Sejarah penyembelihan hewan qurban berasal dari kisah Nabi Ibrahim bersama putra Nabi Ismail.
Banyak teladan yang dapat kita ambil dari Nabi Ibrahim.
Allah SWT berfirman dalam Surah An Nahl ayat 120 yang artinya: "Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam (yang dapat dijadikan teladan), qaanitan (patuh kepada Allah), dan hanif, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang menyekutukan Allah)," Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail di Padang Arafah.
Padahal Nabi Ibrahim telah lama merindukan untuk memiliki buah hati (anak).
Namun, karena Nabi Ibrahim seorang yang patuh.
Maka, ia mendahulukan perintah Allah dengan cara menaati-Nya.
Perintah dari Allah SWT tersebut juga mendapat dukungan dari anaknya sendiri.
Bahkan meminta untuk segera melaksanakannya.
Dalam firman Allah SWT Surah Ash Shaffat ayat 102 yang artinya: "Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku sedang menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!", Ia menjawab: Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Melihat kesetiaan dan ketakwaan Nabi Ibrahim, Allah SWT kemudian mengganti Nabi Ismail dengan hewan domba sebagai qurban.
Idul Adha merupakan hari di mana berbagi kebahagiaan di antara kaum muslimin.
Adanya penyembelihan hewan qurban, umat Islam akan bergotong royong, saling membantu satu sama lain.
Itu terlihat ketika penyembelihan dimulai hingga pembagian daging hasil penyembelihan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Idul Adha Disebut Juga Lebaran Haji?".