TRIBUNBATAM.ID, WUHAN - Di tengah keprihatinan meningkat tajamnya wabah virus corona di China, ada kabar baik yang memberi harapan.
Sebuah perusahaan di China mengumumkan temuan terbaru mereka bahwa virus corona alias COVID-19 bisa dimatikan.
China National Biotec Group mengatakan bahwa plasma dari pasien yang pulih dari virus corona bisa menjadi antibodi untuk melawan COVID-19 pada pasien lain, menurut rilis perusahaan itu, Kamis malam.
Dari percobaan yang dilakukan membuktikan bahwa plasma ini dapat secara efektif membunuh virus, menurut laporan Beijing News, Jumat (14/2/2019).
• Pemerintah Singapura Gusar, Ada Suspek Virus Corona yang Tetap Bekerja Meski Dalam Kondisi Sakit
• Gereja Grace Assembly of God Jadi Titik Penularan Virus Corona di Singapura, Sudah 13 Orang Terpapar
• Mobil Kesayangan Lucinta Luna Harga Ratusan Juta Rupiah Digerebek, Ada Buku Yaasin Tersimpan
• Tak Sempat Pamit ke Anak & Suami, Wanita Kehabisan Ongkos Tewas di Jalan Saat Pulang Sendirian
Perusahaan itu mengklaim berhasil menghasilkan plasma untuk perawatan klinis setelah tes keamanan biologis darah yang ketat, inaktivasi virus dan pengujian aktivitas antivirus.
Plasma ini sudah diujicoba pada pasien dan berhasil menyembuhkan 11 pasien dalam kondisi kritis dengan hasil signifikan.
Fase pertama perawatan dilakukan pada tiga pasien sakit kritis di Wuhan pada 8 Februari lalu.
Kemudian, pada fase berikutnya, berhasil menyembuhkan pasien lainnya.
Saat ini, plasma tersebut sedang digunakan untuk merawat lebih dari 10 pasien sakit kritis akibat virus corona.
Tes klinis menunjukkan bahwa setelah 12 hingga 24 jam perawatan, indikator inflamasi utama di laboratorium menurun secara signifikan.
Begitu juga proporsi limfosit meningkat. Indikator kunci seperti saturasi oksigen darah dan viral load juga meningkat.
“Produk untuk mengobati virus corona baru ini berasal dari plasma yang diisi antibodi sumbangan pasien yang pulih,” menurut keterangan perusahaan.
Pengumuman tentang obat itu belum diumumkan secara resmi oleh pemerintah China.
Sehari 121 orang meninggal
Namun, temuan itu menjadi embun penyejuk di tengah kegalauan akan peningkatan drastis virus corona di China dalam 10 hari terakhir.
Sepanjang Kamis malam hingga Jumat (14/2), China melaporkan 5.000 lebih kasus baru dan 121 kematian dalam satu hari.
Akibatnya, total penderita virus mematikan itu saat ini mencapai 64.452 penderita dan 1.380 orang meninggal.
Sementara jumlah penderita yang berhasil disembuhkan baru 7.119 orang.
Hal yang paling mencemaskan adalah, virus itu dilaporkan semakin banyak menyerang tim medis yang berjibaku di Provinsi Hubei, pusat wabah.
Dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post, untuk pertama kalinya Beijing mengakui bahwa 1.700 staf medis terpapar virus corona.
Direktur Komisi Kesehatan China Zheng Yixin mengumumkan bahwa 1.716 pekerja medis terinfeksi dengan virus corona dan tiga orang meninggal dunia.
Jumlah pekerja medis yang terinfeksi 3,8 persen dari total infeksi di daratan China.
Sebanyak 1.502 terinfeksi di Hubei, dan 1.102 di antaranya di pusat wabah, Wuhan.
Pemerintah China terus mengerahkan bantuan medis ke provinsi yang berpenduduk 20 juta jiwa tersebut dalam tiga hari terakhir.
Di provinsi itu ada 13 kota yang saat ini dilanda wabah, terutama ibukota Wuhan dan jumlah tim medis dan peralatan tidak cukup.
Kantor berita Xinhua melaporkan bahwa pada Rabu, ada 11 pesawat angkut Angkatan Udara jenis Y-20 ke Wuhan.
Pesawat logistik tersebut merupakan yang terbaru dan untuk pertama kalinya digunakan dalam mengangkut tim medis dan logistik di luar kepentingan militer.
Tidak dijelaskan, berapa anggota Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang dikirim ke Wuhan, namun dari pantauan gambar, jumlahnya ratusan orang.
Ratusan prajurit PLA dan perlengkapan dibawa menggunakan 11 pesawat angkut Y-20 ke Wuhan
Selain itu, 600 tim medis gelombang keempat juga dikerahkan dari Nanchang, Provinsi Jiangxi, ke Wuhan.
Tim medis juga diterbangkan dari Bandara Shenyang Taoxian, Provinsi Liaoning menuju Provinsi Hubei untuk berperang melawan virus corona, menurut kantor berita Xinhua.
Dukungan moral tersebut memang sangat penting mengingat mereka akan bertempur melawan musuh yang tak tampak.
"Kami tidak akan mudah menyerah selama ada secercah harapan," kata seorang dokter.
Selain itu, 233 tim medis yang terdiri dari dokter dan perawat juga bertolak dari Xiangyang, Provinsi Liaoning menuju Hubei.
Meskipun mengepalkan tangan, namun perpisahan mengharukan dengan keluarga tetap tak terhindarkan.
Sejak pecahnya COVID-19, Beijing mengerahkan bantuan medis dari berbagai provinsi ke Hubei.
Mereka bekerja dengan tekanan berat karena setiap hari, ada ribuan orang yang masuk rumah sakit. Beberapa foto Xinhua menunjukkan wajah mereka yang lecet-lecet akibat sepanjang hari mengenakan masker.
Provinsi Hubei, pusat wabah, melaporkan 4.823 kasus baru dan menunjukkan bahwa 10 hari berturut-turut, tidak ada penurunan kasus.
Direktur Komisi Kesehatan China Zheng Yixin menyebutkan, penggunaan metrik scanner terbaru yang lebih baik daripada thermal scan, membuat jumlah penderita naik dengan cepat. Sehingga Beijing akan mencoba alat ini ke provinsi lain.
Alat ini mampu mendeteksi virus meskipun orang tersebut tidak memiliki gejala, seperti demam dan batuk.
Sembilan Kasus Baru di Singapura
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH), Jumat (14/2/2020) malam mengumumkan sembilan kasus baru warga mereka yang tertular virus corona di Singapura.
Hingga Jumat, total sudah 67 orang dinyatakan suspek virus corona di Singapura.
Dari meningkatnya virus corona di Singapura adalah temuan bahwa gereja Grace Assembly of God menjadi titik baru penularan virus corona dalam tiga hari terakhir.
Sudah 13 orang yang terpapar corona dari gereja Grace Assembly of God tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) dalam rilis terbarunya, Jumat malam.
Dua kasus ditemukan Rabu lalu, dua staf gereja Grace Assembly of God dilaporkan tertular. Selanjutnya, Kamis ada lima suspek lagi. Pada Jumat kemarin, dari sembilan kasus, enam bersumber dari gereja Grace Assembly of God.
Direktur pelayanan medis di MOH, Kenneth Mak, seperti dilansir TribunBatam.id dari Channel News Asia, Jumat malam mengatakan bahwa dari 67 pasien virus corona di Singapura, enam dalam kondisi kritis.
Channel News Asia
Sedangkan dua pasien, yakni kasus 30 dan 45, telah keluar dari rumah sakit pada hari Jumat sehingga hingga saat ini sudah 17 orang dinyatakan pulih dari penyakit ini.
Kasus 30 adalah seorang pria berusia 27 tahun yang menghadiri pertemuan bisnis pribadi di Grand Hyatt Singapura.
Sedangkan kasus 45 seorang gadis berusia dua tahun yang berada di antara 92 warga Singapura yang dievakuasi dari Wuhan pada 30 Januari.
Sakit Tetap Bekerja
Namun, permasalahan baru cukup membuat gusar pemerintah, seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan Gan Kim Yong.
Ternyata, ada suspek punya kesadaran rendah terkait virus ini karena mereka masih berbaur dengan masyarakat lainnya.
Bahkan ada pasien yang dalam kondisi sakit seperti gejala terkena virus, masih bekerja.
"Ini tidak membantu dalam upaya kami untuk mengurangi risiko penularan di masyarakat," katanya.
Salah satu kasus yang baru dikonfirmasi pada hari Jumat adalah seorang karyawan PUB (PDAM), kata Badan Air Nasional.
PUB mengatakan dalam pernyataan media bahwa karyawan itu adalah anggota staf administrasi dan tidak terlibat dalam operasi pabrik atau lapangan.
Namun hal ini sangat memprihatinkan. Semua karyawan yang jumlahnya 70 orang di kantor PUB tersebut terpaksa harus mengosongkan kantor untuk dilakukan disinfeksi.
Mereka juga dalam pengawasan ketat pihak otoritas kesehatan setempat akibat seorang karyawan yang bandel tersebut.
Singapura sudah menetapkan virus corona di level oranye atau satu tingkat di bahwa level tertinggi, merah.
Penetapan level oranye itu sudah sepekan setelah ditemukan penularan dari manusia ke manusia, namun belum menjadi wabah luas ke komunitas masyarakat.
Gan Kim Yong mengumumkan bahwa 900 klinik di seluruh Singapura akan diaktifkan kembali sebagai Klinik Kesiapsiagaan Kesehatan Masyarakat untuk memberikan pengobatan bagi pasien dengan gejala pernapasan.
Hal ini akan membantu pihak berwenang untuk mendeteksi virus lebih awal dan mengurangi risiko penularan lebih lanjut, MOH mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Terkait penularan di gereja Grace Assembly of God, yan memiliki cabang di Tanglin dan Bukit Batok, Rabu lalu sudah diumumkan dua kasus dan lima lainnya diumumkan pada hari Kamis.
Sehari kemudian ditemukan lagi enam kasus sehingga gereja tersebut dianggap sebagai pusat wabah baru.
Ketika ditanya apakah ada "penyebar super" (menular pada banyak orang) di Grace Assembly of God, Mak mengatakan tidak ada informasi yang cukup untuk mengidentifikasi individu tertentu sebagai penyebar super.
"Di dalam kluster (gereja), individu kemungkinan tertulas di dalam keluarga. Ini tidak selalu berarti bahwa satu individu menjadi penyebar super," katanya.