Aziz mengatakan, perusahaan telah berusaha mencari investor untuk beberapa waktu dan dia tidak memiliki masalah dalam menjual sahamnya jika diperlukan.
"Setiap kali kami mendengar ada seseorang yang tertarik untuk membeli, kami pergi menemui mereka. Tetapi untuk menemukan investor masih sulit," katanya.
“Pada akhirnya, kami memiliki dua opsi, berhenti cetak dulu, lalu gunakan uang tunai (yang ada) untuk membayar gaji. Tetapi pendapatan iklan cetak sebesar RM2.5 juta, sementara iklan online hanya pada RM200.000," katanya.
“Jadi, untuk bisa terus membayar upah, kita harus melikuidasi aset kita yang juga membutuhkan waktu."
"Opsi kedua adalah untuk terus berjuang dan melanjutkan cara ini tetapi kita perlu berhemat."
"Pada akhirnya, ini bukan perbaikan cepat dan hal yang berkelanjutan yang akan kami upayakan untuk menemukan solusi," kata Abd Aziz.
Terbitkan Saham Baru
Sementara itu, Bernama melaporkan bahwa Utusan Melayu (M) Bhd sebegai pemilik saham Utusan Land Sdn Bhd, telah menandatangani perjanjian penjualan saham baru sebesar 20 persen di Maqamad Sdn Bhd senilai RM48 juta.
Dalam pengajuan ke Bursa Malaysia hari ini, Utusan Melayu mengatakan, penjualan akan memungkinkannya untuk meningkatkan arus kas dan memperkuat posisi keuangannya.
“Hasil penjualan diharapkan akan digunakan untuk operasi sehari-hari kami yang mencakup pembayaran perdagangan dan utang lain dalam waktu 12 bulan," kata perusahaan ityu kepada bursa.
Perdagangan sekuritas Utusan saat ini disuspen oleh bursa Malaysia dan akan didaftarkan kembali pada 30 Agustus.
Dalam pernyataan Bursa Malaysia, penerbit surat kabar berbahasa Melayu tertua ini mengatakan bahwa mereka telah gagal memenuhi persyaratan perdagangan karena gagal menyerahkan rencana regularisasi kepada Komisi Sekuritas atau Bursa Efek.
Perusahaan ini gagal membayar pinjaman pokok dan bunga kepada Bank Muamalat Malaysia Bhd dan Maybank Islamic Bhd sebesar RM1,18 juta.
Hal ini membuat saham perusahaan media ini turun 36,36 persen menjadi 7 sen sehingga perdagangannya dihentikan oleh otoritas bursa.
Saham media ini mencatat harga tertinggi di RM7.66 pada 31 Maret 2000 sejak terdaftar pertama kali di Kuala Lumpur Stock Exchange pada 1994 dengan 1,37 juta saham.
Namun, perusahaan ini tergelincir menjadi merah sejak 2012 dan mencapai puncaknya 30 Juni 2019 dengan akumulasi kerugian mencapai RM261,61 juta, demikian Bernama.