Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Tanjung Balai Karimun mencatat adanya penurunan permintaan pasar domestik terhadap komoditas sagu asal Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri.
Pada triwulan I tahun 2020, tercatat hanya 1.264 ton dengan nilai barang sebesar Rp7,58 Miliar sejak bulan Januari hingga April 2020.
Sementara pada periode yang sama, tercatat 2.931 ton pengan nilai ekonomi mencapai Rp17,58 Miliar.
Penurunan hingga 50 persen ini bukan disebabkan oleh faktor produksi. Melainkan adanya kendala transportasi akibat pembatasan moda transportasi guna pencegahan penyebaran Covid-19.
Biasanya komoditas asal subsektor tanaman pangan ini dikirim ke Jakarta, Tanjungpinang dan Selat Panjang.
Untuk itu, guna menjaga stabilitas harga ditingkat petani, Karantina Pertanian Tanjung Balai Karimun bersama-sama dengan instansi serta pemangku kepentingan pertanian melakukan sinergisitas untuk mendorong komoditas ini menjadi ragam baru komoditas ekspor asal Tanjung Balai Karimun.
• Susul Heboh Lelang Keperawanan Rp 2 M, Aktor Fico Fachriza Lelang Keperjakaan Rp 3 M atau Gratis
• HP Android Terbaru Mei 2020, Samsung Galaxy M21 dengan Baterai Jumbo 6.000 mAh, Cek Spesifikasinya
"Sejalan dengan Gerakan Tigakali Lipat Ekspor, Gratieks yang digagas oleh Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red), maka sinergisitas untuk mendorong peningkatkan ekspor dengan berbagai pihak,” kata Kepala Karantina Pertanian Karantina Tanjung Balai Karimun, Priyadi, Kamis (21/5/2020).
Menurut Priyadi, sagu merupakan alternatif pengganti beras sebagai bahan pangan pokok seperti halnya beberapa wilayah ditanah air sudah biasa mengonsumsinya.
Kabupaten Lingga merupakan pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Riau dengan Daik sebagai ibu kotanya.
Letak Kabupaten Lingga sangat strategis karena berdekatan dengan Batam dan Bintan serta berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi dan Bangka Belitung. Kabupaten Lingga juga merupakan wilayah kerja Karantina Pertanian Karimun.
"Tanaman sagu ( Metroxylon sagu Rottb. ) termasuk dalam famili palmae dan merupakan tanaman yang menyimpan pati pada batangnya. Luas perkebunan tanaman sagu di Lingga adalah 3.314 ha dengan jumlah produksi mencapai 2.608,4 ton. Dari jumlah ini, kebutuhan sagu di Lingga bisa dikatakan surplus sehingga perlu gebrakan untuk menembus pasar ekspor," jelas Priyadi.
• FOTO-FOTO Kedatangan Ratusan TKI dari Malaysia di Pelabuhan Internasional Batam Center
Apalagi, harga di pasar ekspor khususnya pasar Cina mampu membeli dengan harga sekitar Rp 25.000/kg sementara harga jual skala domestik yang didapat dari petani hanya Rp 6.000/kg.
Saat ini, sagu yang telah diolah setengah jadi menjadi tepung asal Lingga telah dikirim pada bulan Februari 2020 ke Cina sebagai sampel ekspor dan dinyatakan telah memenuhi persyataran teknis sanitari dan fitosanitari negara tersebut.
“Alhamdulilah, semoga setelah pandemi berakhir, pihak otoritas negara Cina dijadwalkan untuk melihat langsung untuk ketelusuran produk. Dan kami siap mengawal,” ujar Priyadi.
Ekspor Bungkil Kelapa Mencoba Bertahan