Nantinya, kata Yuri, mereka (yang dikarantina) akan dipisahkan dengan orang lain untuk beberapa waktu.
"Hanya dipisahkan untuk observasi, treatment makan enak minum santai santai happy-happy saja," jelas Yuri.
Ia mengungkapkan bahwa kemungkinan tempat karantina yang akan digunakan bukanlah di rumah sakit.
"Rumah Sakit itu tempatnya orang sakit. Cari hotel, cottage atau apa saja, wisma atau asrama," paparnya lagi.
Lebih lanjut, ia juga menambahkan bahwa yang akan mendampingi para WNI yang dikarantina tersebut adalah tenaga kesehatan yang telah ditunjuk oleh Kemenkes.
Di antaranya yakni satu orang psikiater, tiga orang psikolog, dan satu orang perawat jiwa.
Adapun biaya serta akomodasi dalam proses karantina, akan dibebankan pada anggaran Kementerian Kesehatan.
Terlebih nantinya apabila ditemukan adanya WNI yang positif terinfeksi virus corona, ia menjelaskan bahwa Kemenkes telah menyiapkan 100 rumah sakit rujukan.
"Kami sudah siap tangani. Kan sudah ada 100 RS (rumah sakit) rujukan untuk tangani virus corona ini," katanya lagi.
Yuri mengatakan, hingga hari ini Sabtu (1/2/2020) per pukul 10.00 WIB, WNI dari dalam negeri belum ada yang terinfeksi virus corona.
Sebelumnya, sejumlah warga Natuna sudah mulai cemas dan ketakutan setelah mengetahui WNI yang dievakuasi dari Wuhan akan dikarantina di Natuna.
Bahkan secara spontan warga tersebut langsung mendatangi Gedung DPRD Natuna, Jumat (31/1/2020) malam, berharap agar rencana yang belum pasti ini dibatalkan.
Di gedung DPRD Natuna, ratusan warga ini langsung menyampaikan keluhannya yang pada intinya mereka menolak jika Natuna dijadikan sebagai tempat karantina untuk 243 WNI dari Wuhan, China.
Agus, pemuda Natuna yang dihubungi melalui telepon mengatakan pada dasarnya warga Natuna meminta agar lokasi karantina tidak dilakukan di Natuna.
"Kami sepakat menolak keras rencana pemerintah pusat ini," kata Agus.