TRIBUNBATAM.id, BANDAR LAMPUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) merilis info gempa yang terjadi di wilayah Lampung, Jumat (5/6/2020) siang pukul 11.04 WIB.
Gempa bumi yang terjadi di wilayah laut Lampung berkekuatan magnitudo 4,9.
Dilansir dari akun resmi BMKG di twitter, gempa 4,9 skala Richter berpusat di laut Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
• Salip Liverpool, Chelsea Capai Kesepakatan dengan Timo Werner, Sosok Ini Jadi Penyebab?
• Bruno Fernandes Ngaku Menangis Saat Manchester United Mau Merekrutnya: Ini Impian Besar Saya
• Ngaku Ayah dari Bandung, Kiper Muda asal Belanda Dayen Gentenaar Ingin Bela Timnas Indonesia
Pusat gempa bumi 4,9 skala Richter berada di laut sekira 133 km arah barat daya Kabupaten Pesisir Barat Lampung.
Gempa dengan magnitudo 4,9 di Pesisir Barat, Lampung itu berada di kedalaman 29 km.
Berikut informasi lengkap sebagaimana dikutip dari akun resmi Info BMKG di twitter:
#Gempa Mag:4.9, 05-Jun-20 11:04:31 WIB, Lok:6.38 LS, 103.78 BT (Pusat gempa berada di laut 133 km BaratDaya PesisirBarat), Kedlmn:29 Km Dirasakan (MMI) II - III Liwa, II - III Pesisir Barat #BMKG
Kepala Stasiun Geofisika Lampung Utara Anton Sugiharto menjelaskan, dari hasil analisis BMKG, pusat gempa berada di laut berjarak 133 kilometer barat daya Kabupaten Pesisir Barat dengan kedalaman 29 kilometer.
Gempa terjadi akibat aktivitas subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.
Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai gempa susulan dan kerusakan bangunan akibat kejadian tersebut.
Meski begitu, sejumlah warga di Krui, Kabupaten Pesisir Barat, dan Liwa, Kabupaten Lampung Barat, merasakan guncangan gempa dengan skala II-III MMI.
• Data Corona 34 Provinsi Indonesia Jumat (5/6) Pagi, Total 28.818, Sembuh 8.892, Meninggal 1.721
• Ada Pemain Muda Indonesia di Brazil yang Dijuluki Titisan Neymar Jr, Kini Main di Sao Paolo
Berdasarkan penjelasan BMKG di laman resminya, skala II MMI berarti getaran dirasakan beberapa orang dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Adapun skala III MMI menunjukkan getaran gempa dirasakan nyata di dalam rumah, seakan-akan ada truk berlalu. Skala MMI tertinggi adalah XII.
Fitria (29), warga Liwa, Lampung Barat, menuturkan, dia merasakan guncangan kecil selama 3-5 detik.
Meski begitu, gempa tersebut tidak membuat warga panik atau berhamburan ke luar rumah.
Anton mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Berdasarkan kajian BMKG, Selat Sunda termasuk daerah rawan gempa karena lokasinya dilintasi zona sesar Sumatera dan dekat zona subduksi lempeng.
Gempa terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
Sementara, hiposenter gempa di zona transisi Megathrust-Benioff, yakni zona subduksi lempeng, mulai menukik di bawah lempeng Eurasia, selatan Selat Sunda.
Kondisi itu membuat wilayah Lampung rawan gempa karena dekat zona subduksi lempeng dan dilintasi zona sesar Sumatera.
Gempa merusak terakhir di Liwa, Lampung Barat, tercatat pada 15 Februari 1994. Kala itu, bencana tersebut menyebabkan 196 orang tewas dan 2.000 orang terluka.
Apa itu Skala MMI?
Skala MMI (Modified Mercalli Intensity) adalah gambaran keadaan yang dirasakan seseorang terhadap guncangan gempa.
BMKG membagikan skala MMI dalam angka I hingga XII sebagaimana dikutip dari situs BMKG, masing-masing tingkatan memiliki arti sebagai berikut
I MMI
Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang
II MMI
Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
III MMI
Getaran dirasakan nyata dalam rumah.
Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
IV MMI
Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
V MMI
Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
VI MMI
Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.
VII MMI
Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik.
Sementara pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.
VIII MMI
Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat.
Retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.
IX MMI
Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.
X MMI
Bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.
XI MMI
Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri.
Jembatan rusak, terjadi lembah.
Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.
XII MMI
Hancur sama sekali, Gelombang tampak pada permukaan tanah.
Pemandangan menjadi gelap.
Benda-benda terlempar ke udara.
(tribunbatam.id/son/kompas.id)
.
.
.