dari lokasi kecelakaan, yang prosesnya disebut sangat lambat.
Sementara itu, seorang juru bicara Boeing mengatakan bahwa pihak yang menerima dana kompensasi tersebut tidak diharuskan menyerahkan hak mereka untuk melakukan tindakan hukum terhadap perusahaan.
• Pesawat Lion Air Tidak meledak di Udara, Tetapi Pecah di Permukaan Air, dalam Kecepatan Tinggi
• Donald Trump Keluarkan Perintah Melarang Pesawat Boeing 737 MAX Terbang di AS
• Uni Eropa dan 11 Negara Resmi Larang Terbang Boeing 737 Max 8, Ini Daftarnya
"Kami menyesalkan kematian tragis dalam dua kecelakaan itu dan nyawa yang hilang akan terus membebani hati dan pikiran kami untuk tahun-tahun mendatang," kata juru bicara itu.
Namun ia menolak berkomentar lebih lanjut terkait tuntutan hukum yang sedang berlangsung.
Dampak kecelakaan beruntun yang melibatkan pesawat Boeing 737 Max yang terjadi kurang dari satu tahun juga memicu dilakukannya penangguhan operasional pesawat itu di seluruh dunia.
Boeing mengatakan pada April lalu bahwa kasus ini telah merugikan perusahaan setidaknya 1 miliar dollar AS (sekitar Rp 14 triliun) dan biaya diperkirakan anak semakin tinggi.
Pasalnya perusahaan itu menjanjikan kompensasi kepada maskapai yang mengalami kerugian oleh pembatalan penerbangan dan keterlambatan dalam pengiriman pesawat baru.
Boeing berada dalam tekanan karena banyak maskapai menuntut kompensasi terhadap pabrik pesawat terbesar di dunia itu.
Tiga maskapai terbesar di China menuntut kompensasi atas pesawat Boeing 737 MAX, yang saat ini sedang dikandangkan di seluruh dunia.
Dilansir BBC, Air China, China Southern Airlines, dan China Eastern Airlines dilaporkan telah mengajukan klaim pembayaran terhadap Boeing.
Regulator penerbangan di China yang pertama mengandangkan armada Boeing 737 MAX setelah dua kecelakaan mematikan.
Maskapai China berupaya mencari kompensasi untuk kerugian yang ditimbulkan oleh pesawat yang tak beroperasi dan penundaan pengiriman jet 737 MAX.
China mengoperasikan pesawat Boeing 737 MAX terbanyak di dunia.
Kantor berita AFP mencatat, China Southern Airlines sebagai maskapai terbesar di Asia berdasarkan jumlah armada.
Sementara China Eastern Airlines merupakan maskapai nomor dua di "Negeri Tirai Bambu", dan Air China adalah maskapai milik perusahaan negara.
Juru bicara China Eastern Airlines mengonfirmasi, maskapai tersebut telah mengajukan ganti rugi kepada Boeing namun tidak disebutkan nilai kerugian mereka.
"Mengandangkan pesawat Boeing 737 MAX 8 mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan (China Eastern Airlines) dan kerugiannya masih terus bertambah," demikian laporan Xinhua.
Maskapai China Eastern Airlines telah mengandangkan 14 pesawat Boeing 737 MAX.
Pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Jawa Barat hampir dua bulan berlalu berbuntut panjang karena perusahaan Boeing kini akan menghadapi, setidaknya gugatan 30 dari keluarga korban.
Seperti diketahui, Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 jatuh, Senin (29/10/2018) pagi, beberapa menit setelah lepas landas dari bandara Soekarno Hatta menuju Pangkal Pinang.
Sebanyak 189 penumpang dan awak kabin Lion Air tewas dalam kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX yang menjadi armada Lion Air pada Agustus 2018.
Jatuhnya Lion Air tersebut membuat sebagian keluarga korban tidak puas, termasuk kepada produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing Co.
Gugatan Keluarga Korban
Keluarga korban Lion Air menggugat Boeing di pengadilan Amerika Serikat dan sejak November lalu, jumlahnya terus bertambah.
Para penggugat menuduh Boeing bertanggung jawab dalam kecelakaan ini karena para pilot tidak mendapatkan panduan yang secukupnya untuk menerbangkan Boering 737 MAX yang merupakan seri terbaru produksi Boeing.
Lion Air JT-610 Lion Air hilang kontak setelah 13 minit lepas landas pada pukul 29 Oktober lalu dan menghujam ke laut utara Jawa.
“Boeing seperti menutup mata dalam kejadian ini dan kemudian mengikat tangan (menyalahkan) pilot dalam peristiwa ini," kata pengacara penggugat, Thomas Demetrio dari firma Corboy & Demetrio.
Pada November lalu, dua firma hukum asal Amerika Serikat mengajukan gugatan kepada The Boeing Company di pengadilan Circuit Court of Cook County, Illinois, Amerika Serikat.
Gugatan tersebut diajukan oleh firma hukum Colson Hicks Eidson dan BartlettChen LLC mewakili keluarga korban Lion Air.
Beberapa waktu lalu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis hasil investigasi awal penyebab jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 tujuan Jakarta-Pangkalpinang.
Sorotan asosiai pilot
Beberapa waktu lalu, pendiri Lion Air Rusdi Kirana juga mengancam akan membatalkan pesanan pesawatnya dari Boeing setelah sebuah pernyataan perusahaan pembuat pesawat itu menyalahkan operator dan pilot.
"Saya merasa dikhianati," kata Rusdi Kirana seperti dlansir Daily Herald, "Saya sedang menyiapkan dokumen untuk mengusulkan pembatalan. Semuanya masih dalam pertimbangan sekarang."
Pasca laporan investigasi awal KNKT, Boeing mengeluarkan pernyataan panjang yang terkesan menghindar dari kesalahan.
Sejumlah pengamat penerbangan dan asosiasi pilot mengkritik Boeing yang seharusnya melakukan banyak hal untuk memperingatkan pelanggannya sebelum pesawat itu dioperasikan.
Panduan rinci fitur anti-stall baru pada 737 Max dinilai belum familiar bagi pilot.
Asosiasi pilot bahkan mendesak KNKT untuk menginvestigasi sistem pelatihan yang diperoleh pilot Lion Aior sebelum menerbangkan pesawat tersebut.
Sebelumnya, dua serikat pilot AS memperkirakan, fitur keselamatan di pesawat Boeing Co 737 Max tidak cukup dijabarkan dalam manual atau pelatihan mereka.
Boeing dan Administrasi Penerbangan Federal mengeluarkan arahan minggu lalu, memberi tahu awak pesawat tentang sistem tersebut.
Sistem tersebut dirancang untuk memberikan perlindungan ekstra terhadap para pilot yang kehilangan kendali.
Hal itu mendorong penerbang, serikat pekerja dan departemen pelatihan untuk menyadari bahwa tidak ada satupun dokumentasi untuk pesawat Max termasuk penjelasan tentang sistem, kata pemimpin serikat.
"Kami tidak suka karena kami tidak diberitahu," kata Kapten Jon Weaks, presiden Asosiasi Pilot Maskapai Penerbangan Barat.
Kapten Dennis Tajer, seorang kapten dan juru bicara Asosiasi Pilot Sekutu 737 di American Airlines Group Inc, mengatakan anggota serikatnya juga prihatin.
Keluhan dari Southwest Airlines Co dan Amerika yang membeli Max dijadikan contoh terhadap masalah tersebut.
Southwest adalah operator terbesar yang menggunakan 737 Max. Perusahaan itu sudah memesan 257 jet Max dan belum dikirimkan.
"Ini bukan tentang lapisan birokrasi, ini tentang mengetahui pesawat Anda," kata Kapten Tajer. "Kami akan selalu bersemangat dan agresif dalam mendapatkan pengetahuan tentang pesawat baru."
Sebuah buletin dari APA untuk pilot Amerika mengatakan, rincian tentang sistem itu tidak termasuk dalam dokumentasi tentang pesawat itu.
"Perusahaan-perusahaan dan para pilot seharusnya diberitahu," kata Capt Weaks. "Itu membuat kita bertanya, 'Apakah itu segalanya, kawan?' Saya berharap tidak ada lagi kejutan di luar sana. "
Boeing mengatakan pihaknya yakin akan keselamatan keluarga jet 737 Max.
"Keselamatan tetap menjadi prioritas utama kami dan merupakan nilai inti bagi semua orang di Boeing."
Beberapa rincian telah dirilis tentang penyebab yang mendasari kecelakaan Lion Air pada 29 Oktober lalu.
KNKT mengatakan bahwa sensor yang salah pada komputer pesawat telah mendorong pesawat menukik ke laut.
Namun Boeing menyebutkan bahwa fitur keamanan baru ditambahkan pada model Max untuk mencegah pilot kehilangan kendali.
Badan investigasi berencana untuk merilis laporan awal antara 28 dan 29 November, sebulan setelah kecelakaan, sebagaimana diamanatkan oleh perjanjian internasional.
FAA, yang mensertifikasi pesawat itu tidak berkomentar mengenai masalah tersebut.
Arahan darurat FAA mensyaratkan bahwa operator AS merevisi manual penerbangan dan mengatakan "akan mengambil tindakan lebih lanjut jika temuan dari surat perintah penyelidikan kecelakaan".
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Boeing Siapkan Rp 1,4 Triliun untuk Keluarga Korban Jatuhnya 737 Max"