"Tidak satu pun dari penjelasan ini yang sepenuhnya memuaskan," ungkapnya.
Abraham melanjutkan, begitu banyak pilihan yang dihadapi Korut berkaitan dengan politik internal dan kita tidak pernah bisa memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
Kim Yo Jong sudah dipastikan menjadi dalang ketegangan ini, dan Abrahamian merasa insiden di Kaesong adalah upayanya untuk membangun citra sebagai orang yang bisa kejam pada musuh-musuh Korut.
Yo Jong terkait erat dengan pemulihan hubungan Korut-Korsel pada 2018, dan diperkirakan dia sedang menunjukkan sebagai orang yang tidak bisa dianggap remeh.
3. Korut merasa dikhianati Trump - Van Jackson, penulis buku On the Brink: Trump, Kim, dan Ancaman Perang Nuklir.
Jackson menuturkan, motif serangan itu kemungkinan berasal dari tiga masalah yang saling berkaitan.
Pertama adalah Kim Jong Un yang merasa dikhianati setelah kegagalan di KTT dengan Trump.
"Kim menghadiri pertemuan-pertemuan itu dengan harapan mendapat bantuan dari AS tetapi tidak menerimanya," kata Jackson.
Kedua, perekonomian Korut di bawah tekanan akibat terbatasnya perdagangan dengan China karena Covid-19, dan meningkatnya kampanye AS soal sanksi maksimum.
Ketiga, Kim Yo Jong sedang membangun citra sebagai orang yang berwenang dan perlu unjuk gigi kepada para petinggi dan senior militer Korut.
Tapi, Jackson mengatakan, tidak jelas apakah dia dipersiapkan sebagai suksesor Kim Jong Un.
"Korut berisiko memperparah konflik jika menyerang AS langsung, sehingga menjadikan Korsel sebagai sasaran yang dianggap cenderung tidak memicu perang," pungkasnya.
Korea Utara Ledakkan Kantor Penghubung Perbatasan di Kaesong
Situasi di Semenanjung Korea kini memanas setelah Korea Utara dikabarnya menghancur kantor penghubung antar dua Koream di Kaesong, Selasa (16/6/2020) siang.
Korea Utara meledakkan kantor penghubung dengan Korea Selatan di kota perbatasan Kaesong pada hari Selasa (16 Juni), dibenarkan kementerian Unifikasi Seoul.