TRIBUNBATAM.ID, HONG KONG - Aksi demo menentang pemerintahan Hong Kong yang tak kunjung mereda berdampak pada peringatan Hari Nasional atau National Day untuk peringatan 70 Tahun Republik Rakyat China, 1 Oktober nanti.
Bila tahun-tahun sebelumnya Hong Kong ikut merayakan National Day itu dengan berbagai kegiatan dan pesta kembang api, kini acara yang ditunggu-tunggu masyarakat itu ditiadakan.
Para pejabat Hong Kong berencana membatalkan kembang api Hari Nasional karena krisis politik di negara semitotonom China yang sudah memasuki bulan keempat.
Pembatalan adalah suatu pilihan meskipun tahun ini adalah peringatan ke-70 Republik Rakyat China, kata sumber pemerintahan seperti dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post, Kamis (12/9/2019).
• Rumor 3 Demonstran Hong Kong Tewas Terus Meluas. Otoritas Keretaapi Akhirnya Rilis CCTV Stasiun
• Carrie Lam Akhirnya Tarik RUU Ekstradisi yang Membuat Hong Kong Rusuh Selama 3 Bulan
China sendiri akan memperingati Hari Nasional ini dengan berbagai kemeriahan di seluruh Tiongkok.
Menurut sumber pejabat tersebut, Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam Cheng Yuet-ngor dan para menteri utamanya sedang membahas hal itu.
“Ada kecenderungan [untuk membatalkannya]. Ini sangat rawan, bagaimana jika pengunjuk rasa melakukan aksi dalam acara rakyat itu? Kita tidak bisa membiarkan perusuh mengambil kesempatan untuk membuat kekacauan. Kita harus melindungi penduduk dan pelancong,” katanya.
Sejak Hong Kong kembali dari pemerintahan Inggris pada tahun 1997, National Day di negara itu selalu berlangsung meriah, sama halnya di China Daratan.
Sekitar 300.000 penduduk dan turis akan berkumpul di dua sisi Victoria Harbour untuk melihat pesta kembang api yang sangat megah, melebihi pesta malam tahun baru.
Namun National Day pernah dibatalkan pada tahun 2013 karena tragedi kapal Pulau Lamma dan pada 2014 karena aksi demo.
Kini gerakan demo kembali terjadi di seluruh kota Hong Kong yang dimulai pada bulan Juni, dipicu oleh penolakan RUU ekstradisi.
Meskipun pemerintah kemudian mencabut RUU tersebut, namun tuntutan pendemo sudah berkembang menjadi lima tuntutan dan mereka memaksa untuk dikabulkan.
Tak pelak, aksi yang awalnya damai kemudian berubah menjadi pertempuran, hampir sepanjang hari.
Aksi blokade jalan, stasiun, pendudukan bandara berhadapan dengan gas air mata, pentungan hingga semprotan merica polisi, terjadi setiap hari.
Mulai dari sore hingga malam, bentrokan terus terjadi sehingga membuat ekonomi Hong Kong lumpuh.
Kondisi ini benar-benar berlawanan dengan perasaan masyarakat Hong Kong yang bergantung pada sektor perdagangan dan wisata belanja.
Libur musim panas yang telah berakhir sama sekali tidak dinikmati oleh para pelaku pariwisata karena jumlah turis yang datang anjlok 74 persen, terbesar dalam sejarah negara itu.
Bahkan, hingga saat ini, sudah lebih seminggu hampir seluruh siswa sekolah menengah dan universitas di Hing Kong melakukan aksi mogok belajar atau boikot kelas.
Demo Pindah ke Mal
Stasiun metro kota dan berbagai gedung telah menjadi target utama demonstran dari kelompok radikal yang menolak disebut "perusuh".
Terakhir, aksi demo mulai bergeser ke dalam mal.
Dalam beberapa malam terakhir, banyak yang berkumpul di mal untuk menyanyikan lagu protes terbaru mereka, "Glory to Hong Kong.
Ini adalah bentuk pembangkangan terbaru Hong Kong yang sepertinya menuntut ingin lepas dari China.
Beijing sendiri sampai saat ini masih menahan diri untuk tidak terlibat dalam menertibkan Hong Kong dan mempercayakan pemerintah dan polisi Hong Kong untuk mengatasinya.
Politisi di seluruh spektrum politik mengatakan pemerintah harus mempertimbangkan untuk membatalkan kembang api kecuali jika pejabat dapat menjamin keselamatan publik.
Anggota parlemen Pro-Beijing, Leung Che-cheung, dari Aliansi Demokratik untuk Kemajuan dan Kemajuan Hong Kong, mengatakan pemerintah Lam tidak boleh bersikeras untuk menampilkan tampilan tahunan.
“Ini harus dipegang jika aman. Tetapi jika ada kekacauan, apakah penonton akan dicegah pulang? ”Kata Leung. "Para pengunjuk rasa mungkin menggunakannya sebagai kesempatan untuk membalas dendam pada pemerintah."
Stanley Ng Chau-pei, presiden Federasi Serikat Pekerja pro-Beijing, mengatakan: “Pemerintah perlu melakukan penilaian keselamatan. Kita harus merayakan Hari Nasional, tetapi mungkin saja para perusuh itu akan menimbulkan masalah. ”
Ketua Partai Demokrat Wu Chi-wai mengatakan tampilan tahun ini harus dibatalkan.
“Ketika masyarakat sangat tidak stabil dan terpecah belah, dan pemerintah telah menindak protes, apa alasan untuk pertunjukan kembang api? "Kata Wu. "Ini benar-benar berlawanan dengan perasaan masyarakat saat ini."
Pemerintah telah mencari kelompok bisnis untuk mensponsori tampilan kembang api sejak Oktober lalu.
Dalam rekaman audio yang baru-baru ini bocor ke Reuters, Lam terdengar mengatakan pada pertemuan tertutup bahwa pemerintah telah membuat "pengaturan khusus" untuk Hari Nasional.
Lam tercatat mengatakan: "Akan ada perayaan Hari Nasional, tetapi kami masih memiliki banyak gangguan sehingga kami akan pergi untuk perayaan sederhana tapi serius pada 1 Oktober."
LAGU "WAJIB" DEMONSTRAN YANG BARU, 'HONG KONG GLORY'