BATAM TERKINI

Targetkan 4 Bulan KEK Terbentuk di Batam, Pengusaha Masih Diberi Waktu Daftar

Penulis: Dewi Haryati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Persiapan peletakan batu pertama pengembangan fasilitas Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) Lion Air di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepri, Rabu (14/8/2019).

Targetkan 4 Bulan KEK Terbentuk di Batam, Pemerintah Tawarkan Fasilitas Baru

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Badan Pengusahaan (BP) Batam memfasilitasi para pengusaha yang berminat menjadikan daerahnya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Anggota Bidang Kebijakan Strategis BP Batam, Enoh Suharto Pranoto mengatakan, saat ini baru ada dua kawasan yang sudah mendaftar ke Dewan Nasional KEK.

Mereka Nongsa Digital Park (NDP) dan MRO (Maintenance, Repair and Overhaul) Bandara Hang Nadim.

"Keduanya sudah diproses di Dewan Nasional KEK. Dalam waktu dekat akan dibawa ke presiden," kata Enoh, baru-baru ini di BP Batam.

Targetnya, dalam waktu 3-4 bulan ke depan, KEK di Batam bisa terbentuk.

Pria yang sebelumnya masuk dalam tim teknis penyiapan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam atau dikenal juga Free Trade Zone (FTZ) menjadi KEK ini bilang, prinsipnya pemerintah hanya menawarkan fasilitas baru kepada pengusaha, tanpa mengurangi fasilitas yang ada.

"Kalau ingin FTZ, tetap FTZ. Kalau ingin jadi KEK, silakan. Pemerintah tak paksa harus KEK," ujarnya.

Remaja Pekerja Proyek KEK Bintan Tewas Tertimpa Alat Berat, Begini Kronologinya!

Segera Bertransformasi, Wali Kota Batam Bocorkan Konsep KEK Batam

Selain dua kawasan itu, lahan-lahan yang dikuasai BP Batam juga akan didorong menjadi KEK.

Seperti Pelabuhan Batuampar, Rumah Sakit BP Batam, dan beberapa lainnya.

Harapannya, dengan KEK bisa membuat industri dan jasa-jasa yang ada di Batam memiliki daya saing internasional.

"Kita ingin menarik devisa masuk ke dalam dan menahan devisa keluar," kata Enoh.

Ia memberi contoh untuk jasa-jasa kesehatan dari banyaknya orang Indonesia berobat ke luar negeri, capital outflow-nya bisa mencapai Rp 140 triliun dalam setahun.

Dari situ bisa dipetakan tujuannya, seperti Singapura dan Malaysia.

"Kalau kita punya jasa kesehatan internasional, kita pilih jasa yang bisa bersaing dengan tetangga. Baru setelah itu jasa pendidikan tinggi, keuangan, jasa pariwisata dan lainnya," ujarnya.

Halaman
12

Berita Terkini