TRIBUNBATAM.id - Sintong Panjaitan adalah seorang tokoh TNI yang tidak akan pernah dilupakan sejarah militer Indonesia.
Sintong Panjaitan adalah hasil didikan dari Kolonel Moeng Pahardimulyo yang terkenal keras.
Rupanya, kemampuan Sintong Panjaitan dan ilmunya setelah dididik oleh Kolonel Moeng Pahardimulyo turun terus menerus ke generasi penerusnya.
Di antara cerita yang terkenal tentang Kolonel Moeng Pahardimulyo, saat dia menelan mentah-mentah telur ular piton.
• VIRAL Polisi Lalu Lintas Sumpalkan Surat Tilang ke Mulut Pengendara Wanita, Ini FAKTA-FAKTANYA
• FAKTA -FAKTA Pembunuhan Alumni IPB, Terduga Pelaku Tak Saling Kenal & Melawan Keras saat Ditangkap
• Dalam Waktu Kurang Dari Satu Menit ,Pelaku Penembakan di Ohio Amerika Serikat Bunuh 9 Orang
• Ramalan Zodiak Selasa 6 Agustus 2019: Libra Butuh Istirahat Sejenak, Scorpio Bakal Tebar Keceriaan
Padahal sebenarnya, ada banyak keteladanan darinya.
Murid Kolonel Moeng Pahardimulyo yang bernama Sintong Hamonangan Panjaitan atau Sintong Panjaitan menyaksikan aksi tersebut.
Bagi Korps Baret Merah Kopassus, nama Sintong Panjaitan merupakan sosok yang sangat disegani.
Satu cerita, ada tiga orang jenderal di Indonesia yang berhasil karena didikan yang diberikan Sintong Panjaitan dari para guru-gurunya seperti Kolonel Moeng Pahardimulyo.
Siapa saja mereka? Berikut dikutip TribunJatim.com kisahnya dari TribunJambi.com.
Bagi Korps Baret Merah Kopassus, nama Sintong Panjaitan merupakan sosok yang sangat disegani.
Banyak jasa Sintong Panjaitan terhadap Korps Baret Merah.
Dia merupakan prajurit tempur yang menjabat sebagai Danjen Kopassus ke -10.
Sintong Panjaitan menjabat sebagai Danjen Kopassus pada Mei 1985 hingga Agustus 1987.
Dia menggantikan Brigadir Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar.
Pengalaman tempur Sintong Panjaitan sangat banyak.
Selain itu, Sintong Panjaitan juga dikenal dekat dengan BJ Habibie.
Sintong Panjaitan diminta untuk menjadi penasihatnya.
Sintong Panjaitan menjadi orang kepercayaan Habibie semenjak dia menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) di Era Presiden Soeharto.
Menristek Bacharuddin Jusuf Habibie menunjuk Sintong Panjaitan sebagai penasihat bidang militer di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 1994.
Sejak saat itu Sintong Panjaitan menjadi penasihat kepercayaan Habibie hingga Habibie menjadi Presiden Indonesia pada tahun 1998 di mana Sintong Panjaitan duduk sebagai Penasihat Presiden di bidang Militer.
Bahkan saat Sintong Panjaitan dipojokkan dan dikritik habis-habisan karena buku yang ditulis Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Habibie satu di antara tokoh yang membela Sintong Panjaitan.
Habibie mengatakan, Sintong Panjaitan merupakan orang baik dan tidak pernah berbohong.
Di dalam buku tersebut, Sintong Panjaitan sempat menyinggung nama dua orang jenderal.
Secara umum, buku tersebut menceritakan kiprahnya selama berkarier di dunia militer, termasuk saat peralihan pemerintahan Presiden Soeharto ke BJ Habibie.
Sintong juga berperan aktif dalam upaya mengembalikan ABRI ke fungsi militer.
Tiga orang sosok jenderal yang kini masih begitu berpengaruh di Indonesia hasil 'didikan' Sintong Panjaitan juga selalu akan dikenang sejarah.
Bahkan satu di antaranya begitu fenomenal dan baru saja tampil dalam Pemilu Presiden 2019 lalu.
Di Korps Baret Merah, Sintong Panjaitan banyak mendidik angkatan muda, seperti AM Hendropriyono, Agum Gumelar, dan Prabowo Subianto.
Prabowo Subianto adalah satu di antara murid didikan Sintong Panjaitan yang terkenal begitu fenomenal.
Mulai dari beberapa tahun silam, Prabowo kerap dibicarakan karena pencalonan dirinya sebagai Presiden di beberapa kali Pemilu Indonesia.
Sintong Panjaitan merupakan satu di antara perwira andal yang dimiliki Kopassus.
Sintong Panjaitan adalah Putra kelahiran Sumatera Utara.
Sosok ini sangat disegani dan telah melahirkan tokoh-tokoh pasukan elite yang terkenal.
Di masa Danjen Kopassus dipegang Kolonel Moeng Pahardimulyo, terjadi perubahan warna baret Komando Pasukan Khusus, dari cokelat menjadi merah darah.
Perubahan warna baret itu memiliki cerita tersendiri, begitu juga perubahan seragam, dari pakaian dinas lapangan (PDL) loreng khusus "darah mengalir", mengantikan seragam PDL loreng lama.
Itu terjadi saat Kolonel Moeng Pahardimulyo menjadi Danjen Kopassus, pada 1958-1964.
Kolonel Moeng Pahardimulyo, Danjen Kopassus legendaris ini memiliki anak didik yang keras, yaitu Sintong Panjaitan.
Sintong memiliki kisah tentang Kolonel Moeng Pahardimulyo, yang ditulis secara apik dalam sebuah buku berjudul Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009.
Saat itu Republik Indonesia masih berumur muda dan Para Komando tengah dirintis.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Sosok 3 Jenderal yang Berpengaruh, Hasil 'Didikan' Sintong Panjaitan, Ada Satu Akan Selalu Dikenang