"Jembatan penghubung itu ada kita bangun dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2005," imbuhnya.
Namun pada tahun 2002 warga bersama tokoh masyarakat mengajukan pembangunan jembatan di Sei Langkai.
Saat itu Parlaungan Siregar masih menjabat sebagai RW di kawasan tersebut.
Tahun 2002 diajukan pembangunan.
Namun, pemerintah kota Batam baru merealisasikan pembangunannya pada Tahun 2006.
Pembangunan jembatan tersebut dilakukan pada masa pemerintahan walikota Ahmad Dahlan.
Sebelum dibangun, Ahmad Dahlan berkirim surat kepada Parlaungan Siregar sebagai Tokoh masyarakat sekaligus ketua RW pada saat itu.
"Jadi saya dikirimin surat untuk membuat nama jembatan tersebut sebagai bentuk penghargaan, karena selama pembangunan warga ikut melakukan pengawasan," ujarnya.
Dia mengatakan, dirinya membalas surat dari walikota dan memberi nama jembatan tersebut nama dirinya sendiri yakni jembatan Parlaungan Siregar.
Namun, Wali Kota Batam membalas surat tersebut dengan menegaskan jika nama jembatan tidak bisa menggunakan nama orang yang masih hidup.
"Jadi kembali lagi saya balas, untuk mengenang sejarah saya berikan nama jembatan tersebut jembatan Nato. Dan tokoh masyarakat lainnya tidak keberatan. Inilah sejarahnya jembatan tersebut diberikan nama Jembatan Nato,"kata dia.
Akhirnya, tahun 2007, jembatan tersebut selesai dibangun dan bisa menunjang aksebilitas masyarakat setempat.
Ukuran jembatan
Jembatan tersebut dibangun oleh Hutama Karya dengan panjang 40 meter lebar 12 meter.
Bahannya di cetak di medan dibawa ke Batam dan dirakit di Kaveling Nato.
(Tribunbatam.id, Ian Sitanggang)