TRIBUNBATAM.ID, QUEENSLAND - Ketegangan akibat demonstrasi Hong Kong merembet hingga ke luar negeri.
Para mahasiswa pendukung demonstran Hong Kong terlibat adu jotos dengan mahasiswa pro Beijing di universitas Australia.
Di University of Queensland, terjadi bentrokan antara demonstran mahasiswa asal China pro-Hong Kong dan Beijing sejak bulan lalu.
Para pendukung gerakan demokrasi Hong Kong yang protes terhadap RUU ekstradisi juga membuat Lennon Wall di kampus-kampus di Australia, Selandia Baru dan Kanada.
• Perusahaan China Ramai-ramai Pindah ke Malaysia, Ada Apa?
• Bayar Kompensasi Rp 1 Triliun pada Pelanggan, Gaji Direksi dan Karyawan PLN Dipotong
• Nora Alexandra Lakukan Tradisi Potong Gigi, Arti Upacara Agama yang Dilaksanakan Pacar Jerinx SID
Lennon Wall adalah pengungkapan aspirasi yang dituliskan di kertas berwarna-warni dan ditempelkan di dinding dan merupakan salah satu gerakan para demonstran di Hong Kong.
Inspirasi Lennon Wall ini berasal dari nama yang sama para penggemar John Lennon di Praha, Republik Ceko.
Namun sekelompok mahasiswa lain merusak Lennon Wall tersebut di kompleks serikat mahasiswa UQ.
Kelompok-kelompok pro-Hong Kong dan pro-Beijing bentrok di universitas Australia
Akibatnya, pihak universitas mengeluarkan ancaman akan mengweluartkan tindakan terhadap mahasiswa yang ikut-ikutan dengan gejolak di Hong Kong Tersebut.
“Universitas tidak memaafkan tindakan apa pun yang mencegah kebebasan berbicara, termasuk penargetan Lennon Wall di kompleks Serikat Mahasiswa. UQ memiliki rekaman CCTV tentang perusakan itu," kata seorang juru bicara universitas.
Solidaritas Pelajar Internasional Brisbane untuk Hong Kong --sekelompok mahasiswa Hong Kong yang berbasis di Queensland-- mengutuk tindakan merusak Lennon Wall di UQ tersebut.
Ji Davis, penyelenggara protes pro-Hong Kong di universitas itu, mengatakan Lennon Wall di kampus telah dirusak lagi pada hari Selasa.
“Kami terkejut bahwa mahasiswa UQ tidak mengisinkan hak untuk berbicara bebas di kampus, dan lebih lanjut terkejut dengan kurangnya tanggapan UQ terhadap masalah yang telah berkembang selama dua minggu terakhir,” kata Davis.
Mahasiswa asal Hong Kong dan China daratan juga terlibat ketegangan di universitas Selandia Baru, akhir bulan lalu.
Perkelahian pecah di universitas tersebut.
Sementara itu, pemerintah Australia pada hari Rabu, mendesak para pelancong ke Hong Kong untuk “sangat berhati-hati” ketika mengunjungi kota itu karena kerusuhan yang meningkat di kota itu akibat sentimen Hong Kong.
BENTROKAN MAHASISWA DI AUSTRALIA:
Di Auckland, Selandia Baru, kelompok mahasiswa asal China daratan juga terlibat bentrok dengan mahasiswa pro Hong Kong.
Sebuah video yang diposting di media sosial menunjukkan tiga mahasiswa daratan di University of Auckland berdebat dan mendorong seorang mahasiswi asal Hong Kong yang bernama Serena Lee.
Konsulat Jenderal China di Auckland pada hari Kamis memuji "patriotisme spontan" mahasiswa pro-Beijing yang dilecehkan demonstran pendukung Hong Kong di kampus universitas di kota terbesar di Selandia Baru.
Bentrokan pecah pada hari Senin di sebuah demonstrasi di Universitas Auckland yang mendukung protes RUU anti-ekstradisi di Hong Kong.
Dalam sebuah pernyataan, konsulat jenderal di Auckland menuduh para pemrotes menyudutkan China dan melakukan gerakan separatisme untuk Hong Kong.
"Konsulat Jenderal mengungkapkan apresiasinya kepada para mahasiswa (pro-Beijing) untuk patriotisme spontan mereka, dan menentang segala bentuk pemisahan diri," katanya.
Perwakilan China menuduh aktivis pro-Hong Kong di Selandia Baru menggunakan kebebasan berekspresi untuk menyebarkan kebohongan dan menyudutkan China.
Video perkelahian yang diposting online menunjukkan sekelompok siswa pria Cina daratan di sekitar seorang siswa wanita yang memajang poster yang mendukung protes anti-RUU ekstradisi di Hong Kong.
University of Auckland mengatakan sedang menyelidiki insiden itu, sementara polisi mengatakan mereka berusaha mengidentifikasi orang-orang yang terlibat.
Lee (27), mahasiswi kandidat master di universitas tersebut mengaku terkejut dan terguncang atas insiden yang terjadi di Aucland.
"Secara fisik saya tidak terluka, tetapi di dalam diri saya terkejut dan terguncang," katanya seperti dikutip The New Zealand Herald.
“Hukum yang diusulkan di Hong Kong dapat melihat akhir kota terkait kebebasan individu kita, tetapi saya terkejut ketika orang-orang di Selandia Baru juga berusaha untuk menutup kebebasan berekspresi kita,” katanya.
Seperti diberitakan, protes anti-pemerintah di Hong Kong sudah berubah menjadi medan pertempuran selama dua bulan terakhir.
Aksi demo berubah menjadi anarkis, yang dimulai dari pendudukan gedung parlemen, bentrokan dengan polisi hingga pemboikotan terhadap transportasi kota sehingga mengganggu mobilitas warga Hong Kong.
Beijing hingga saat ini masioh menahan diri dan meminta warga Hong Kong untuk mengembalikan situasi kota agar normal kembali.
China juga mendukung tindakan pemerintah Hong Kong untuk menyeret para pendemo radikal yang melakukan perusakan.
Dalam pernyataan yang diposting di situs webnya, University of Auckland mengatakan bahwa pihaknya sudah mendengar ketidaksepakatan dari pihak-pihak yang berselisih di kampus tersebut.
“Orang mungkin memiliki pendapat yang berbeda tentang suatu masalah, mereka harus mengungkapkan pendapat tersebut dengan cara yang menghormati hak orang lain. Universitas menjelaskan kepada mahasiswa dan staf bahwa pelecehan, intimidasi dan diskriminasi sama sekali tidak dapat diterima,” kata pernyataan itu.