MOTOGP

Ketika Mimpi Fabio Quartararo Bersaing dengan Sang Guru Valentino Rossi Terwujud, Bahkan Unggul

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Valentino Rossi dan Fabio Quartararo

TRIBUNBATAM.ID - Fabio Quartararo pernah mengungkapkan mimpinya untuk bersaing dengan sang guru, Valentino Rossi, di lintasan balap MotoGP.

Mimpinya itu mulai menjadi nyata ketika Fabio Quartararo didapuk menjadi pebalap di tim satelit Petronas Yamaha SRT di awal musim.

Namun separuh musim MotoGP 2019, Fabio Quartararo yang baru menjelang usia 20 tahun ini tak juga bisa saling salip dengan Valentino Rossi.

Quartararo yang merupakan lulusan V46 Academy ini ternyata jauh lebih baik dibandingkan gurunya, karena Rossi masih berkutat dengan masalah motornya.

Berita MotoGP - Susul HafizH Syahrin, Johann Zarco Tinggalkan KTM Musim Depan

Jadwal Liga Inggris Pekan 2, Manchester City vs Tottenham Hotspur, Chelsea vs Leicester City

Ponsel Ayahnya Dipakai Belanja Online Rp 140 Juta, Bocah Usia 6 Tahun Dihukum Lakukan Ini

Meski demikian, karena pengalamannya, Rossi lebih stabil sejak awal sementara Quartararo di seri balapan awal masih mencoba menyesuaikan diri dengan motor.

Rossi memiliki tiga murid jebolan sekolah balap miliknya di seri utama MotoGP tahun ini, yakni Franco Morbidelli (Petronas Yamaha) serta pebalap Pramac Ducati Francesco Bagnaia.

Fabio Quartararo ungguli gurunya Valentino Rossi (motorsport.com)

Bagnaia yang juga rokie tahun ini merupakan juara Moto2 2018.

Sementara Morbidelli sudah dua musim di MotoGP dan merupakan rokie terbaik 2018, naik kelas setelah juara Moto2 2017.

Sebagai pebalap muda, tentu saja Quartararo masih butuh penyesuaian dengan motor yang jauh lebih garang dan bertenaga ketimbang di Moto2.

Quartararo baru mulai nyaman dengan M1 memasuki seri ketujuh di Catalunya dan merupakan podium pertamanya sebagai juara 2.

Bahkan, Quartararo sudah meraih tiga pole sepanjang musim ini sementara Rossi belum sekalipun start di barisan depan.

Nah, di MotoGP Austria, dua pebalap yang berbeda generasi ini akhirnya bisa bersaing di lintasan balap Red Bull Ring meskipun tak seseru persaingan antara Andrea Dovizioso dan Marc Marquez.

Quartararo finis di posisi 3 dan Rossi akhirnya harus puas di posisi 4, diasapi sang murid.

Quartararo yang belum lahir ketika Rossi sudah mengaspal di balapan profesional ini sempat dikejar oleh Rossi namun sang murid membalap cukup stabil mempertahankan posisi.

Pelajaran Mengelola Ban

Performa pebalap muda Perancis ini memang menunjukkan peningkatan yang luar biasa dan kini menjadi ancaman bagi pebalap senior.

Di klasemen, Quartararo berada di posisi 7 dengan 92 poin dan hanya berselisih 10 poin dari seniornya Maverick Vinales dan 11 poin dari Rossi.

Dengan delapan balapan tersisa, bukan mustahil Quartararo yang menggunakan spesifikasi mesin Yamaha tahun 2018 bisa menyalip Vinales dan Rossi.

Jika itu terjadi, tentunya akan membuat kejutan besar karena tim satelit bisa mengungguli tim pabrikan.

Quartararo juga semakin matang dan mengaku mengambil pelajaran dari raihan podium pada balapan MotoGP Austria di Red Bull Ring, Minggu.

Quartararo sempat melewati Marquez yang merupakan pemegang pole position pada lap pembuka.

Namun, ia tak mampu bertahan dari kejaran Marquez.

Meskipun hanya berada di podium ketiga, itu adalah hasil yang luar biasa bagi Quartararo, termasuk Yamaha karena karakter sirkuit lebih cocok dengan Ducati yang tiga musim terakhir selalu juara.

"Kami mengetahui kondisi motor yang memiliki banyak poin positif, tetapi memperjuangkan podium dalam balapan ini sungguh luar biasa," aku pembalap asal Prancis itu. 


 
Quartararo mengakui bahwa dia belajar banyak hal tentang cara mengelola ban, apalagi untuk Red Bull yang tingkat abrasi bannya sangat tinggi.

Selain jenis aspal yang menguras ban, tikungan tajam dari kecepatan tinggi membuat pebalap harus sering melakukan pengereman kuat.

Quartararo juga mengakui, terlibat persaingan dengan pembalap top memperkaya pengalaman dan informasi tentang kekuatan dan kelemahan Yamaha dibandingan motor lain, terutama Ducati dan Honda.

"Bagus saya bisa bertahan dengan mereka selama beberapa putaran, tetapi tentu saja kami melihat saat Marc meningkatkan kecepatan dan saya tidak bisa bertahan," ucap Quartararo.

"Saya dapat melihat  bagaimana cara mereka mengendarai motor. Kami dapat melihat bahwa terutama pembalap Honda dan Ducati memiliki gaya balapan yang berbeda dan menyusul mereka benar-benar sulit."

Meski demikian, Quartararo membuat lompatan yang luar biasa sepanjang karirnya sendiri.

Sejak turun di Moto3 tahun 2015-2076, Quartararo baru meraih 2 pole dan 2 podium tapi tak pernah juara.

Masuk ke Moto2 tahun 2017, Quartararo tidak satu pun meraih podium, termasuk pole dan hanya berada di posisi 13.

Tahun berikutnya mulai ada peningkatan, satu kali juara, dua podium dan dua pole dan mengantarkannya pada posisi ketujuh klasemen.

Di MotoGP, Quartarao bahkan sudah meraih tiga podium dan tiga pole meskipun belum meraih juara.

Perbandingan Rossi vs Quartararo:

Rossi            : 5   2   2   6   5  Ret  Ret  Ret   8    6    4     (102)

Quartararo :16  8   7  Ret  8   10     2   3   Ret  7    3     (92)

Berita Terkini