KILAS SEJARAH

Cerita 'Jimat' dari Soeharto ke Prabowo, Ada 3 Hal yang Diungkap Sebelum Berangkat Perang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Soeharto dan Prabowo serta cerita tentang peperangan

"Mengerti? Saya jawab, siap mengerti. Kemudian beliau menjawab, ya sudah selamat bertugas."

"Jadi sangu saya tiga hal itu, saya tadi berharap dapat sangu ongkos," kata Prabowo yang disambut tawa para peserta rakornas.

 

Prabowo dan Titiek Soeharto (Tribunnews.com)

Lalu apa arti ketiga kalimat yang layaknya ‘jimat’ itu?

Seorang Kompasianer Bambang Irawan pernah mengulas tiga nasihat Soeharto kepada Prabowo tersebut.

OJO LALI (Jangan Lupa), mempunyai makna bahwa kita tidak boleh lupa akan keberadaan kita didunia ini, dari mana kita berasal, hidup kita untuk apa, apa yang telah kita kerjakan selama hidup didunia ini dan pada akhirnya kita akan kembali menghadap-Nya serta mempertanggunjawabkan apa yang pernah kita perbuat selama hidup di akhirat nanti.

OJO DUMEH (Jangan Sok), mempunyai maksud bahwa kita tidak boleh arogan (sok) dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sok kuasa atas segalanya, karena di atas kekuasaan yang kita miliki  masih ada kekuasaan yang kekal, yang serba MAHA, yaitu TUHAN.

OJO NGOYO (Jangan Ambisius), mempunyai tujuan agar kita dalam menggapai suatu cita-cita, harapan dan keinginan tidak boleh terlalu berambisi karena akan merugikan banyak orang termasuk diri kita sendiri, karena akan menempuh berbagai macam cara tanpa memperdulikan dampak dari perbuatan tersebut terhadap orang lain yang pada akhirnya juga akan berimbas pada diri kita sendiri.

 

Foto keluarga cendana, Soeharto dan anak-anaknya (Tribun Manado)

Soeharto memang merupakan tokoh pahlawan Indonesia yang selalu menuai perhatian.

Bahkan hingga saatnya dipanggil Yang Kuasa, Soeharto tetap mendapatkan perhatian khusus.

Misalnya saat itu, pada 27 Januari 2018, tepat menandai 10 tahun meninggalnya Presiden ke dua Indonesia, Soeharto.

Ratusan orang mengunjungi makamnya di Jawa Tengah, sebagian besar adalah pengagum penguasa Orde Baru itu.

Soeharto dimakamkan di kompleks makam keluarga Astana Giribangun di Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah, sekitar 35 km di timur kota Surakarta.

Soeharto (Istimewa/ Tribun Manado)

Astana Giribangun berbentuk joglo dan memiliki tiga cungkup atau rumah kubur, salah satunya adalah cangkup Argosari.

Di cungkup inilah terletak makam Soeharto, Siti Hartina atau Ibu Tien, kedua orang tua dan kakak Ibu Tien.

Dan cangkup ini pada hari Sabtu, 10 tahun setelah meninggalnya Soeharto, ramai dengan para peziarah.

Halaman
123

Berita Terkini